42. Hanya bayangan

1.2K 90 1
                                    

Hayyy balik sama dd 😍😋

gimana kabar kalian? baik kan? pasti dong

[ VOTA + FOLOW AKUN AKU
- BACA YANG TELITI SOALNYA BANYAK TYPO]

Semoga senang dan betah sama ceritanya, selalu jadi pembaca yang setia!

..

HAPPY READING!!

**

"Aneh yah, punya masalah aja masih tetap bisa tersenyum."

-Nanda Ariesta Firmanka

💐💐

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam namun Mikael tetap tidak bisa tidur. "Sayang tidur dong udah malam." ucap Dipta khawatir karena Mikael yang tak mau tidur.

"Gabisa Mas, Mas duluan aja tidur nanti El nyusul oke."

"Gak. Gabisa, aku tunggu kamu tidur dulu, baru aku bisa tenang."

"Sini peluk." Mikael mengangguk lucu, mendekat ke dalam pelukan suaminya.

"Mas." panggil Mikael.

"Hm."

"El besok mau reunian sama yang lain, boleh gak?" Mikael mendongkak menatap Dipta yang memejamkan matanya.

"Mas tidur?" tanya Mikael, Dipta membuka matanya kembali, tersenyum ke arah Mikael. "Enggak sayang."

"Di izinin gak?"

"Emang itu nya gak sakit lagi?"

"Sedikit." cicit Mikael kecil.

"Yaudah aku gak izinin kalau masih sakit, aku gamau kamu kenapa-kenapa."

Mikael mencebikkan bibirnya. "Mas plis yah boleh?" mohon Mikael namun Dipta menggeleng.

"Sebagai gantinya besok kita ke rumah Mimih sama Pipih mau?" tawar Dipta.

Mikael tak mungkin menolak dengan tawaran ini, karena sudah hampir seminggu dia tidak bertemu orang tuanya. "Emm yaudah deh." pasrah Mikael.

"Anak pinter!"

"Mas."

"Apa sayang?"

"Jika matahari pergi karena datangnya malam. Apa Mas juga bakal pergi karena datangnya dia yang lebih sempurna dari aku?" Mikael melepaskan pelukannya. Merubah posisinya menjadi duduk.

Dipta pun mengikutinya. "Aku tidak akan seperti matahari yang pergi karena malam. Aku akan seperti tanah yang setia menunggu dia tumbuh, pasalnya seperti aku selalu menunggu kamu, El. Dimana dia setia menunggunya walau harus berhari-hari dan bertahun-tahun, aku sanggup seperti tanah, walau orang-orang menyakitinya, tapi dia tetap semangat."

"Kalau El tiba-tiba pergi jauh dari Mas, apa Mas sanggup menunggu El pulang?"

Dipta menggenggam tangan Mikael. "Jika aku bisa menunggumu kenapa tidak? Jika aku masih sanggup aku akan menunggumu kapan pun itu, tetapi jika kau menghilang tanpa adanya kabar dan kembali menyebut nama pria lain, mungkin itu kehancuran dalam hidupku. I am always waiting for you."

PRADIPTA || RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang