Chapter 24

945 52 7
                                    

Yuhuuuu

Putra ama si ronggeng lia_halmussd balik lagi

Pada kangen gak oiiii

Met baca yae

OoO

Pagi itu hujan tengah turun dengan derasnya, membasahi seisi penjuru Kota Semarang, kota dengan icon lumpia dan lawang sewu itu adalah salah satu tempat objek wisata, tempat dimana hal-hal bersejarah terjadi di sana, sama halnya seperti kisah cinta antara dua anak adam yang saat ini tengah berada di ujung tanduk, bukan karena ketidak harmonisan antara keduanya yang sudah luruh. Melainkan, cinta mereka terhalang oleh tembok tinggi restu orang tua, tembok nan tinggi yang tak mudah untuk dilewati.

Pagi itu di kantin Rumah Sakit, terlihat seorang pria tinggi mengantri di depan sebuah penjual makanan, rambutnya tampak sedikit berantakan, namun itu tak menyurutkan aura tampan dari seorang Galih Alditya Ananda.

"Ini Mas pesanannya." Ujar sang penjual dengan senyum genitnya, tangannya menyentuh punggung tangan berurat dan jemari panjang milik Galih. " Masnya kalau cape bisa istirahat di sini aja, ada kamarnya kok Mas."

Galih yang tengah dilanda badai pikiran menatap wanita itu malas dan menarik tangannya kasar, diberikannya uang kepada penjual wanita itu. "Maaf, tapi gue gak suka cewek!" Ujar Galih dengan penekanan di setiap kalimatnya lalu ia pergi dari sana.

Betapa terkejutnya wanita itu kala mendengar pengakuan Galih. Namun, lain si wanita lain pula tiga orang yang kebetulan sedang sarapan di kantin tersebut, dua orang wanita bersama seorang laki-laki di sana terlihat tengah ternganga dengan mie yang keluar dari hidung mereka, sepertinya mimisan mereka sudah lelah mengeluarkan darah.

Kaki jenjang itu berjalan dengan cepat, menyusuri lorong-lorong rumah sakit, melalui ruangan demi ruangan sampai ia tiba di sebuah pintu yang sudah tiga hari ini menjadi temannya. Tubuh tinggi itu berdiri tepat di depan pintu dengan kaca di depannya itu, berharap pintu itu terbuka walau hanya sebentar, agar ia bisa melepaskan dahaga rindu yang membelenggunya.

"Permisi Tuan." Suara seseorang membuat pria tinggi itu terkejut bukan main.

"Eh iya, maaf Dokter." Tubuh jangkung itu mundur beberapa langkah agar Dokter itu bisa masuk ke dalam ruangan tersebut.

Saat pintu itu dibuka, Galih dengan cepat mencuri kesempatan untuk melihat sosok mungil sang penghuni tahta tertinggi di hatinya itu. Namun semua nihil, di saat wajah wanita paruh baya sudah terlebih dahulu menyapanya, tatapan tajam itu menatap Galih bagaikan akan memakannya hidup-hidup.

"Pagi Tante, ini Galih-"

Krak!

Belum sempati Galih menyelesaikan ucapannya, pintu itu sudah ditutup rapat kembali oleh sang calon mertuanya.

Galih menghela nafas pelan, ingin rasanya ia melawan, namun itu tak mungkin baginya, karena mengingat betapa Rangga mencintai sosok wanita yang berstatus janda itu, untung gak pirang ya.

Kembali Galih duduk di kursi panjang yang ada di sisi pintu itu, duduk dengan memegangi sekotak makanan yang ia beli untuk Rangga dan Mamanya tadi.

"Ayo Galih, lo pasti bisa. Demi Rangga." Ujar Galih menyemangati dirinya sendiri.

Benar kata orang-orang, jika cinta itu dapat membuat semua orang buta karenanya, bahkan rela melakukan apapun demi sang pujaan hati. Seperti apa yang Galih alami saat ini, ia tengah dibutakan oleh cinta, namun bukan cinta yang membuatnya menghalalkan semua cara, ia tetap berpikiran jernih demi Rangga, ia bukanlah Galih yang dulu, Galih yang gegabah dan selalu bertindak tanpa memikirkan akibatnya.

Galih & Rangga [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang