Chapter 18

1K 64 13
                                    

Yuhuuuuu

Lama banget ya gak up

Huhuhu

Sowi sowi, soalnya Putra sama lia_halmussd kemarin sibuk nyari Psikiater buat benerin otak

Jangan lupa main ke akun Lia juga ba besti

*********

Pemandangan kota Jogja di malam hari memang tidak pernah mengecewakan, semuanya selalu ramai seperti saat siang hari, kerlapan lampu bewarna warni menghiasi jalanan kota yang berjuluk kota pelajar tersebut, suara musik dan keramain terdengar samar dari alun-alun kota Jogja yang terlihat penuh dengan orang serta kendaraan, ada juga becak yang berjejer rapi yang siap membawa pengunjung berkeliling kota tersebut.

Sepasang mata terlihat menatap keramaian kota malam itu dengan senyum bahagia, dari balik jendela mobil itu ia menatap takjub pada kota penuh kenangan baginya itu.

"Dulu, tempat ini adalah tempat paling penuh kenangan, namun mulai saat ini tidak akan ada lagi yang namanya kenangan, karena bersama mu akan ku hadirkan hari-hari bahagia yang tak pernah usai." Monolognya sembari mengusap lembut surai hitam pemuda manis yang tertidur di sampingnya itu.

Mobil taksi itu terus berjalan menyisiri keramaian kota Jogja yang kian ramai di setiap jamnya

~~~~~~~

Semilir angin berhembus lembut, meniup tirai-tirai putih yang menari-nari di depan jendela sebuah kamar, cahaya sang surya ikut serta menembus tirai putih itu, membelai lembut wajah seorang pemuda yang terlihat mulai terusik karenanya.

Tubuh mungil itu mulai bergerak-gerak, perlahan kelopak mata itu terbuka dan terlihatlah onix hitam yang bersinar terkena cahaya mentari. Diam ia dengan menatap langit-langit kamar bewarna biru langit itu, mengumpulkan nyawanya yang masih tertinggal di alam mimpi.

Krek!

Suara pintu terbuka terdengar dengan disertai tempat tidur itu yang terasa bergoyang tak berapa lama.

Cup!

"Selamat pagi Dek." Ujar seorang pria tampan pada pemuda tersebut dengan memberikan sebuah kecupan lembut pada keningnya.

"Mas Galih." Tangan mungil itu terangkat menyentuh wajah tampan itu.

"Hum? Lapar?"

Si pemuda menggelengkan kepalanya.

"Lalu?"

Wajah manis itu merona tiba-tiba, tersenyum manis lalu membuang tatapannya ke arah lain.

Galih yang melihat wajah malu Rangga itu menjadi tidak kuat untuk tidak mencubit pipi berisi nan lembut itu.

Cup!

Cup!

Cup!

Ciuman gemas ia berikan pada kedua pipi Rangga secara bergantian, membuat Rangga tertawa karenanya.

"Wangi." Puji Galih lalu menatap dalam pada onix hitam itu.

"Pipi doang ni yang dicium?" Ucap Rangga setengah berbisik, wajahnya kian memerah sampai ketelinga.

Galih & Rangga [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang