4. Om Dipta bau ketek

3.1K 235 6
                                    

Hayy semua 👋👋

[HARGAI PENULIS JANGAN LUPA VOTE ]

semoga senang dan betah sama ceritanya


  HAPPY READING!!

..

💐💐

Sore hari yang begitu indah di temani sinar matahari yang amat terik, laki-laki itu Pradipta Agaskara Diwangsa amat galau karena kejadian yang menimpanya kemarin.

Dipta berada di taman di tempat semua orang bersantai di sore hari, ia sengaja keluar untuk menenangkan dirinya, ia duduk di kursi taman sana. Helaan nafas gusar keluar dari mulutnya.

“Sial galau banget gua anjir gara-gara di selingkuhin.” gumamnya dengan nada yang sangat kesal, tatapannya menoleh ke arah sepasang kekasih yang tidak jauh dari sana sedang menikmati kemesraan keduanya.

“Apa gua terima perjodohan itu?” batin Dipta kembali memikirkan perkataan Papahnya.

Di sisi lain tak jauh dari taman itu, perempuan berbadan kecil dengan ikat rambutnya yang tinggi melakukan pemanasan sehabis olahraga tadi.

“Huh selesai juga gua.” ucapnya bernafas dengan lega.

Mendudukan dirinya di bangku yang tak jauh dari dirinya. Mengkipas-kipaskan tangannya ke wajahnya sebagai ganti kipas angin, menatap ke sekelilingnya begitu banyak anak remaja seumurannya yang sedang menikmati waktu berpacaran.

“Kapan ya gua berhenti jadi jomblo?” tanyanya kepada diri sendiri, pasalnya selama sekolah di Bandung pun tidak ada yang mengejar dirinya, Mikael selalu berfikir apakah dirinya se jelek itu? Sampai tidak ada cowok yang mendekatinya kecuali Bastian.

“Apakah tampang gua macam Nenek sihir?” gumamnya, menyadari bahwa dirinya memang terkenal sebagai Nenek sihir di sekolah SMA nya.

“Anying bodo amat ah, ngapa gua mikirin pacaran? Udah lo harus pokus sama kuliah, raih masa depan yang masih panjang.” ucapnya, beranjak dari duduknya, melenggang pergi ke tempat warung yang tak jauh dari sebrang sana.

“Ibu, permisi, beli air minum dinginnya satu.”

“Sebentar Neng.” perempuan itu mengangguk.

Si Ibu penjual menyodorkan air dingin kepada perempuan itu. “Berapa, Bu?” tanya perempuan itu.

“5 ribu Neng.”

Mengeluarkan uang dari sakunya untuk membayar jajannya. Menyodorkan uang tersebut kepada si Ibu penjual. “Ambil aja Ibu kembaliannya.” ucapnya melenggang pergi begitu saja.

Ibu penjual tersebut tersenyum lebar. “Rezeki emang gak kemana ya.” ucapnya seraya mencium uang yang di berikan perempuan tadi.

Perempuan tadi kembali duduk di tempatnya. Tangannya membuka botol minum, meneguknya sampai setengah. “Ah! Nikmatmu memang tidak terkalahkan dari apa pun.” ucapnya terasa lega setelah air dingin itu masuk ke tenggorokkannya.

“Habis juga.” ucapnya, melempar botol itu ke sembarang arah dengan lemparan yang jauh.

Tuk

Botol itu melayang mengenai kepala laki-laki yang terduduk dari arah sana, lamunannya buyar begitu saja karena botol tersebut.

“Gua lagi mikir goblok!” umpatnya, karena botol tersebut membuat pikirannya kosong lagi.

Tangannya beralih mengambil botol yang mengenai kepalanya, beranjak dari duduknya. “Woy siapa yang lempar ni sampah ke gua? Punya masalah apa lo sama gua.” teriak kesal laki-laki itu.

Mikael perempuan itu pun yang sedang enak bersantai menoleh ke arah laki-laki yang berteriak-teriak tidak jelas seperti orang gila. Ya, perempuan tersebut adalah Mikael.

“Tu orang ganggu banget, gila kali ya?” tanyanya, beranjak dari duduknya. Menghampiri laki-laki yang berteriak tadi, tanpa dosa Mikael menggeplak dengan sekuat tenaga kepala laki-laki itu.

“Goblok sakit monyet!” umpat laki-laki itu saat mendapat perlakuan kasar yang di lakukan seseorang di belakangnya. Membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa pelakunya.

“Kamu?”

“Lo?” ucapnya secara bersamaan.

“Oh akhirnya saya bertemu lagi dengan perempuan tengil, kamu bisa sopan sedikit gak sama orang yang lebih tua dari kamu?” tanya Dipta menatap datar gadis itu.

Mikael terkekeh geleng-geleng. “Om mau saya sopanin? Bisa aja. Asalkan Om bisa sopan sama saya, walau pun saya lebih muda dari Om yang jelek macam babi, tidak bisa sopan kepada saya, jadi buat apa saya harus sopan kepada orang yang sama sekali tidak bisa sopan kepada saya.” jelas Mikael, menyilangkan kedua tangannya di depan dada setelah berhasil membuat Dipta terdiam akan perkataannya.

