Chapter 10

1.5K 86 12
                                    

Morning apribade....

Mas sabar ams dede lemes datang lagi

Kuy kuy jangan lupa support juga besti gue si pecandu ramen lia_halmussd

Happy reading na

oOo

Suara decakan terus terdengar dari bibir sosok pemuda mungil yang tengah duduk di kantin. Sejak kemarin, dia terus uring-uringan. Bahkan tidurnya saja tidak nyenyak. Entah apa yang tengah menghantui sosok pemuda mungil itu.

Yang pasti sih, bukan setan.

"Lu ngapa dah?" Adhisti yang sudah jengah dengan kelakuan temannya bertanya.

"Kesel gue."

"Tau kali kalo lu kesel. Tapi kesel kenapa?" Barra yang juga sudah jengkel ikut bersuara.

"Gak tau."

"Si anying. Dia yang kesel kok malah gak tau." Ingin sekali Barra memukul Rangga jika dia tak ingat kalau pemuda mungil yang menyebalkan itu adala temannya.

"Emang kesel butuh alasan!" Rangga menusuk-nusuk baksonya dengan brutal.

"Ya iyalah goblok. Emang cinta yang gak butuh alasan." Kenapa sih Barra harus berteman dengan manusia semacam Rangga.

"Cinta butuh alasan juga kali." Adhisti bersuara.

"Dih, lu aja yang butuh. Gue mah enggak."

"Emang lu bisa jatuh cinta." Sontak ucapan Adhisti membuat Barra naik darah. Bahkan Farel sudah terbahak di tempatnya. Barra kan memang bangsat-bangsat polos. Celap-celup sih iya. Apalagi ngebokep, dia rajanya. Tapi untuk jatuh cinta, belum. Miris kan.

"Sialan lu pada." Barra sudah memasang wajah kesal.

"Lu kenapa deh Ga. Coba cerita." Ucap farel setelah tawanya mereda. Lama-lama dia juga tak tega melihat temannya yang satu itu terus uring-uringan gak jelas.

"Gue tuh kesel sama orang." Ucap Rangga dengan bibir cemberut.

"Emang dia kenapa?" Farel terus bertanya tanpa menanyakan siapa orang yang dimaksud Rangga. Sepertinya dia sudah bisa menebak.

"Ya kali dia peluk-pelukan di depan mata gue!" Seru Rangga menggebu. Bahkan, bakso ukuran cukup besar yang ada di mangkoknya sudah hancur.

"Lah, ngapa lu marah?" Kini Adhisti menyahut.

"Ya... ya gue gak suka aja liatnya."

"Gak suka, atau lu cemburu?" Farel menatap Rangga menyelidik.

"Eng-enggak lah. Ya kali gue cemburu." Rangga sedikit terbata saat menyangkal.

Farel mengedikkan bahunya. "Namanya orang cemburu mana ada yang ngaku."

"Gak lah. Lagian gue bukan homo." Kata terakhirnya Rangga ucapkan dalam hati.

"Bentar deh. Emang yang lu omongin ini sape sih?" Pertanyaan Adhisti sukses membuat Farel menepuk keningnya. Jadi, sedari tadi gadis itu menyimak dan ikut bicara tak tau siapa yang dimaksud. Untung Farel itu sabar orangnya. Kalau enggak, pasti Adhisti sudah melayang entah kemana.

Galih & Rangga [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang