Tak seperti apa yang dibayangkan oleh Sasha. Ketika ia dan Alan berada di dalam satu kamar hotel yang sudah dihias sangat indah dengan nuansa lampu remang-remang, pasangan muda suami istri itu malah saling diam, duduk di pinggir tempat tidur."Ini ... Kamu yang bikin?" tanya Sasha.
"Bukan aku. Ini ide ..." Alan terdiam sejenak sambil menatap Sasha.
"Idenya Kenny," jawab Alan pelan.
Sasha merinding. Seumur hidupnya, ia tak pernah diberikan surprise seperti ini. Apalagi, situasinya canggung begini.
"Lan ..."
"Ya?"
"Gak usah pake aku - kamu deh. Jadi canggung tahu. Kita pake bahasa gue - elo aja kaya biasa ya?" tanya Sasha membujuk.
"Gak ada bedanya dong, sama kita yang dulu. Masa suami istri bilangnya Lo - gue sih, Sha?"
"Ada tahu bedanya, kan sekarang bisa manggil sayang juga," jawab Sasha tersenyum.
"Lo pikir gue gak geli setiap manggil sayang?"
"Ya udah, sayang. Mau dipanggil apa?" tanya Sasha seketika membuat Alan menatapnya sambil menahan senyum ketika mendengar Sasha memanggilnya sayang lagi sambil tersenyum manis.
Ketika keadaan hening kembali menyelimuti mereka berdua, Sasha berdehem pelan sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain sementara tubuhnya bergeser mendekat ke arah Alan.
Alan melakukan hal yang sama. Sambil menahan senyumnya, ia melempar pandangannya ke arah lain sementara tubuhnya bergeser mendekat ke arah Sasha, hingga kini keduanya bersentuhan, lalu Alan meraih tangan Sasha ke pangkuannya.
Sasha tersenyum geli kemudian menoleh pada Alan. Alan menahan napasnya sambil menatap Sasha yang ternyata jauh lebih cantik dan anggun ketika malu-malu begini. Jauh berbeda dari Sasha yang agresif kemarin. Dan jujur saja, karena sikap malu Sasha, keinginan Alan semakin menggebu. Ia menarik tangan Sasha yang digenggamnya untuk mendekatinya, sementara tangan kanannya meraih wajah Sasha, pelan-pelan menyentuh bibir Sasha yang tersenyum.
Perlahan tapi pasti, Alan menggerakkan bibirnya, melumat bibir Sasha dengan lembut hingga gadis itu mulai memejamkan matanya dengan tenang. Alan meleopaskan genggaman tangannya pada Sasha, ketika tangan gadis itu bergerak menyentuh dadanya. Gantinya, Alan menarik pinggang Sasha, memeluk gadis itu sambil menautkan bibir mereka berdua. Dan Alan semakin menggebu lagi ketika Sasha akhirnya bisa membalas ciumannya, hingga ia refleks merebahkan Sasha ke tempat tidur hingga tautan bibir mereka terlepas.
Ditatap dari jarak sedekat ini oleh Alan, Sasha sempat mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menutupi kegugupannya. Sasha memejamkan matanya ketika pelan-pelan Alan mencium keningnya cukup lama hingga akhirnya ia benar-benar merasa tenang dan jauh lebih santai.
"Sayang, gue izin ya," bisik Alan ditelinga Sasha dengan lembut.
Sasha tersenyum kecil. Ia menganggukkan kepalanya mengerti dengan maksud Alan untuk melakukan apa yang seharusnya sudah mereka lakukan sebagai suami istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED TO BE YOURS
RomanceAlan tak pernah membayangkan kalau ia akan dilamar oleh gadis kecil seperti Sasha. Padahal gadis yang baru menginjak usia 19 tahun itu dengan jelas menolak perjodohan mereka sebelumnya. Sasha sendiri merasa ingin menghardik diri sendiri ketika ia m...