Astrid melirik jam tangannya lagi. Ia sadar, bukan Alan yang terlambat, hanya dirinya saja yang datang lebih awal. Dan hal itu ia lakukan karena rasa penasarannya yang menggerogoti dirinya.
Sampai akhirnya pintu restoran terbuka, Astrid tersenyum menoleh ke arah pintu masuk. Dan senyumnya langsung pudar ketika ia melihat Alan masuk bersama Sasha yang digandengnya.
Mereka berjalan menghampirinya dengan raut wajah kecanggungan. Begitu juga dengan Astrid. Jelas ia terlihat kaget sekaligus kecewa pada Alan. Ternyata, Alan benar-benar sedang mempermainkannya.
"Hai, Strid. Udah lama?" tanya Alan basa-basi.
"Enggak, baru kok," bohong Astrid.
Sasha menoleh pada Astrid dan tersenyum ramah.l
"Waktu itu, aku gak kenalin Sasha secara bener. Jadi, sekarang kenalin nih, Sasha. Istri aku," ucap Alan tersenyum.
Sasha mengulurkan tangannya sambil tersenyum canggung. Sementara Astrid terdiam sambil memandangi ukuran tangan Sasha.
"Hai."
"Kita sepakat kan dateng ke sini untuk bicarakan masalah kita berdua?" tanya Astrid mengabaikan Sasha. Ia segera menoleh pada Alan yang langsung kelihatan kikuk juga ketika Astrid mengatakan 'masalah kita berdua' di hadapan Sasha. Namun seperti biasa, Alan berusaha untuk tetap tenang.
"Masalahnya, Sasha ikut andil juga dalam kesalahpahaman ini," ucap Alan dengan tegas. Sasha sampai sedikit ketakutan dengan Alan. Segalak-galaknya Alan, ia tak pernah melihat Alan sedingin ini.
Astrid menahan napasnya. Ia menyenderkan punggungnya di senderan kursi menahan kesal. Meskipun begitu, ia tak banyak berkomentar lagi.
"Sha, tolong kamu jelasin, kemana kotak aku yang seharusnya kamu buang," pinta Alan kepada Sasha.
Astrid sempat terkejut sebenarnya ketika Alan mengatakan kotak ini seharusnya dibuang oleh istrinya. Apa sebegitunya?
"Alan memang minta aku untuk buang kotak itu. Tapi ... Aku gak buang kotaknya. Malam itu aku simpen kotak itu di kamar aku," ucap Sasha pelan.
"Kenapa kamu gak buang kotaknya, malah kamu simpen?" tanya Alan lagi tanpa menoleh ke arah Sasha. Pandangannya lurus ke depan.
"Karena aku lihat banyak banget kenangan kalian di dalamnya. Dan, surat-surat dari ... Kak Astrid. Aku gak tega untuk buang itu semua," jawab Sasha pelan. Hal itu sontak membuat Astrid menoleh ke arah Sasha dengan bingung. Begitu juga dengan Alan yang sempat melirik Sasha sebentar.
"Gak masuk akal. Gimana sih hubungan kalian? Kotak ini ..." Astrid mengetuk-ngetuk tutup kotak kaleng tersebut dengan penekanan.
"Isinya barang-barang dari mantan suami kamu. Dan kamu bilang gak tega buangnya? Kalian ..."
"Kotak itu isinya kenangan kamu dan Alan, di masa lalu. Aku udah cukup lega karena Alan punya kesadaran sendiri untuk melupakan semuanya dan memulai yang baru dengan aku. Kalaupun semua barang itu harus dibuang, itu bukan hak aku. Aku pikir, nanti, setelah aku pastikan Alan benar-benar gak menginginkan itu lagi, aku akan kasih kotak itu untuk dia buang sendiri," jawab Sasha menjelaskan dengan runtut. Meskipun awalnya ia gugup, tapi semuanya mengalir begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED TO BE YOURS
RomanceAlan tak pernah membayangkan kalau ia akan dilamar oleh gadis kecil seperti Sasha. Padahal gadis yang baru menginjak usia 19 tahun itu dengan jelas menolak perjodohan mereka sebelumnya. Sasha sendiri merasa ingin menghardik diri sendiri ketika ia m...