42. PENGAKUAN

681 48 1
                                    

Secangkir vanilla latte dan kopi expresso telah sampai di meja nomor 7 tempat Sasha duduk bersama Evan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Secangkir vanilla latte dan kopi expresso telah sampai di meja nomor 7 tempat Sasha duduk bersama Evan. Perhatian Sasha sempat ia alihkan pada sang pelayan untuk mengurangi rasa gugupnya setelah menceritakan semuanya kepada Evan, tentang apa yang sedang terjadi pada keluarganya.

"Jadi, keluarga kamu panik karena ngira kita pacaran?" tanya Evan memberikan kesimpulan dari cerita Sasha yang  berbelit sebelumnya.

"Iya, gitu intinya." Sasha cengengesan sambil meraih gelas kopinya.

"Kamu mau aku dateng ke rumah dan jelasin semuanya?"

"Iya gitu, Kak."

"Oke," jawab Evan tersenyum lebar. Jawaban serta senyum itu akhirnya mampu menular pada Sasha yang ikut tersenyum lega karena Evan langsung mengerti maksudnya dan mau membantunya.

"Nanti aku jelasin ke mereka, sekalian aku mau minta izin untuk beneran pacaran sama kamu."

Sasha langsung tersedak hingga terbatuk-batuk dan heboh meraih tissue begitu mendengar ucapan Evan selanjutnya.

"Sha, kamu gak apa-apa? Minum dulu nih," ucap Evan sambil menyodorkan segelas air mineral kepada Sasha yang langsung meraihnya dengan raut wajah yang masih shock.

"Kenapa sih kaget banget?"

"Itu, barusan Kak Evan becanda nya ..."

"Siapa yang becanda, Sha? Aku beneran mau ngajak kamu balikan lagi."

"Kenapa tiba-tiba? Bukannya ... Kak Evan bilang kalau aku terlalu kaya anak kecil?" tanya Sasha panik bukan main.

"Tapi sekarang kan kamu keliatan lebih dewasa, Sha. Lagian, kalau aku pikir-pikir kamu itu imut dan keliatan dewasa di waktu yang bersamaan. Apalagi waktu kamu bisa handle tugas kelompok kamu sendirian, itu keren lho."

Sasha semakin kalut. Ia buru-buru beranjak dari duduknya sambil mencari-cari ponselnya. Sepertinya, rencana ini harus ia batalkan segera mungkin.

"Sha, kenapa sih? Kamu takut mereka marahin kamu? Aku bisa jelasin kok, kalaupun kita pacaran, aku janji gak akan ganggu kuliah kamu."

"Kak Evan, aku ... aku ke toilet sebentar ya," izin Sasha buru-buru meraih ponselnya berjalan meninggalkan Evan yang menatapnya sambil menahan tawanya.

"Masih aja grogian kaya dulu," gumamnya sambil tertawa pelan. "Imut banget," lanjutnya lalu menyeruput kopi expresso nya.

Sementara itu Sasha sibuk bolak-balik di dalam kamar mandi wanita cafe itu sambil berusaha menghubungi Alan. Ia melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 20:00 WIB. Seharusnya, Alan sudah selesai praktik.

"Halo, Sha. Sorry, tadi gue -"

"Alan ..." ringis Sasha sambil menundukkan kepalanya sambil memegangi peningnya yang terasa berdenyut lebih keras.

FATED TO BE YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang