6. Milikku

3.1K 218 1
                                    

Hay semua 👋👋

[ JANGAN LUPA VOTE 😉 ]

Semoga suka dan betah dengan ceritanya

HAPPY READING!!

..

"Kamu itu kaya milkita, kalau milkita milik kita kalau kamu milik aku."

- Gery Verdiansyah

💐💐

Setelah pertemuan kedua keluarga selesai, Dipta pun mengatar Mikael pulang. Tadinya Dipta menolak, Mikael bisa saja pulang dengan kedua orang tuanya, namun, Jeya memaksa putranya itu untuk pergi mengatarkan Mikael, karena dengan paksaan Jeya dan kedua orang tua Mikael, Dipta pun pergi mengantarnya pulang.

Setelah mengantar Mikael, Dipta tidak memilih untuk pulang, melainkan menongkrong bersama teman-temannya.

“Hai Mas bro.” sapa Gery kepada Dipta.

“Hm iya.”

“Kenapa lo keliatan kaya lesu gitu? Kaya anak yang cacingan, jijik gua liatnya.” ucap Gean begitu melihat Dipta yang lemah, letih, lesu, loyo.

“Ah gua tau nih kenapa ni anak kaya gini, habis di selingkuhin.” sahut Gery.

“Diam lo Gery salut!” kesal Dipta lantaran Gery malah mengungkit kejadiannya yang di selingkuhi.

Gery mencebikkan bibirnya, terkadang ada rasa kesal dalam dirinya saat Dipta memanggil namanya dengan sebutan Gery salut.

“Awas lo anying! Kalau lo nanti beli Gery salut, gua aminin sekali makan lo langsung di jemput sama malaikat maut.” sembur Gery.

“Emangnya lo yang nentuin bagaimana dan kapan si Dipta di jemput sama malaikat maut?” sahut Joki.

“Nyambung mulu lo kaya kabel listrik!” sambar Satria seraya menoyor kepala Joki.

“Gak sopan goblok kaya gitu sama anak orang!” hardik Joki menatap Satria tajam. Satria tipikal orang yang pendiam, namun, sekalinya nimbrung mulut jahatnya keluar.

“Udah Jok, jangan di dengerin si kanebo mah.” ucap Gery sambil merangkul pundak Joki.

“Nama gua Joki goblok, Jok Jok lo pikir gua Jok motor hah?” kesalnya sembari menghempas tangan Gery yang merangkul pundaknya.

“Oh nama lo Joki goblok?” tanyanya tertawa terbahak-bahak dengan kalimat yang di ucapkan Joki barusan.

“Eh si anying lo kaga ngerti juga bangsat! NAMA GUA JOKI PRASETYA!” teriak Joki kesal, deru nafasnya terengah-engah.

“Eh goblok, gausah sambil teriak juga lah anying!” hardik Gery.

“Lo emang anak SD yang masih ha–“

BRAKK

Dipta menggebrak meja yang ada di hadapannya, mampu membuat kedua orang yang berdebat itu terdiam. “Lo berdua bisa diem kaga?” ucapnya menghelan nafas kasar.

“Keliatan dari wajah lo, kalau lo bukan galau, tapi marah, ada apa lo? Kalau ada masalah, cerita ama temen-temen lo nih.” kata Gean.

“Minggu depan gua nikah.”

“NIKAH?!” kompak ketiganya bersamaan, kecuali Satria hanya berekspresi biasa saja.

“Gausah bercanda keterlaluan lo.” ujar Gery merasa tidak percaya dengan apa yang di katakan temannya barusan.

“Dengerin tuh!” sahut Joki.

“Gak mungkin lo bakal nikah sehabis di selingkuhi kaya gitu.” ucap Gery masih tidak percaya.

“Bisa.” ucap Dipta meyakinkan Gery.

“Cuih bohong lo, laku aja kaga tiba-tiba aja ini nikah, bercanda kan lo?”

Mendengar perkataan Gery barusan membuat Dipta menatapnya tajam. Shit! Gery salah mengucapkan kalimat itu. Joki dan Gean khawatir akan terjadinya bencana.

“Maksud lo apa ngatain gua kaga laku?”

Gery hanya cengengesan di tatap tajam oleh Dipta. “Eh Dip, gua cuman bercanda kok, maksud gua di sini itu loh.” Gery kebingungan tidak tahu harus menjawab apa.

“Gini ya Dip, maksud tu anak, dia tuh ledek lo jelek.” celetuk Satria.

Gery menoleh ke arah Satria, bisa-bisanya Satria malah menambah kesalahannya.

Gery menggaruk punggung kepalanya yang tidak gatal. Tatapan Dipta mulai menajam. Mungkin setelah ini dirinya akan di pukuli oleh Dipta.

Tidak ada suara ponsel apa pun Gery menempelkan ponselnya ke telinganya. “Halo Ma, ada apa Ma? Oh Gery harus pulang ya Ma? Apa sekarang juga? Oh baik-baik Ma, sekarang Gery pulang.” Gery kembali memasukan ponselnya ke sakunya.

“Gua cabut kawan-kawan!” pamitnya melongos pergi.

“Dip, bener kata tu orang kalau lo di selingkuhi sama Gina?” tanya Gean.

“Iya seperti yang lo denger.”

“Emang lo pergoki si Gina selingkuh dimana?” tanya Joki yang sepertinya topik ini sangat seru.

“Gua liat dia, di samping kafe love story lagi bermesraan sama cowok lain.” jawab  Dipta.

“Terus lo samperin mereka?” sahut Satria bergabung dengan mereka.

“Lo ngelakuin hal apa Dip sampe tu si Gina selingkuhi lo.” sahut lagi Joki.

“Yang gua terakhir dengar dari mulut dia itu, kalau gua selalu mentingin kerjaan gua sampe gak peduli dengan dia, menurut lo pada, bener gak perkataan Gina tentang gua yang selalu mentingin pekerjaan di banding dia?” tanya Dipta memastikan akan semuanya, bahwa perkataan Gina adalah salah tentangnya.

“Jujur aja gua Dip. Gina, dia sudah salah menilai lo. Kalau emang lo lebih mentingin kerjaan lo dari pada dia, nggak mungkin waktu itu lo rela ninggalin meeting cuman demi Gina yang pengen tidur di temenin lo. Entah gua salah atau benar, mungkin Gina berubah seperti itu karena sebulan yang lalu lo tinggalin dia keluar kota kan? Dan akhirnya Gina berfikir ke arah lain bahwa lo lebih mentingin kerjaannya, dan dia sendiri gatau aja alasan lo pergi.” jelas Satria.

Joki terdiam tercengung dengan ucapan panjang lebar yang keluar dari mulut Satria. Wajar saja jika Joki seperti ini, karena yang ia lihat Satria adalah cowok pendiam namun pedas, dan cowok ini tipikal orang yang sangat irit dengan topik, bahkan Joki selalu berfikir kalau mulut Satria di lem.

Berbeda lagi dengan Gean dan Dipta, kedua orang itu selalu mendengar perkataan panjang lebar dari mulut cowok itu. Satria selalu berfikir, berbincang dengan Dipta dan Gean itu nyaman di banding dengan Joki dan Gery.

“Sadar Joki Prasetya! Kaya baru pertama kali denger aja.” ucap Gean mengerti dengan keadaan temannya itu.

Tatapan Joki tak teralihkan sedikit pun, ia terus menerus menatap Satria. “Jijik gua sama tatapan lo.” sembur Satria, karena merasa tidak nyaman di tatap seperti itu oleh cowok itu.

Joki tersenyum lebar menatap Satria, sedangkan sang empu yang di tatapnya hanya memberikan ekspresi datar.

“Udah, ayo balik ke topik awal.” ucap Gean sembari menatap Satria mengkode dirinya agar kembali bercerita.

