Chapter 15

1.2K 62 6
                                    

Oi! Anak bucin hadir lagi

Putra ada pantun nih buat lia_halmussd

Jalan-jalan ke kota batu
Di kota batu membeli sepatu
Au ah gue lupa lanjutannya

Baca ini aj deh ygy

*******

"Eh betina, lu minta traktir gue apa ngerampok sih?" Seorang cowok menatap teman ceweknya yang membeli banyak makanan di food truck yang ada di dalam mall.

"Kan di traktir, ya gue sekalian lah makan buat ntar malem."

"Lo suka aji mumpung." Sahut cowok lainnya. Padahal dia juga tengah membawa berbagai macam makanan di tangannya. Keduanya tengah di traktir Farrel. Lebih tepatnya mereka memalak Farrel.

"Lo juga, btw." Adhisti menatap Barra jengah.

"Lagian ya lo pada tanpa gue traktir bisa buat makan. Uang jajan yang belakangnya berdigit nol sembilan pada mau lo kemanain?"

"Sebagai calon ibu yang baik, tentu aja buat ditabung dong."

"Paling juga buat beli skincare."

"Mon maap ya Mase, gue gak kenal yang namanya skincare." Adhisti mulai menyusup makanannya.

"Tai. Mana ada cewek gak kenal skincare."

"Ada. Nih gue." Adhisti menepuk dadanya bangga.

"Halah, skincare kagak tapi makannya banyak." Farrel menyahut.

"Nah! Itu baru bener."

"Lagian lo kayak orang susah. Padahal buat makan sebulan aja lo mampu."

"Gue kan bercita-cita menjadi wanita kaya. Coba ngelonte tuh halal."

"Astaghfirullah Dhis, nyebut Dhis." Barra mengelus dadanya dramatis. Merasa miris dengan teman ceweknya. "Mending lo ngepet aja. Gue udah punya inceran bagus nih di komplek sebelah."

"Ogah. Gue kalo ngepet takut terlalu cantik jadi babi."

"Ya Tuhan! Gini amat punya temen. Gak ada yang waras." Farrel menggelengkan kepalanya dramatis. Punya teman tak ada satupun yang waras kelakuannya.

"Berarti lo gak waras juga dong. Kan lo gaulnya sama kita kita." Dan tawa Adhisti juga Barra pecah.

"Sabar Rel, sabar. Orang sabar disayang pacar." 

"Pacar aja gak punya!" Seru Adhisti semakin tertawa kencang.

Farrel yang merasa paling waras memilih diam. Toh percuma berdebat dengan kedua temannya yang memang berkelakuan ajaib. Tapi, untung saja Rangga tidak ikut. Jika manusia mungil satu itu juga ikut, sudah dipastikan dia seperti seorang Ayah yang mengasuh anaknya. Rangga itu lebih rewel dan bawel melebihi Adhisti dan Barra.

"Eh itu Rangga bukan sih?" Ucapan Barra membuat atensi keduanya teralihkan. Bahkan Adhisti sudah tak tertawa lagi.

"Eh iya kayaknya. Sama siapa tuh kunyuk?" Mata Adhisti memicing, mencoba menatap cowok yang tengah bersama Rangga.

Galih & Rangga [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang