Hari itu juga, setelah upacara pernikahan selesai, Sasha langsung diboyong ke rumah Srikarni.
Seharusnya, acara perayaan besar-besaran ini belum berakhir karena banyaknya tamu yang datang silih berganti.Untungnya, Alan bisa memaksa mengakhiri acara dengan alasan kesehatan Srikarni. Karena hampir seharian ini, bahkan beberapa hari belakangan ini, mereka semua disibukkan dengan acara pernikahan besar-besaran ini.
Dan benar saja, begitu sampai di rumah, Srikarni langsung berpamitan untuk ke kamarnya sementara para pesuruhnya masih sibuk mengangkut segala hadiah pernikahan Alan dan Sasha.
"Kalian, langsung ke kamar atas saja ya. Sudah disiapkan oleh Bi Rumi," ucap Srikarni menepuk lengan Alan.
"Oma istirahat ya, jangan main handphone," ujar Alan. Srikarni menganggukkan kepalanya. Ia beralih menatap Sasha sambil tersenyum.
"Aduh, menantu Sinta cantik sekali," puji Srikarni sambil mengusap pipi Sasha yang hanya diam sambil tersenyum tipis.
"Apa karena namanya sama ya, jadi sama-sama cantik, lemah lembut, dan murah senyum," lanjut Srikarni entah kenapa mampu membuat Sasha yang semula sudah awut-awutan karena kelelahan, kini tersenyum lebar dipuji sebegitunya.
Tapi semuanya rusak seketika ketika Alan berdehem keras seolah memprotes ucapan neneknya.
"Kamu, jangan galak-galak sama istri mu lho, awas ..." Peringat Srikarni kepada Alan.
"Istirahat ya cantik," ucap Srikarni kepada Sasha. Ia kemudian berbalik menuju kamarnya setelah melihat Sasha mengangguk.
"Nama yang sama? Siapa sih?" tanya Sasha penasaran.
"Gak ngaruh tuh. Mana ada lemah lembut? Lo kan brutal," jawab Alan mengabaikan pertanyaan Sasha barusan.
Sasha mencibir pelan. Kemudian ia terbelalak kaget ketika menyadari sesuatu.
"Kamar gue di mana?"
"Ya di kamar yang sama kaya gue ..."
Alan menghentikan kalimatnya. Ia menoleh ke arah Sasha yang juga sedang menoleh ke arahnya.Detik berikutnya, Sasha buru-buru mengangkat roknya dan berlari menaiki tangga mendahului Alan yang juga segera menyusulnya.
"Heh, itu kan kamar gue," ucap Alan berjalan mendahului Sasha. Namun Sasha menarik tangan Alan kemudian berusaha mendahului Alan lagi.
"Alan!"
"Sstt!"
Mendengar suara teriakan Sasha, Srikarni yang baru selesai membuka gelungan rambutnya pun kembali keluar untuk memeriksa keadaan.
"Alan? Sasha?"
Baik Alan maupun Sasha yang sudah sampai di lantai dua pun serentak menoleh dengan posisi tangan Alan yang masih membekap mulut Sasha.
Sontak, Alan segera melepaskan bekapan tangannya dan ganti merangkul Sasha.
"Alan, kamu jangan kasar sama Sasha dong. Kasihan lho, Sasha pasti capek. Jangan dipaksa ya, masih bisa besok," ucap Srikarni sontak membuat Sasha mengerutkan keningnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED TO BE YOURS
RomanceAlan tak pernah membayangkan kalau ia akan dilamar oleh gadis kecil seperti Sasha. Padahal gadis yang baru menginjak usia 19 tahun itu dengan jelas menolak perjodohan mereka sebelumnya. Sasha sendiri merasa ingin menghardik diri sendiri ketika ia m...