“Dan lo Dip, gua tau alasan lo pergi keluar kota, karena lo sedang membangun rumah buat hadiah anniversary ke 4 tahun kan?” tanya Satria membuat Dipta mengangguk.

“Dari mana lo tau?” tanyanya terheran.

“Jadi pas waktu lo keluar kota, gua di suruh sama Gina buat samperin lo, sampe di sana kebetulan gua melihat lo yang lagi sibuk kerja, dan gua tau alasan lo itu dari pegawai yang lewat.” jelas Satria.

“Kalau lo tau, kenapa waktu itu lo gak kasih tahu ke Gina alasan si Dipta pergi?” tanya Gean.

Satria tidak menjawab pertanyaan Gean, yang Gean dapatkan ialah jawaban fisik yang di lakukan oleh Joki kepadanya. “Bego banget sih lo An, ya Satria ngerti lah itu rumah buat surprise.” ujar Joki geleng-geleng.

“Goblok gausah sambil nyerang fisik juga lah!” dengus Gean. Tangannya beralih merangkul pundak Dipta. “Dah lah yang lalu biarlah berlalu, sekarang temen kita ini mau nikah.”

Dipta kembali bete dengan ucapan Gean, mengingat akan dirinya yang sebentar lagi menikah dengan gadis bobrok.

“Lo mau nikah tapi keliatan kaga senang, kenapa?” tanya Satria, melihat aura Dipta yang seperti merasa terbebani dengan pernikahannya.

“Lo tau? Cewek yang mau nikah sama gua, adalah cewek bobrok plus tengil, dan punya sifat yang kekanak-kanakan, masa iya gua yang seganteng ini mau sama modelan kaya dia?” ucapnya begitu yakin merasa bahwa Mikael tak pantas untuk dirinya.

“Seburuk apa pun dia di mata lo, kalau takdirnya dia jodoh lo, lo harus terima.” ujar Satria.

“Nih ya, hargailah keberadaan nya sebelum menyesal, karena orang setia tidak datang untuk kedua kalinya.” sambung Joki.

Gean sontak bertepuk tangan. “Bangga gua sama lo, lo sekarang udah dewasa.” ucapnya dengan bangga.

“Maksud lo, selama ini gua nggak pernah dewasa, iya?”

“Bukan gitu maksud gua, ya bangga aja gua, kalau lo gak ada Gery malah lebih waras.” jelas Gean

“Wah berita penting ini, harus kasih tahu media, bahwa seorang Joki Prasetya akhirnya waras.” kata Dipta sambil berpura-pura mengetik sesuatu di ponselnya.

Joki hanya menatap datar laki-laki itu. “Jadi lo bertiga berfikir kalau gua selama ini gak waras?” tanyanya.

“EMANG!” jawab ketiganya kompak.

“Emang pada goblok banget gua punya temen.”


×


Siang hari yang begitu cerah membangunkan gadis yang tertidur lelap di balik selimut tebalnya. Pancaran sinar matahari menusuk masuk ke matanya, membuat gadis itu terbangun dengan rasa malasnya.

“Matahari botak, ganggu!” kesalnya. Merubah posisinya menjadi duduk untuk mengumpulkan nyawa, melihat ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul 10 siang.

“Buset! Mimih bisa marah.”


×


“Enak banget ya tidurnya anak gadis.” sindir Ratu begitu melihat putrinya yang menuruni anak tangga setelah hari menjelang siang.

“Hehe.. iya lah Mih enak.” ucap Mikael cengengesan.

“Lain kali kamu jangan di biasain bangun siang gini, kamu harus bangun pagi seperti jam 5 an, apalagi kamu bentar lagi mau jadi seorang istri.” ucap Ratu.

“Istri?” beo Mikael.

“Iya sayang, masa lupa sih sama yang semalam? Kan kamu minggu depan nanti mau nikah.” ucap Ratu tersenyum hangat menatap putrinya.

“Iya Mih.” ucap Mikael, ia menjadi tidak mood untuk sarapan karena ucapan Ratu.

“El.”

“Kenapa Mih?”

“Besok kamu sudah mulai kuliah.”

“Kuliah? Yah kapan Mimih daftarin El buat kuliah?” tanya Mikael terkejut.

“Kemarin.”

“Kok Mimih enggak kasih tahu El dulu sih? Kan El mau pilih kuliah di universitas yang El mau!” kesal Mikael mencebikkan bibirnya.

“Sengaja, pas nikah nanti kamu pasti tahu.”

“Tapi kan Mi–“ ucapan Mikael terpotong kala melihat Ratu sudah tidak ada di tempatnya.

“Ya Allah Mimih, El belum selesai ngomong malah main tinggal aja.” dengus Mikael melanjutkan sarapan siangnya dengan selera tidak nafsu.


×


Mikael yang tengah asik menonton acara televisi di ruang tengahnya pun terhenti saat suara bel pintu rumah terdengar.

“BIBI ADA TAMU!” teriak Mikael memanggil Bi Inah, namu, tidak ada sahutan apa pun dari Bi Inah.

Mikael berdecak, menaruh cemilannya di atas meja dengan kasar. Beranjak dari duduknya, berjalan ke arah pintu melihat siapa yang datang.

Begitu Mikael membuka pintu rumahnya, wajahnya berubah drastis menjadi sangat datar.

“Ngapain sih Om ke sini? Kaga di undang juga.” ketus Mikael terhadap laki-laki itu.

“Jangan kepedean, saya ke sini di suruh Mimih kamu.” jawab Dipta membalas tatapan Mikael yang menatap dirinya tajam. Gadis di hadapannya tidak mengerti-mengerti padahal sudah di peringati untuk tidak memanggilnya dengan sebutan Om.

“Sa–“

“Kalau ada tamu itu di biarin dulu masuk, bukan di tanya-tanya seperti ini.” sindir Dipta.

Decihan kecil keluar dari mulut Mikael, membuka lebar pintunya. “Silahkan masuk tamu tak di undang.” ketusnya.

Dipta berjalan masuk, mendudukan dirinya di sofa. “Ambilin saya minum.” ucap Dipta dengan santainya saat Mikael hendak mendudukan dirinya di sofa.

“Enak aja, gua di sini bukan pembantu ya Om, kalau mau minum ambil sendiri aja.” ucapnya tidak terima, bisa-bisanya laki-laki itu memerintah dirinya seenaknya.

“Sudah saya peringati, jangan panggil saya Om, saya tidak setua itu Mikael, kalau kamu susah di bilangi, maka panggil saya dengan sebutan Ip aja.” ucap Dipta.

“Ip?” beo Mikael.

“Hm.”

“Aneh.” gumam Mikael.

“Bukannya nama lo itu Pradipta? Dan lo suruh gua panggil Dipta aja.” heran Mikael.

“Kamu orang yang akan menjadi miliku selamanya, dan orang yang berhak memanggil saya Ip adalah hanya orang yang saya sayangi.”

Mikael hanya ber oh. “Orang tua lo nggak manggil lo Ip, jadi mereka bukan orang yang lo sayang dong?”

Dipta menghelan nafas, bisa-bisanya Mikael menafsirkannya seperti ini. “Dan kamu, berhenti pakai lo-gua, saya tidak suka.”

Mikael tersenyum sinis. “Suka-suka gua dong, ini kan mulut gua, apa masalahnya sama lo?”

Dipta beranjak dari duduknya, langkahnya mendekati Mikael yang berdiri mematung di sebrang sofa sana.

Mikael kebingungan saat Dipta mendekati dirinya. “Jangan menolak, saya tidak suka.” bisiknya.

“Ni orang nyosor.”

💐💐

bersambung....

08 september 2022

VOTE + SPAM SEBANYAK BANYAKNYA

-TBC-

PRADIPTA || RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang