30. KEPERCAYAAN

588 54 1
                                    

Keheningan canggung terjadi di ruang tengah rumah Srikarni sejak kedatangan Marko dan Vania

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Keheningan canggung terjadi di ruang tengah rumah Srikarni sejak kedatangan Marko dan Vania.

Namun tentu saja, orang yang paling terlihat canggung di ruangan ini adalah Sasha. Ia masih bingung harus memihak mertuanya atau suaminya. Jika bisa, Sasha mungkin ingin sekali menurunkan sedikit ego Alan sebagai anak. Tapi, Sasha juga tak pernah bisa tahu rasanya menjadi seorang anak yang ditinggal pergi ibunya dan sang ayah berniat menikah lagi dengan perempuan lain yang kemungkinan hanya menginginkan harta ayahnya. Bahkan mengubah sikap hangat sang ayah juga.

"Maaf ya, jadi ganggu kalian," ucap Vania memecah keheningan dengan kekehan pelannya.

"Engga, gak ganggu kok Tante. Tadi itu Sasha jatuh ... Terus kaki Sasha agak sakit makanya Alan bantuin sampe gendong kaya tadi," jawab Sasha gelagapan menjelaskan kebohongannya untuk menutupi rasa malunya. Sementara Alan tak seperti biasanya yang akan menyanggah Sasha. Kali ini ia tak menyahut apa-apa seolah membiarkan Sasha menjelaskan apa saja semaunya.

"Ada keperluan apa?" tanya Alan tak ingin basa-basi lagi.

"Apa Papa perlu ada keperluan dulu supaya bisa pulang ke sini?" tanya Marko.

Kembali terjadi kecanggungan antara kedua orang itu. Sampai Alan melirik ke arah koper yang dibawa Vania.

"Papa memang boleh tinggal di sini. Tapi apa pantas bawa perempuan yang gak punya status apapun tinggal dalam satu rumah?" tanya Alan.

"Gak punya status? Tante Vania itu tunangan Papa," jawab Marko dengan tegas.

"Hubungan yang sah secara agama dan hukum itu cuma pernikahan, Pa."

Seketika Marko terdiam. Vania juga sibuk melirik ke arah Alan dan Sasha bergantian.

"Tante gak tinggal di sini, kok. Tante cuma mau nginep di sini sehari aja, sekalian jenguk kalian," jawab Vania berusaha tersenyum.

Alan tak menyahut. Sungguh, ia malas sekali menyahuti mereka berdua. Terutama setelah mereka menggagalkan rencananya bersama Sasha.

"Alan, bisa kita bicara berdua?" tanya Marko.

Meskipun tak kunjung mendapatkan respon dari Alan, Marko berjalan ke arah kebun belakang. Tempat yang paling nyaman untuk bicara berdua.

Tadinya Alan sudah hampir mengabaikan ayahnya lagi dengan menggandengan tangan Sasha. Tapi Sasha menahan Alan dan mengisyaratkannya untuk menyusul ayahnya saja.

Alan memutar matanya ke arah Sasha protes. Tapi Sasha segera menepuk-nepuk lengan Alan pelan sementara tangan kanannya masih menggenggam tangan Alan.

Akhirnya dengan menahan ego nya, Alan berusaha mengalah dan menuruti Sasha untuk menyusul ayahnya. Meskipun Alan sudah tahu apa yang akan ayahnya bicarakan lagi.

"Sha, anterin Tante ke kamar yuk," ajak Vania.

"Eh iya, Tante ... Kamar tamu nya belum diberesin. Biar Sasha beresin dulu ya," ucap Sasha. " Tante mau minum apa?" tanya Sasha buru-buru berjalan ke arah dapur.

FATED TO BE YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang