Yang Sasha pikirkan tentang breakfast adalah makan pagi yang tenang dan romantis seperti bulan madu idamannya. Namun sekarang, ternyata ia makan di restoran dengan menu buffet, di mana para tamu hotel itu berkumpul dan mengambil makanan sendiri-sendiri sepuasnya. Baiklah, tak apa jika tetap bersama Alan. Tapi ini lebih buruk lagi, ketika Alan berjalan duluan diikuti oleh tatapan-tatapan mata genit dari beberapa tamu hotel perempuan.
Sasha bingung, apa yang spesial dari Alan? Hanya mengenakan kaus polos warna putih dan celana Chino warna krem serta sendal jepit biasa. Tapi mungkin karena Alan yang pakai, kelihatannya jadi sangat keren. Sasha harus mengakui itu.
"Alan gak sadar atau pura-pura gak sadar sih?" gumam Sasha penasaran karena Alan berjalan begitu tenang, bahkan sampai meninggalkannya.
Ketika duduk di salah satu kursi, tiba-tiba seorang perempuan cantik bersetelan terbuka, dengan hanya memakai kaos crop dan hotpants duduk di hadapan Alan sambil tersenyum manis.
"Sorry, do you mind? Tempat duduknya penuh. Boleh kan aku duduk di sini?"
Alan menghela napas panjang. Ia menoleh ke sebelah kiri tepat Sasha berdiri.
"Sayang, dia boleh duduk bareng kita gak?" tanya Alan seketika membuat Sasha kikuk sekaligus merinding mendengar pertanyaan dari Alan. Sementara perempuan tadi kelihatan gelisah sambil nyengir kuda.
"Oh, udah ada yang nempatin ya ..." gumam perempuan itu terkekeh pelan. Ia segera beranjak membawa nampannya, tersenyum ramah kepada Sasha lalu melangkahkan kakinya pindah ke meja lain.
"Eh, Mbak. Ini ..."
"Udah biarin," ucap Alan menarik tangan Sasha untuk duduk di hadapannya.
"Dia bohong. Banyak meja yang kosong kok," jelas Alan untuk menenangkan Sasha. Dan ia pun memang bisa melihat perempuan tadi sudah menemukan meja baru.
"Abis ini ..."
"Kita pulang. Lo kan ada jadwal kuliah," jawab Alan sebelum Sasha melanjutkan kalimat pertanyaannya.
"Sebentar amat," keluh Sasha pelan.
Alan melirik ke arah Sasha sambil menahan tawanya.
"Mau honeymoon beneran?"
"Maulah," jawab Sasha ketus.
"Makanya cepetan lulus," sahut Alan sambil menyentil kening Sasha hingga gadis itu meringis pelan sambil memegangi keningnya.
"Lan, sebelum gue lulus juga, gue udah dewasa tahu."
"Siapa yang bilang Lo belum dewasa, Sha. Gue bilang nunggu Lo lulus biar gue bisa bebas bawa Lo."
"Bebas?" tanya Sasha menahan senyumnya.
"Bebas bawa Lo kemana-mana dan kapan aja."
Sasha tersenyum lebar sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia berdehem pelan sambil meraih gelas air mineralnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED TO BE YOURS
Любовные романыAlan tak pernah membayangkan kalau ia akan dilamar oleh gadis kecil seperti Sasha. Padahal gadis yang baru menginjak usia 19 tahun itu dengan jelas menolak perjodohan mereka sebelumnya. Sasha sendiri merasa ingin menghardik diri sendiri ketika ia m...