Yuhuuu maaf ya lama, Putra & lia_halmussd habis dilanda bencana prahara kejiwaan hehehe
Heppi riding
OoO
Suara televisi berukuran 50 inch memenuhi penjuru rumah besar bergaya klasik, acara stand up comedy
Di alah satu stasiun TV yang terdengar lucu dan terdengar tawa menggelegar dari penonton di studio berbeda jauh dengan penonton yang berada di rumah. Pemuda bertubuh mungil itu terlihat fokus menonton, namun jika dilihat lebih jauh lagi, sebenarnya pemuda itu tengah melamun. Tatapan matanya begitu terlihat sendu, tak ada senyuman manis yang selalu terpatri di wajah manisnya.
“Pulang sono, lo menuh-menuhin rumah gue doang.” Ucap Brandon menatap Rangga jengkel.
“Budek lo ya.” Kesal Brandon kala tak mendapat tanggapan dari sang lawan bicara.
Dengan jengkel Brandon mematikan televisi, menaruh remot yang ia pegang dengan kasar. Namun, suara bantingan itu tak membuyarkan lamunan si manis.
“Pulang, Ga. Percuma lo terus di sini sedangkan Mas Galih gak akan pulang.”
Keheninganlah yang tetap menyahuti ucapan Brandon, tentunya itu membuat si tuan rumah semakin merasa kesal.
“Beban banget sih lo.” Kesalnya lalu pergi meninggalkan Rangga sendirian lagi.
Rangga tak bergeming, dia masih lurus menatap pada televisi yang kini hanya terlihat gelap.
“Rangga beban ya, Mas? Sampai Mas Galih ninggalin Rangga.” Gumam Rangga lirih.
oOo
“Makan. Jangan sampai lo sakit pas di sini, ntar nyusahin gue sama Ayah.” Brandon meletakkan nampan berisi makanan juga segelas susu di nakas kamar Kakaknya yang kini dihuni Rangga.
Tak ada tanggapan dari Rangga, pemuda itu tetap bungkam dengan sorot matanya yang sendu.
“Gue mau keluar, kalua sampai gue baik lo gak habisin makanannya, gue usir lo dari sini.” Ancam Brandon sebelum melangkah keluar.
Rangga masih tetap tak bergeming, dia masih asyik menatap potret sang pemilik kamar yang tergantung indah di salah satu sudut dinding kamar.
“Mas Galih gak kangen sama Rangga?” Monolognya sendu.
Rangga melirik makanan di nakas, “Rangga harus makan ya Mas, biar gak diusir dari sini sama Brandon?”
Tangan mungilnya terulur mengambil piring, menyuap sesendok ke mulutnya. Terasa hambar di mulutnya, tapi Rangga paksakan untuk menelan makanan itu meski ia tak nafsu makan.
“Rangga harus paksa makan kan Mas, biar Rangga tetap sehat. Kalau Rangga sehat dan gak nyusahin Mas Galih,Mas bakalan pulang ‘kan?” Rangga kembali menyuap makanan ke mulutnya.
Pemuda itu benar-benar menghabiskan makanan yang Brandom siapkan, bahkan segelas susunya juga telah tandas tanpa tersisa setetes pun.
Rangga menoleh, menatap pada potret yang masih menggantung indah di dinding. “Lihat Mas, Rangga udah habisin makanan sama susunya. Rangga gak akan nyusahin Mas lagi, jadi Mas pulang ya.”
Dibalik pintu, Brandon melihat apa yang dilakukan Rangga. Ia menatap prihatin pemuda yang menghuni kamar sang Kakak. Ia tahu bagaimana sakitnya Rangga, ia berucap kasar pun hanya untuk membuat pemuda itu pulang. Ia tak mau pemuda itu terus menunggu Kakaknya pulang, sedangkan jauh di belahan bumi sana sang Kakak juga tengah menyembuhkan lukanya. Mengapa keadaan mereka begitu sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galih & Rangga [Terbit]
RomanceTerbit Kali ini Putra colabs dengan si fujo pecinta ramen @lia_halmussd