45. PERTEMUAN AYAH DAN ANAK

633 52 0
                                    

Menggunakan mobil sewaan, akhirnya Alan sampai di tempat pemakaman umum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menggunakan mobil sewaan, akhirnya Alan sampai di tempat pemakaman umum. Ia segera membuka sabuk pengamannya sementara Sasha sibuk membawa beberapa buket bunga yang ia dan Alan beli dalam perjalanan.

"Udah dibilang belinya satu aja," omel Alan akhirnya turun tangan membantu membawakan dua buket bunga yang menutupi wajah Sasha. Selain itu, Sasha juga kelihatan jelas sangat kewalahan membawa semuanya.

"Ya abis, gue tanya Mama lo suka bunga apa, lo gak tahu. Ya udah gue beli aja semua bunga yang direkomendasiin sama penjualnya," jawab Sasha sedikit mengeluh.

"Bisa-bisanya gak tahu kesukaan Mama sendiri," sindir Sasha masih tak habis pikir.

"Mana gue tahu. Mama udah gak ada sejak gue lahir. Lupa?"

Sontak, Sasha terdiam. Ia akhirnya mengatupkan bibirnya. Ingin sekali ia membalas ucapan Alan lagi dengan mengatakan kenapa ia tak bertanya pada orang-orang disekitarnya, seperti Oma atau ayahnya sendiri?

Tapi niat itu segera diurungkan ketika langkah Alan berhenti, buket bunga ditangannya turun bersamaan dengan tangan yang jatuh lemah. Pandangan Alan terpaku pada sosok yang kini tengah duduk bersimpuh di hadapan makam ibunya. Sasha pun jadi otomatis mengetahui di mana posisi makam mendiang mertuanya, karena arah mata Alan sama dengan apa yang ia lihat. Marko.

Sebenarnya, sudah bukan hal yang aneh kenapa mertua laki-lakinya itu ada di sini. Untuk apalagi selain untuk mendoakan mendiang istrinya? Tapi, kenapa bisa sangat pas dengan kedatangan mereka? Apalagi, hubungan Alan dan ayahnya menjadi lebih buruk sejak Marko membawa Vania ke makam ibunya ini.

"Lan," panggil Sasha menyadarkan Alan dari keterpakuannya selama beberapa menit ini.

"Nanti kita ke sini lagi," ucap Alan dingin. Ia kelihatan menahan kesalnya lalu berbalik. Namun Sasha lebih cepat menahan tangannya.

"Jangan gitu, kita ke sini kan buat Mama," jawab Sasha berbisik.

"Alan?"

Belum sempat Alan menyahuti Sasha, suara dari Marko membuatnya semakin ingin cepat pulang. Sayangnya Sasha malah berbalik dan menghampiri ayahnya itu sambil tersenyum lalu memberi salam.

"Kalian dari kapan di sini? Papa baru tahu kalau kalian ke Malang," ucap Marko.

"Baru -"

"Ya gak mungkin tahu. Orang gak pernah pulang. Kan sibuk sekali," sergah Alan sambil menaruh buket bunga yang dibawanya di atas makam ibunya dengan hati-hati.

"Iya, memang Papa gak berkabar lagi ke rumah. Niatnya ... Papa mau mengambil waktu sendirian untuk merenung," ucap Marko pelan.

Kali ini, Alan tak menanggapi apa-apa. Sementara Sasha juga merasa bingung dengan situasi ini. Ia ingin mengambil langkah untuk bicara duluan. Tapi agaknya kurang tepat sebelum ia menanggapi kalimat ayah mertuanya barusan.

FATED TO BE YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang