Chapter 20

1.1K 65 9
                                    

Yuhuuuu Mas Jogja dan dede gemoy balik lagi

Mungkin Putra ama lia_halmussd balik buat godain puasa kalian hahaha

Semangat buat puasanya ya.

********

Rintik hujan mulai turun perlahan, langit hitam di atas sana bersemu merah, hawa dingin mulai terasa menyapa. Seperti tatapan dingin seorang pemuda tampan yang saat ini menatap tajam dan dingin pada mobil yang terlihat masuk ke area rumah mewah.

Mobil itu berhenti tepat di depan pemuda tersebut, tak berapa lama keluar seorang pemuda mungil nan manis dari dalam mobil tersebut, berjalan ia menghampiri pemuda yang masih memasang wajah dingin dengan menatap lekat pemuda manis tersebut.

"M-mas..."

"Naik ke kamar." Suara dingin dan dalam itu bak belati yang menyayat hati pemuda manis itu.

"Mas Galih... Rangga, tadi-"

"Aku gak perduli." Ucap Galih lagi dingin lalu pergi berlalu masuk ke dalam rumah itu dengan meninggalkan Rangga yang menatapnya dengan mata memerah.

Hati Rangga rasanya pedih, bagaikan ditusuk sembilu, tatapan dan nada bicara dingin Galih sungguh membuatnya ingin menangis saat ini jua.

"Rangga..." Terlihat seorang pemuda sebayaan dengannya menghampiri Rangga yang masih berdiam di tempatnya, "ayo masuk dulu, apa lo sudah makan?"

Rangga menggeleng, "gue gak lapar, gue masuk dulu ya." Rangga masuk ke dalam rumah itu dan bergegas naik ke lantai dua dengan menahan air matanya yang akan tumpah kapan saja.

Brandon yang melihat itu hanya bisa diam tanpa bisa membantu Rangga, ia sangat hapal bagaimana jika Kakak laki-lakinya itu sudah marah, jadi ia memilih untuk tidak ikut campur.

Krek!

Rangga masuk ke dalam kamar yang terasa dingin itu saat netranya bertemu dengan tatapan dingin seorang Galih, atmosfer kian dingin terasa ditambah hujan yang mulai turun di luar sana.

Hening.

Galih diam dengan duduk di ujung tempat tidur dan menatap tajam pada Rangga yang berdiri dengan menundukkan kepalanya dan sesekali menatap ke arahnya.

"Mandi." Titah Galih masih dengan nada dingin.

Rangga mengangguk patuh lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi, sebelum masuk ia sempat melirik pada Galih yang malah membuang wajah darinya, membuat hati Rangga kian terluka.

Di dalam sana Rangga menyalakan shower dan membiarkan tubuhnya diguyur air dingin tanpa melepaskan sehelaipun kain dari tubuhnya, perlahan air mata yang ia tahan sekuat tenaga akhirnya tumpah, isakan demi isakan mulai terdengar, suara gemirik air membiaskan suara tangisnya, hatinya teramat sakit mendapati sikap Galih yang dingin seperti saat ini, membuat dadanya terasa sesak.

Cukup lama Rangga di dalam sana sampai akhirnya ia keluar dengan handuk yang melilit dipinggang rampingnya, mata merahnya masih terlihat jelas walau rambut basahnya menutupi sebagian matanya, berjalan ia keluar dengan membiarkan tubuh putihnya terpampang di hadapan Galih saat ini, berjalan ia ke arah lemari dan mengambil pakaian tidur yang dulu dibelikan oleh Galih untuknya, piama bewarna dasar putih dengan gambar kodok hijau di sana.

Galih & Rangga [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang