Pukul 14:30 WIB, Sasha berdiri sambil menatap layar laptopnya. Ia terus menunggu nilai hasil ujiannya keluar dengan gelisah.
Kakinya tak mau diam, tangannya terus bergerak memainkan benda apapun disekitarnya.
Tubuhnya mau diam bergerak ke sana ke mari. Ia bahkan rela bolak-balik dari kamar ke dapur bawah untuk mengambil minum sekaligus membunuh waktu.
"Sha, kamu udah packing buat ke Malang?" tanya Srikarni dari ruang tengah.
"U ... dah, Oma."
Srikarni mengerutkan keningnya sambil mengalihkan perhatiannya dari kain batik di pangkuannya kepada Sasha.
"Kok kamu ragu begitu, Sha? Kamu dan Alan jadi jalan-jalan ke Malang kan?" tanya Srikarni memastikan lagi.
Awalnya, Sasha terlihat bingung harus menjawab apa. Ia ingin sekali pergi. Tapi, hasil ujiannya saja belum keluar.
"Gak tahu, Oma. Kalau nilai ujian Sasha gak bagus, Alan gak mungkin ngajak Sasha ke Malang. Yang ada, Sasha malah disuruh ambil pelajaran tambahan," jawab Sasha memelas sambil menghampiri Srikarni.
"Ya ampun, kasihan sekali kamu. Gak mungkin lah Alan tega gak ngajak kamu, Sha," sahut Srikarni mencoba menenangkan Sasha. Tapi rasanya tak begitu berpengaruh pada Sasha.
"Iya, Alan emang tega. Kalau nilai Sasha gak bagus, kita batal ke Malang."
Ya, itulah alasan kenapa Sasha merasa tak terpengaruh dengan ucapan penenang dari Srikarni. Seperti apa yang dipikirkannya, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Alan begini.
"Assalamualaikum," ucap Alan baru mengucap salam setelah kalimat kejam tadi sebagai pembuka.
"Waalaikumsalam," jawab Srikarni tak sabar. Sementara Sasha menjawabnya dengan wajah cemberut.
"Alan kamu serius begini? Kasian lho, Sasha serius belajarnya kan. Masa giliran waktunya liburan malah disuruh belajar?" tanya Srikarni protes.
"Oma, kalau Oma mau cepet-cepet punya cucu, artinya Sasha harus lulus dulu. Kalau Sasha mau cepet-cepet lulus, artinya dia harus selalu dapet nilai bagus ujiannya.
Dan, kalau Sasha mau dapet reward jalan-jalan, harusnya dia berusaha -""Pssstt! Ini udah keluar nih nilainya," ucap Sasha ketika mendapatkan notifikasi dari ponselnya.
Sambil membuka dokumen nilai hasil ujian, Srikarni pun sampai memiringkan kepalanya untuk melihat hasilnya.
Setelah melihat, Sasha menoleh ke arah Srikarni yang juga sudah tersenyum karena nilai Sasha sesuai dengan ekspektasi.
"Yes! Jadi jalan-jalan ke Malang!" pekik Sasha sambil memberikan ponselnya kepada Alan untuk memperlihatkan hasil ujiannya.
"Oma, jadi ke Malang! Ini pertama kalinya Sasha ke luar kota," ucap Sasha histeris.
Alan tertawa pelan sambil membaca dengan teliti hasil ujian Sasha. Meskipun sudah menduga Sasha akan mendapatkan nilai yang pas, ternyata kali ini Sasha malah melampauinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED TO BE YOURS
RomanceAlan tak pernah membayangkan kalau ia akan dilamar oleh gadis kecil seperti Sasha. Padahal gadis yang baru menginjak usia 19 tahun itu dengan jelas menolak perjodohan mereka sebelumnya. Sasha sendiri merasa ingin menghardik diri sendiri ketika ia m...