Yuhuuuu Putra dan lia_halmussd balik lagi dengan kisah mamas montir dan dede gemoy pemarah
Kuy kuy kuy ramein
******
.
Atmosfer permusuhan jelas terasa di sebuah rumah, tepatnya di meja makan. Penghuni rumahnya sedang sarapan di pagi hari, tapi bukan percakapan hangat atau sekedar basa-basi untuk membuka obrolan. Yang terlihat hanyalah aura permusuhan yang keluar dari si mungil.
Sejak bangun, Rangga terus menatap sengit adik dari sang kekasih. Dia merasa kesal dengan fakta jika pemuda yang sempat dijuluki cabe-cabean ternyata adik dari kekasih hatinya. Sebenarnya, awalnya dia sungkan dan merasa tak enak. Tapi sejak Brandon terus memonopoli Galih, Rangga jadi kesal. Sejak tadi dia seperti merasa diabaikan, bukan, tepatnya Brandon mengibarkan peperangan dengannya yang terus memonopoli sang kakak.
Tapi ada perasaan tak nyaman dihati Rangga saat melihat sosok pria paruh baya berwajah datar. Tanpa harus menggunakan otak untuk menebak, Rangga sudah bisa menyimpulkan jika pria itu adalah ayah dari kekasihnya. Namun wajah datar tak ramah itu sebenarnya membuat Rangga menciut. Beberapa kali ekor matanya mencuri pandang pria yang sedang menikmati sarapan paginya.
"Kok gue kayak pernah lihat dia, ya." Dahinya mengernyit dengan pikirannya sendiri. Rangga yakin jika pernah melihat pria yang diyakini sebagai ayahnya Galih.
Rasa tak nyaman Rangga semakin menjadi saat dia bisa menyimpulkan jika Galih bukanlah orang biasa. Dilihat dari rumah yang dihuni saja sudah sangat jelas. Rumah dua lantai bergaya klasik yang dipadukan dengan kayu jati khas orang Jogja. Furniture nya juga di dominasi berbahan kayu yang Rangga tahu jika kayu jati bukanlah kayu yang mempunyai harga yang murah. Jadi, selama ini dia salah telah menilai Galih jika dia hanyalah orang miskin. Rangga meringis sendiri dengan pemikirannya.
"Ayah mangkat sek, Le. (Ayah berangkat dulu, Nak.)" Pria paruh baya yang sedari tadi hanya diam membuka suaranya dan beranjak.
"Nggeh, ayah. Ngatos-atos. (Ya, ayah. Hati-hati.)" Sahut Galih dan Brandon serempak. Sedangkan Rangga hanya mengangguk dengan rasa canggung.
"Nanti Mas temenin Brandon ke Lippo Plaza, ya." Ucap Brandon setelah ayahnya pergi.
"Emang mau ngapain, dek?"
"Mau ambil barang di tempat temanku, Mas."
"Ngopo ra sisan kon ngirim Nang omah, to. (Kenapa gak suruh kirim ke rumah aja, sih.)"
"Sisandene lah Mas ngancani Brandon mlaku-mlaku. (Sekalian lah Mas temenin Brandon jalan-jalan), semenjak Mas pindah ke Jakarta, kan udah gak pernah nemenin Brandon jalan."
"Ya udah, nanti Mas temenin." Galih menoleh pada Rangga. "Kamu mau ikut jalan-jalan sekalian gak, dek?"
"Bo-"
"Dih, ngapain sih Mas ngajakin dia. Kita berdua aja Mas." Brandon memotong ucapan Rangga bahkan sebelum orangnya menyelesaikan ucapannya.
"Kasihan Rangga dong dek kalo ditinggal di rumah sendirian."
"Dia, kan bisa jalan-jalan sendiri Mas."
"Rangga mana tahu Jogja sih, dek. Nanti dia nyasar."
"Biar ditemenin sama Pak Darto. Lagian dia udah tiap hari sama Mas, lha aku udah lama lho ditinggalin sama Mas." Brandon mulai memperlihatkan wajah memelasnya. Pemuda berusia dua puluh dua tahun itu memang sangat manja dengan kakak satu-satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galih & Rangga [Terbit]
RomanceTerbit Kali ini Putra colabs dengan si fujo pecinta ramen @lia_halmussd