Hayy semua 👋👋
[ JANGAN LUPA VOTE ]
semoga senang dan betah sama ceritanya
HAPPY READING!!
..
"Senyaman apa pun kamu bersama dia, kalau di hatinya masih ada masa lalunya kamu tetap bakal terkalahkan."
- Mikael Xycellie Sri Ayu Wijaya
💐💐
BRUKK
Mereka berempat terkejut. “Astagfirullah El.”
Keduanya jatuh. Ya, Dipta pun ikutan jatuh, tangannya berhasil menjadi bantalan bagi kepala wanita itu. Dipta menghela nafas lega setelah memastikan bahwa Mikael tidak kenapa-kenapa.
Dipta membantunya berdiri. “Ngapain berlari gitu? Buat apa? Hati-hati kalau jalan menuruni tangga, kalau gak ada saya kamu terluka!” ucapnya menatap Mikael khawatir.
Ratu bersama lainnya menghampiri keduanya. Ratu menjewer telinga putrinya begitu menghampiri. “Mikael Xycellie Sri Ayu Wijaya, sudah Mimih peringati berapa kali sih? Kalau kamu emang lagi terburu-buru harus tetap hati-hati dong, jangan ceroboh kaya tadi, kalau kepalamu bocor gimana hah? Untung ada menantu Mimih, kalau gak gimana sama nasib kamu, Mikael?” oceh Ratu kesal.
Ferry sang Ayah berusaha menghentikan tangan Ratu yang menjewer telinga anaknya. “Mih, udah dong kasihan putri kita kesakitan.”
Begitu pun dengan Dipta membantu mertuanya Ferry. “Mih, udah kasihan El nya.” ucap Dipta berhasil membuat Ratu melepaskan tangannya dari telinga Mikael.
“Pipih, Dipta, ini anak kalau gak di tegur gini malah ke terusan nantinya!”
Ferry mengelus-ngelus punggung istrinya. “Udah sayang udah, El nya jangan di marahin lagi, emangnya kamu nggak kasihan sama putri kamu sendiri?”
“Maafin El, Mimih.” cicit Mikael dalam keadaan menundukkan kepalanya.
“Udah sayang gapapa.” ujar Ferry merasa kasihan dengan putrinya yang selalu kena marah oleh Ratu.
“Pipih!”
“Udah Mih, jangan di marahin lagi, malu itu sama besan.” ucap Ferry menatap Hendra dan Jeya.
Hendra tersenyum. “Hahaha.... gapapa Fer, wajar saja jika istri kamu bereaksi seperti itu, itu menandakan bahwa istri kamu tidak mau putrinya kenapa-kenapa.” jelas Hendra mendapatkan anggukan antusias dari Ratu.
“Oh iya Dip, kok kamu tadi lancar banget ngucapin ijab kabulnya, tapi tadi pas di ajarin sama Papah kamu kaya gak bisa gitu.” katanya terheran, pasalnya tadi sebelum acara akad di mulai, Dipta mengajak dirinya untuk mengajarkan kalimat ijab kabul.
Flassback on
Hendra menghela nafasnya gusar, penampilannya sudah hampir berantakan. “Kamu itu sebenarnya bisa apa enggak, Dip?” tanyanya berusaha sabar.
“Ih ai si Papah ya bisa lah.” jawab Dipta yakin.
“Yaudah kalau kamu emang bisa, kita coba lagi.” ujar Hendra berharap bahwa ini untuk yang terakhir kalinya.
“Saya kawin– eh.”
Hendra menatap datar putranya. “Dipta! Yang bener dong! Harusnya nikahkan dulu, bukan kawinkan, mau tukar posisi hah dengan calon mertuamu?” kesal Hendra.
“Ehehehe maaf Pah, tadi refleks salah, serius sekarang bakal bener.” ucapnya masih begitu yakin.
“Oke Papah kasih kesempatan, ini untuk yang ke-20 kalinya, kalau kamu masih tetap tidak bisa, Papah benar-benar akan mengusir kamu dari keluarga Diwangsa.” Ucapnya mengancam sang putra.
“Iya Pah kali ini Dipta pasti bisa kok.”
“Yaudah ayo cepat jangan kebanyakan gaya kamu!”
“Saya kawin– eh kok kawin lagi?”
“Dipta.” panggil Hendra menatap putranya nyalang, anaknya ini benar-benar menguras energinya. Dipta hanya menyengir tanpa merasa bersalah, membangkitkan dirinya dari kursi, berlari ke luar ruangan.
“PRADIPTA! PAPAH BENERAN BAKAL KELUARIN KAMU YA DARI KELUARGA DIWANGSA!”
Flassback off
Dipta tersenyum lebar. “Waduh Pah maaf, sebenarnya Dipta tadi itu bisa, cuman pengen ngerjai Papah aja.”
“Beraninya kamu mengerjai Papah, Dipta!” hardik Hendra, hendak menghampiri anaknya, namun, Jeya menahannya.
“Udah Papah, biarin aja tu anak.”
“Gak bisa di biarin Mah, tu anak udah bikin Papah setres.” Hendra mengatur deru nafasnya yang menggebu-gebu.
Jeya memegang tangan suaminya. “Udah Papah, biarin aja, nanti dia juga kena karmanya sendiri.”
“Dengerin tuh Dip kata istri Papah, nanti kamu kena karmanya!” bangga Hendra karena Jeya telah membelanya.
Dipta hanya menatap datar kedua orang tuanya. “Mah, Pah, kalau ngedo’a in anak tuh yang bener, ini malah di do’a in bakal kena karma.”
Ferry, Ratu dan Mikael sontak menertawakan ekspresi wajah Dipta yang cemberut seperti anak kecil yang ingin permen. “Udah Dip, itu wajah jangan di gituin, liat tuh kamu di tertawakan sama mertua kamu dan istri kamu.” ledek Jeya terkekeh.
“Udah mau jalan usia, masih aja kelakuan kaya anak kecil.” nyinyir Hendra meledek anaknya.
“Hahahaha.... udah Hen kamu tuh.” lerai Ferry menghentikan pertengkaran antara kedua anak dan Ayah.
“Dipta, Pipih titip Mikael sama kamu, jaga in Mikael dengan baik, jangan sampai kamu mengeluari satu tetes air mata saja dari mata putri Pipih, jaga dia terus dan buat dia sebahagia mungkin dengan cara kamu sendiri. Pipih, sudah lepas tanggung jawab akan putri Pipih, dan sekarang Pipih secara resmi memindahkan tanggung jawab itu kepada kamu, Nak.” tutur Ferry menepuk-nepuk pundak Dipta.
Dipta tersenyum kecil menatap Ferry dan Ratu. “Tenang aja Pih, Dipta, pasti akan jaga in putri kesayangan Pipih, Dipta akan buat dia bahagia seperti Pipih buat dia bahagia, dan, soal mengeluari air mata Dipta nggak bisa janji, Pipih pasti tahu alasannya.” ucap Dipta berhasil membuat Ferry terkekeh dengannya.
“Haha.... iya Pipih tau kok,” Ferry sedikit mendekatkan mulutnya ke telinga Dipta. “Bikin yang banyak.” bisiknya.
Mikael mengerutkan dahinya, tidak mengerti apa yang sedang di bicarakan kedua insan di hadapannya.
“Dipta, Mimih titip Mikael ya sayang? Mimih percayakan Mikael sama kamu.” ujar Ratu tersenyum manis.
“Dipta! Papah harap kamu bisa menjadi imam yang baik buat Mikael, bimbing istri kamu ke jalan yang benar, buat istri kamu sebahagia mungkin, jangan sampe kamu membuat menantu Papah sedih!” tegas Hendra.
“Awas yah Dip, kalau kamu sampe sakiti menantu Mamah, berarti kamu juga sakiti Mamah kamu.”
Dipta memelaskan matanya malas mendengar semua perkataan mereka, keluar helaan nafas kasar dari mulutnya. Semua perkataan mertuanya mau pun orang tuanya malah menegaskan dirinya untuk menjaga Mikael, namun, siapa di antara mereka yang berpihak kepadanya sekarang?
Mikael tersenyum bangga menatap ke arah Dipta, sedangkan sang empu hanya menatap dirinya datar. “Senang lo sekarang cil, mau gua buat mati lo malam ini.” batinnya menatap istrinya tajam.
“Hai, Mah, Pah, anak kalian yang sebenarnya ini siapa? Masa tidak ada yang di pihak Dipta?” tanya Dipta kesal merasa tak percaya tidak ada siapa pun di pihaknya.
Ferry, Ratu, Jeya dan Hendra lantas tertawa mendengar pertanyaan Dipta barusan.
“Sekarang kan, kasih sayang Mamah itu udah di bagi dua, Dip.” ucap Jeya seraya merangkul pundak menantunya.
“Astagfirullah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIPTA || Revisi
RomancePradipta Agaskara Diwangsa seorang lelaki tampan yang menjadi CEO terkenal sekaligus anak konglomerat dari keluarga Diwangsa. Hingga dia beranjak 25 tahun dia di jodohkan dengan putri dari sahabat papahnya yang bernama Mikael Xycellie Sri Ayu Wijaya...