Dipta terdiam bukan berarti perkataan Mikael sepenuhnya benar. “Baik, saya juga bisa sopan kalau kamu sopan sama saya.” ucap Dipta.

“Saya bisa sopan kepada Om, kalau Om sendiri sopan kepada saya.” ucap Mikael tak mau kalah.

Dipta mengembuskan nafasnya gusar, sudahlah berdebat dengan perempuan tidak akan ada habisnya, mereka tidak pernah mau mengalah.

“Terserah kamu,” ucapnya, tangannya beralih memperlihatkan sebuah botol yang sempat mengenai kepalanya. “Kamu tau siapa yang lempar botol ini?” tanyanya.

Sebelum menjawab pertanyaan Dipta, Mikael menatap secara teliti botol itu. Ah, sudah Mikael duga itu adalah botol dirinya yang tadi ia lempar sembarangan.

“Tau gak?” tanya Dipta lagi.

“Kaga tau hehehe... kan banyak Om yang beli botol seperti itu.”

Dipta menatap Mikael yang grasa-grusu tidak jelas, gerak gerik gadis itu terlihat amat khawatir.

“Kenapa kamu berkeringat gitu?” tanya Dipta, memperhatikan Mikael setelah melihat botol itu dirinya menjadi aneh.

Mikael segera menghapus keringatnya yang banyak. “Oh i–ini sa–saya ber–keringat ju–juga ka–karena ha–habis joging tadi beneran.” ucapnya, seharusnya Mikael tidak berbicara dengan nada yang terbata-bata seperti itu.

Dipta semakin curiga dengan gerak gerik Mikael yang terlihat sangat khawatir, ia menjadi curiga bahwa orang di balik yang melempar botol ini adalah Mikael. “Hm sepertinya kamu tau banget pelakunya.” ucapnya sengaja membuat Mikael cemas.

“Eh Om seriusan, saya gatau suer, Om.” ucapnya seraya memperlihatkan kedua jarinya yang membentuk huruf V.

“Biasanya orang yang suka bohong itu, selalu di datangi azab sama Allah.” tutur Dipta.

Mikael mengerti, Dipta mulai mencurigai dirinya. Hendak pergi dari hadapan Dipta, tiba-tiba saja kakinya menginjak tali sepatunya yang terlepas.

Deg

Dipta berhasil menangkap Mikael yang hendak terjatuh, tangannya melingkar di pinggang ramping gadis itu. Keduanya menatap satu sama lain.

“Lepasin saya gak?” tanya Mikael membuat Dipta tersenyum horor.

“Yakin minta di lepasin?” tanyanya, Mikael mengangguk begitu yakin.

BRUKK

“Ahk!” rintih Mikael kala ia terjatuh karena lepasan dari tangan Dipta, ia kira Dipta bercanda dengan ucapannya, ternyata Dipta benar-benar melepaskannya.

“Jangan salahin saya, kamu sendiri yang minta di lepas, dan kenapa jantung kamu berdetak begitu kencang?” tanya Dipta sempat mendengar debaran jantung Mikael tadi.

“Jantung gua lagi senam!” ketus Mikael kala tidak ingin ketahuan bahwa dirinya berdebar karena perlakuan Dipta.

“Apa jangan-jangan kamu suka sama saya?”

Mikael tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Dipta barusan. “Buset buat apa saya suka sama Om yang bau ketek, banyak kali cowok di luar sana, ngapain banget saya harus suka sama Om modelan kek lo?” jelas Mikael, matanya terlihat berbohong akan ucapannya, tidak mungkin laki-laki di depannya berbau ketek, harum yang menempel di tubuh Dipta tetap kecium meski hari sudah menjelang sore.

Mendengar perkataan Mikael barusan, Dipta langsung mengendus-ngendus tubuhnya. Tidak mencium aroma bau apa pun dari tubuhnya. “Setelah mata kamu tidak sehat, sepertinya hidung kamu harus di operasi, dasar tubuh saya masih wangi, mungkin kamu di takdirkan mencium bau aroma yang tidak mengenakan, karena kamu calon masyarakat neraka.”

“Eh tu mulut di jaga ya ngomongnya!”

“Sudahlah, saya akan ke intinya, sekarang ngaku kepada saya, kamu kan yang lempar botol ini?” tanya Dipta lagi.

Mikael berdecak kesal, bisa-bisanya cuman perkara botol saja di perpanjangin. “Iya iya gua ngaku, iya gua yang lempar botol itu, kenapa hah?”

Sudah Dipta duga. “Sebenarnya kamu ini sekolah gak?” tanya Dipta membuat Mikael tersenyum smirk.

“Sekolah lah goblok!” hardik Mikael kesal.

Dipta hanya ber oh. “Jadi kamu tau lah apa itu tempat sampah?”

“Tau.”

“Kalau kamu tau, kenapa kamu harus lempar botol ini ke sembarangan tempat?”

“Udah deh ya, perkara botol aja lo panjang lebarin kaya gini.”

“Saya bukan memperpanjangin, seandainya ini botol bukan kena saya tapi kena preman bagaimana?”

“Nyenyenye!”

Mikael menatap pria di hadapannya malas. “Dah lah ngomong sama orang gila gak ada habisnya.” ketusnya, melenggang pergi meninggalkan Dipta.

Dipta membiarkan gadis itu pergi, karena percuma saja ceramah dirinya tidak akan di dengar olehnya.

Mikael membalikan tubuhnya, melihat Dipta yang terdiam saja ia tidak akan berhenti dari sana.

“DADAH OM BAU KETEK MIRIP BABI!” teriak Mikael mampu membuat semua tatapan orang-orang di sana mengarah ke Dipta.

Dipta memejamkan matanya, karena merasa kesal dengan perempuan itu Dipta berlari menyusul mengejarnya yang sudah berlari jauh.

Mikael menoleh ke belakang, melihat Dipta yang masih tekad mengejarnya, lantaran tidak pokus ke depan Mikael tidak menyadari sebuah lumpur hitam berada di hadapannya.

BRUKK

Mikael terjatuh begitu saja di sebuah lumpur kotor, semua tubuhnya terkena sebab kolam lumpur itu sangat besar.

Dipta berhenti berlari tepat di hadapan Mikael yang terjatuh di atas lumpur. Tawaan heboh keluar dari mulutnya saat menatap Mikael yang tubuhnya sangat di penuhi oleh lumpur.

“ANJIR ADA MONSTER LUMPUR! NGAKAK GUA GAK KUAT!” ledek Dipta.

Mikael menatap berkaca-kaca laki-laki yang hanya mentertawainya. Bangkit dari jatuhnya, langkah kecilnya menghampiri Dipta, tanpa persiapan apa pun Mikael menendang aset berharga milik laki-laki itu.

“Arghh! Sakit goblok!” umpat Dipta, tendangan Mikael amat sangat kuat.

Mikael tersenyum menang setelah membalasnya, melihat Dipta yang kesakitan pun ia mengambil kesempatan untuk pergi meninggalkannya.

Dipta yang menahan rasa sakit pun tak mampu mengejar Mikael.

“Sialan bocil berengsek!”


×


Mikael gadis yang di penuhi lumpur di tubuhnya pun sudah sampai di rumahnya yang jaraknya tak jauh dari taman sana. Tangisannya pecah setelah memasuki rumahnya. “HUA.... MIMIH, PIPIH, EL DI TERTAWAKAN SAMA OM OM JELEK!” teriak Mikael, celingak-celinguk mencari keberadaan kedua orang tuanya.

Ferry dan Ratu yang bersantai di dekat kolam pun terkejut dengan teriakan putrinya yang di barengi dengan tangisan sangat keras. Ratu beranjak dan berlari menghampiri putrinya.

“Sayang, kamu kenapa El?” tanya Ratu dengan raut wajah khawatir.

“MIMIH!” rengek Mikael, berlari ke arah Ratu. Ratu mencegahnya saat dirinya hendak memeluknya.

Ratu terkejut dengan penampilan putrinya yang sangat kotor. “Hei gadis Mimih, kamu udah ngapain sayang?” tanyanya sembari menahan tawa.

Mikael mencebikkan bibirnya melihat Ratu yang menahan tawanya. “Mimih kok malah ikutan tertawa kaya Om babi itu!” Mikael kembali terduduk di lantai, menangis merengek.

“Hahaha.... Mimih gak tertawa kok sayang, gih mandi dulu bau tau kamu.” ujar Ratu mengendus-ngendus bau lumpur yang menempel di tubuh Mikael.

“Ih, Mimih kok ngatain El bau sih?”

Ferry yang baru saja selesai membereskan semuanya, ia pun berjalan menghampiri istri dan putrinya untuk melihat apa yang terjadi.

“Ada apa ini?”

“Astagfirullah.” Ferry terkejut dengan penampilan putrinya yang amat berantakan.

“Apa? Kenapa? Pipih juga mau ngatain El bau, iya?” kesal Mikael lantaran terlihat Ferry menahan tawanya seperti Mimihnya.

“Ya emang kan kalau El itu bau?” tanya Ferry dengan nada bercanda.

Mendengarnya di katain bau oleh Pipihnya, membuatnya semakin merengek. Ferry dan Ratu yang melihat hal itu terkekeh melihat putrinya amat sangat menggemaskan.


×


Di ruangan serba putih itu mengisikan seorang Dokter bersama pasiennya.

“Jangan terlalu banyak pikiran untuk hal yang tidak berguna, kamu harus menjaga kestabilan tubuh kamu, minum obatnya setiap hari supaya tenaga tubuh kamu kuat.” jelas Dokter bernama tag Deya.

Perempuan tersebut yang menjadi pasiennya hanya bisa mengangguk pasrah mendengarnya.

💐💐

bersambung.....

27 Semptember 2021

JANGAN LUPA VOTE + SPAM SEBANYAK BANYAKNYA

gimana part kali ini?

Menurut kalian perkataan Gina benar gak?

mana tim yang bilang Gina benar dan mana tim salah   
                 
yang bilang Gina tidak benar
komen di sini 👉

-TBC-

PRADIPTA || RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang