Cinta. Semua orang pasti merasakannya dan membutuhkannya, tiap manusia hadir dari cinta. Namun, tak selamanya cinta berbuah manis, banyak luka dan derita yang harus ia lewati, baik dari dunia luar maupun keluarga, semuanya adalah pelengkap dari cinta tersebut. Kini, cinta itu tak sebatas dari wanita dan pria, melainkan kini cinta dapat hadir dari dua gender yang sama, yang tumbuh tanpa disadari dan kian membesar di setiap hari.
Begitu pula dengan kisah Galih dan Rangga, ketika cinta itu mempertemukan keduanya dan tumbuh seiring berjalannya waktu.
*****
Suara langkah kaki terdengar di lorong sebuah Universitas yang berada di daerah Jakarta Selatan, terlihat seorang mahasiswa tengah berjalan dengan santainya sambil bersenandung ria. Keadaan Universitas malam itu tak jua begitu sepi, karena masih ada beberapa mahasiswa terlihat bersantai di sana.
"Rangga!" Suara menggema menghentikan langkah kaki pria bernama Rangga tersebut. Ia berbalik, terlihat seorang mahasiswi berlari ke arahnya.
"Ada apa Dis?"
"Maaf ya, keknya lo harus pulang sendiri deh, gue dijemput bokap soalnya." Adhisti Faradilla. Wanita cantik berambut panjang itu adalah sohib dari Rangga, ia dan Rangga sering kali pergi bersama, walau tak jarang orang-orang sering kali menyangka jika kedua sahabat itu adalah pasangan.
"Anjir! Gue udah nungguin lo dari dua jam yang lalu dan sekarang lo bikin gue harus pulang larut sendirian." Kesal Rangga.
"Ye... Kan gue gak tau kalau bokap bakal jemput, ya udah gue duluan ya. Bye manis." Adhisti pun pergi berlari meninggalkan Rangga begitu saja.
"Sial! Gue sumpahin lu bapak lu jadi duda!" Teriak Rangga.
Adishi berhenti lalu berbalik menatap Rangga, "bokap gue emang duda!" Lalu Adhisti kembali berlari, namun sebelumnya ia memberikan jari tengahnya ke arah Rangga.
Rangga Pramudya. Seorang mahasiswa akhir di salah satu Universitas di daerah Jakarta Selatan. Pemuda berusia dua puluh dua tahun itu memiliki wajah manis nan putih, jua bibir merah ranum dan mata indahnya kecoklatan itu nampak sempurna. Namun, itu semua berbanding terbalik dengan sifatnya yang jahil, bermulut kotor dan juga keras kepala. Siapa saja yang berteman dengan dirinya tak luput seharipun dari makian yang keluar dari bibir cipok ablenya itu.
Malam itu Rangga terpaksa pulang sendirian ke kostnya karena Adhisti tak jadi ikut bersamanya, ia mengendarai sepeda motor miliknya, melewati jalan yang mulai sepi malam itu, dengan heatseat yang menyumpal ditelinga menjadi temannya diperjalanan pulang ke kost.
Suara sumbangnya bersenandung mengikuti lantunan musik yang ia dengarkan, tanpa sadar orang-orang yang mendengarnya menutup telinga mereka.
"Eh! Eh! Apa nih!"
Brug!
Rangga terjatuh tepat di tengah jalan.
"Aduh! Kintil nih motor!" Kesal Rangga dengan memukul motornya.
Tiba-tiba saja motor Rangga oleng dan membuatnya terjatuh, beruntunglah keadaan jalan itu sepi, sehingga tidak ada kendaraan yang dapat menabrak Rangga.
Rangga bangun lalu mendirikan sepeda motornya, ia memeriksa apa yang terjadi dengan sepeda motornya, ternyata ban sepeda motornya kempis dan terlihat dua buah paku besar yang menancap di sana.
"Siapa nih naburin paku di jalan, gue sumpahin gak bisa berak seminggu lu!" Kesal Rangga lalu mencabut paku tersebut.
"Jam segini masih ada bengkel yang buka? Apa gue eret aja ya? Tapi kost masih jauh ege! Bisa kepoy nih kaki gue sampai kost." Kesal Rangga berbicara pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galih & Rangga [Terbit]
RomanceTerbit Kali ini Putra colabs dengan si fujo pecinta ramen @lia_halmussd