56. Hari tanpanya

997 70 5
                                    

Hallo all ....

Apa kabar?

.
.
.

jangan lupa vote, sebelum baca folow akun aku dan jangan lupa comment 💘

semoga betah dan senang selalu sama alur ceritanya

..

HAPPY READING!!

💐💐

Hari sudah mulai sore. wanita hamil itu kini berada di ruang tengah bersama kucingnya dan Kenzy.

Laras dan Viko sudah pulang namun bumil itu tidak mengizinkan keponakannya pulang, terpaksa Kenzy mereka biarkan dan akan di jemput jika hari mulai gelap.

"Aunty, Mikapu ucul buanget kayak Ken tau." ucap Kenzy membuat lamunan Mikael membuyar.

Kenzy tau bahwa Mikael tadi melamunkan sesuatu. Kenzy berlari kecil menghampiri Mikael yang berada tak jauh darinya.

"Aunty ada macalah?" tanya bocah itu membuat Mikael terkekeh. Kenzy keponakan satu-satunya memang selalu peka walau dirinya masih kecil.

"Ken tau gak? Tanpanya itu hampa."

"Makcut Aunty apah?"
(Maksud)

Mikael langsung tertawa saat mendengar perkataan bocah itu.

"Maksud Ken bukan makcut!" ralat Mikael membenarkan ucapan keponakannya itu.

"Ih ishh cama aca tau!"
(Sama aja)

"Iya iya deh Cil terserah kamu."

Kenzy tiba-tiba mengelus perut Mikael dengan tangan mungilnya.

"Dede bayi hallo?" Mikael terkekeh kecil saat melihat Kenzy menempelkan telingannya ke perut besar dirinya.

"Aunty kok nda ada sualanya?" tanyanya polos.

"Ken, Dedenya masih kecil, nanti kalau dah keluar baru bisa ada suaranya, nanti Ken ajak main dia oke?" Kenzy bocah itu langsung mengangguk.

💥💥

Di tempat lain lelaki yang masih mengenakan pakaian formal itu kini berada di bawah terik matahari yang mulai tenggelam.

"Pak Dipta!"

Ya, orang itu Dipta yang kini masih singgah di bali untuk mengurus pembangunan hotel.

Dipta merasa terpanggil pun menoleh ke arah sumber suara.

"Hay Pak Zen." sapa Dipta lantas berjabat tangan dengan Zen.

"Terimakasih untuk hari ini Pak, berkat Pak Dipta semuanya berjalan lancar." Dipta hanya membalasnya dengan senyuman.

"Tidak masalah Pak Zen sudah tugas saya, mohon maaf Pak, saya tidak bisa berlama-lama lagi, karena saya harus pulang ke Jakarta malam ini juga."

"Baiklah tidak apa-apa, Anda bisa pulang karena urusan sudah hampir beres."

"Saya permisi." Zen mengangguk lantas Dipta melenggang pergi.

Dipta kini berada di dalam pesawat. Hari sudah berganti menjadi malam, waktu terus berputar menunjukan jam 7 malam.

*Drett drett drett

Gean is calling....

"Apa An?"

PRADIPTA || RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang