Chapter 6

1.8K 109 128
                                    

Malam oi!!!

Mas Galih dan Dede Rangga balik nih, mana nih yg kemarin katanya Ter-Galih Galih? Jangan diambil ya, nanti kena sumpahin si Dede loh.

Ok jangan lupa vote komen dan follow akun Putra dan lia_halmussd

Happy reading bucin.

❤️🤍

Seketika kasur Rangga bergoyang dan suara teriakan dari Rangga menggema seketika. Bagaimana tidak, saat ini kedua tangannya di kunci oleh Galih dan tubuhnya diapit oleh kaki besar Galih yang mengukungnya di bawah tubuhnya. Galih menunduk, mendekatkan wajahnya ke wajah Rangga. Membuat teriakan dan makian lepas dari mulut Rangga.

"Mas! Goblok! Mau apa lu! Oy!" Begitulah kira-kira kata-kata yang keluar.

oOo

"Mau kuliah atau Mas kuliahin disini, hm?" Bisik Galih dengan deep voice nya. Bibirnya meniup telinga Rangga.

"G-gue kuliah." Jawab Rangga dengan terbata. Telinganya sudah memerah.

"Good boy." Galih beranjak dari atas tubuh Rangga. "Mas tunggu di bawah."

"Ya." Jawabnya malas. Sungguh pemuda mungil itu masih takut akan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nantinya di universitas. Mentalnya belum terlalu kuat untuk menghadapi para netizen +62.

"Ayo Mas." Seru Rangga setelah menghampiri Galih di parkiran kost.

"Wait." 

"Kenapa?" Galih menatap Rangga bingung saat pemuda itu menghentikan pergerakannya.

"Naik si otok-otok lagi gitu?" Tangannya menunjuk motor Galih dengan wajah kecut.

"Iya." Galih mengangguk.

"Big no! Ogah aku naik motor butut kamu lagi. Malu-maluin aja."

Langkah Rangga terhenti oleh cekalan tangan Galih.

"Mending naik motor aku aja deh Mas."

"Lama Dek."

"Lebih lama pake motor Mas kali."

"Naik, atau Mas cium?"

"Naik naik naik." Rangga langsung loncat ke boncengan. Dia masih waras untuk mengamankan tragedi yang tak diinginkan.

"Yok gaskeun! Kalau sampai aku telat, ku jual si otok-otok!"

"Gak akan."

Setelah memastikan Rangga duduk dengan nyaman, Galih melajukan motornya keluar gerbang kost. Keduanya berkendara dengan suasana pagi yang terasa sejuk. Tak seperti biasanya yang panas ciri khas Jakarta. Sepertinya nanti akan turun hujan.

"Kalo aku di bully gimana Mas? Aku belum sekuat itu, btw." Rangga memecahkan keheningan keduanya. Kedua tangannya melingkar di perut Galih, sedangkan kepalanya disandarkan pada dada bidang cowok jangkung itu.

"Gak akan."

"Kok Mas yakin banget."

"Percaya aja sama Mas, Dek. Gak akan ada yang berani ngebully kamu."

Galih & Rangga [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang