5. Baper

3K 222 4
                                    

Hay semua 👋👋

[ HARGAI PENULIS JANGAN LUPA VOTE ]

Semoga betah dan senang dengan ceritanya


HAPPY READING!!

..

💐💐

Jeya –Mamah dari Dipta sendari tadi terus membangunkan putranya yang sangat susah untuk di bangunin.

“Dipta, ayo dong sayang bangun, ini udah siang, emangnya kamu nggak ke kantor?” tanya Jeya kepada putranya yang masih memejamkan matanya.

Meski pun mata Dipta terpejam, ia masih bisa mendengar suara Mamahnya yang terus menyuruhnya bangun. “Dip bangun ih, ayo bangun Dipta jangan kaya anak kecil gini!” kesal Jeya masih tidak mendapatkan sahutan apa pun dari putranya.

Jeya menghelan nafas gusar melihat anaknya hanya anteng tertidur. Dengan perasaan sangat kesal terhadap putranya itu, Jeya pun menjewer sangat kencang telinga Dipta, sontak saja Dipta yang tertidur setengah sadar itu terbangun kesakitan.
“Woy goblok sakit!” umpatnya tanpa sadar bahwa ia mengatakan hal itu di depan Mamahnya sendiri.

“Apa? Apa? Bilang apa tadi kamu ke Mamah? Sini sekali lagi ucapinnya, Mamah pengen denger lebih jelas.” ujar Jeya menatap putranya datar, namun tajam.

Dipta hanya tertawa kecil menanggapi ucapan Mamahnya. “Bercanda doang kok Mah, udah ah jangan serius mulu.” ucapnya dengan nada sedikit lembut agar Jeya tidak semakin marah kepadanya.

Jeya menatap sang putra sinis. “Kebiasaan kamu, udah sana mandi, Papah nungguin kamu di bawah.”

“Siap Nyonya Diwangsa.” ucap Dipta sambil memberi hormat, layaknya hormat ke bendera.

Jeya terkekeh melihatnya. “Udah ah, sana siap-siap biar gak di tungguin lagi.”

“Siap Ibu Bos.”


×


Selesai dengan ritual mandinya Dipta berjalan munuju ke bawah, untuk menemui sang Papah yang telah menunggunya. Langkah kakinya berjalan menuruni anak tangga.

“Morning, Pah, Mah.” ucap Dipta saat melihat kedua orang tuanya yang berada di dapur.

“Juga, Dip.” jawab Jeya.

“Hm.”

Dipta tersenyum kecil menatap Hendra sang Papah yang terlihat cemberut. “Sudahlah Pak, wajahnya jangan di gituin terus, kelihatan banget punya dendamnya.”

“Papah emang punya dendam, pengen ngeluarin seorang Pradipta dari kk Diwangsa.” ketus Hendri melirik anaknya dengan tatapan sinis.

“Ntar gak ada Dipta, nangis lagi.”

Hendra terkekeh remeh dengan ucapan putranya. “Yang ada kamu kaya gitu.” ucap Hendra tak mau kalah.

Jeya yang mendengar pertengkaran kecil mereka pun hanya terkekeh.

“Udah dong, kalian ini ribut udah kaya anak kecil lagi rebutan mainan tau.” ucap Jeya menatap Hendra dan Dipta bergantian.

PRADIPTA || RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang