Chapter 21

922 62 1
                                    

Jangan lupa mampir ke akun lia_halmussdya besti.

******

Deru mesin mobil terdengar memasuki sebuah pelataran rumah bergaya modern klasik. Terlihat seorang pemuda turun dari mobil Toyota Agya berwarna putih, tangan kanannya membawa sebuah tote bag, wajahnya terlihat bersinar dengan senyum manis yang menawan. Namun senyum itu tak disambut baik oleh seorang pemuda yang kini menatap pemuda di depannya tajam.

"Ngapain lu kesini?" Tanyanya ketus tanpa menunggu pemuda di depannya berucap apa keperluannya. Kebetulan dia sedang duduk di teras depan.

"Hai Bran, apa kabar?" Tak menanggapi ucapan Brandon yang sinis, pemuda itu tetap menyapa dengan ramah, tak lupa senyumnya yang masih terpatri di bibir tipisnya.

"Mau ngapain lu datang kesini lagi?" Brandon semakin menatap pemuda itu tajam. Rasa tak sukanya tak disembunyikan sama sekali. "Mending lo pergi!"

"Gue baru dateng, Bran, suruh masuk dulu kek."

"Gak tau malu, pergi sono lu. Kehadiran lu disini tuh gak diharapkan." Mata Brandon semakin menatap tajam.

"Gue cuma mau ketemu sama Mas Galih."

"Mas Galih gak mau ketemu sama lu, mending lu pergi sekarang sebelum gue panggilin security."

"Kenapa Bran, kok ribut banget?" Rangga yang ingin ke dapur menghampiri Brandon karena mendengar suara gaduh dari depan.

"Gapapa, Ga, cuma ngusir hama doang."

Rangga mengalihkan perhatiannya pada pemuda di depannya. Kulit putih, hidung mancung, bibir tipis dengan senyum manis yang menghiasi bibirnya. Sejenak Rangga terpaku pada sosok didepannya, terlihat sangat manis dan mampu memanjakan mata.

'Siapa dia? Manis banget, anjir' 

"Temen lu, Bran?"

"Bukan urusan lu. Pergi sono lu." Brandon kembali mengusir pemuda itu.

"Kok lama sih dek?" Deep voice yang terdengar dari dalam rumah membuat atensi ketiganya teralihkan. Terutama sosok yang sedari tadi tersenyum manis itu langsung bergegas masuk tanpa menghiraukan kedua pemuda lain dihadapannya.

Tubuh Galih terpaku saat mendapat pelukan secara mendadak. Apalagi mendengar suara bernada lembut yang sudah lama tak ia dengar kini menyapa gendang telinganya seperti alunan merdu.

"Selamat ulang tahun."

Tak berbeda jauh dengan Galih, Rangga juga tertegun melihat pemandangan di depannya. Belum lagi dengan ucapan lembut yang masih dapat didengar.

"Ios." Gumam Galih setelah sadar dari keterkejutannya.

Pemuda yang dipanggil Ios itu menengadahkan kepalanya, menatap tepat pada wajah tampan khas orang Jawa dengan senyum manisnya.

"Selamat ulang tahun, Mas Galih. Doa terbaik untukmu," Ios melepaskan pelukannya, mundur satu langkah lalu menyodorkan tote bag yang dibawa pada Galih, "ini hadiah buat, Mas."

Dengan masih terlihat kebingungan Galih menerima pemberian Ios. "Makasih." Ucapnya seperti orang linglung.

"Mas apa kabar? Lama banget kita gak ketemu. Katanya Mas Galih pinda ke Jakarta, ya." Galih hanya mengangguk mendengar pertanyaan Ios yang beruntun.

Tanpa permisi, pemuda itu menarik tangan Galih dan membawanya duduk di sofa.

"Mas sakit?" Tanya Ios terlihat gurat kecemasan, tangannya menempel di dahi pemuda di depannya.

Galih hanya menggeleng.

"Kok kayak kaget gitu lihat aku."

"Gimana gak kaget kalo setan tiba-tiba muncul." Sahut Brandon menatap Ios tajam.

Galih & Rangga [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang