Chapter 8

1.3K 90 20
                                    

Oi bucin! Eaaa mana nih bucinnya dede Rangga? Pada kangen gak? Kuylah baca.

Jangan lupa ramein juga di akun lia_halmussd yaw

Ok, happy reading.

oOo

Cakrawala terlihat menggelap dengan awan kelabu menggantung. Angin berhembus cukup kencang pagi itu. Sepertinya, langit akan menumpahkan muatannya sebentar lagi.

Terlihat seorang pemuda berjalan gontai di lorong universitas. Wajahnya ditekuk, bahkan saat beberapa orang menyapanya tak dihiraukan. Sepertinya, pemuda itu tengah berada dalam mood buruk.

Brak!

Pemuda itu meletakkan tasnya di atas meja dengan tak santai. Ditelungkupkan kepalanya diatas kedua tangannya yang terlipat di atas meja. Sebenarnya pemuda itu enggan untuk berangkat kuliah, tapi dia ingat jika hari ini ada bimbingan dari salah satu guru killer di kampusnya.

"Lu kenapa dah, nyet! Dateng-dateng muka ditekuk gitu kayak baju gak di setrika." Adhisti menatap Rangga heran.

"Bukan lagi, muka lu udah kayak mikirin utang negara." Farel menimpali. Pemuda itu semakin menatap prihatin temannya.

"Sok kebanyakannya beban idup lu nyet. Biasanya juga tuh mulut merepet mulu." Barra ikut menimpali Rangga yang duduk disebelahnya.

"Tsk, bacot lu pada. Berisik." Posisi Rangga masih sama. Dia enggan hanya untuk bergerak walau seinci saja.

"Lu kenapa deh Ga?" Farel yang memang lebih bisa waras membuka suaranya.

"Gapapa."

Farel berdecak. "Gapapanya cewek tuh pasti gak baik-baik aja."

Rangga melirik Farel sinis. "Gue cowok, bukan cewek."

"Tapi lu uke."

"Anjing!"

Tak ingin semakin terpancing emosi karena memang Rangga lagi malas bicara, pemuda mungil itu lebih memilih mengabaikan teman-temannya.

"Kenapa sih temen lu?" Adhisti menyikut lengan Farel yang ada di sebelahnya.

"Ya mana gue tau. Lu denger sendiri dia cuma diem aja dari tadi."

"Gagal klimaks kali."

Plak!

"Otak gak usah selangkangan terus bisa gak sih sat!" Adhisti memukul kepala Barra menggunakan gulungan buku.

"Lu mah sukanya kdrt sama gue."

"Temen bangsat kayak lu tuh emang wajib di kdrt-in. Kalo perlu tuh kontol laknat lu dipotong sekalian."

"Sadis amat lu Dhis." Tangan Barra sudah menutupi area pusakanya.

Brak!

Ketiganya terkejut saat Rangga memukul meja. "Diem bisa gak sih? Berisik terus dari tadi." Setelah membentak cukup keras, rangga kembali menelungkupkan kepalanya diatas meja.

Galih & Rangga [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang