Haechan menghela nafasnya panjang. Menjatuhkan bebas tubuhnya ke tempat tidurnya, menatap langit-langit kamar nya.
Kira-kira nanti rasanya kaya gimana ya......
Cicit Haechan pelan sambil mengelus dadanya. Haechan mengambil bantal, menutup wajahnya dengan bantal dan perlahan ia bisa merasakan air matanya yang mengalir di pipinya.
Ini baru permulaan, bahkan Haechan masih memiliki harapan, tapi tetap saja Haechan sudah kalah di awal dan bagaimana pun Haechan memang sudah patah hati dari awal .
Haechan memiliki satu rahasia besar
Sebuah rahasia yang hanya dia dan tuhannya yang tau. Sebuah rahasia yang tidak akan ia ungkapkan kepada siapapun. Sebuah rahasia yang bisa saja menghancurkan hidupnya maupun orang di sekitarnya.
Haechan mencintai Mark.
Haechan tidak tau kapan perasaan itu muncul, kapan rasa cinta itu muncul. Tapi Haechan menyadari itu semua saat tahun terakhir ia duduk di SMP. Jantungnya berdebar setiap kali melihat Mark, ia menjadi takut menatap Mark, takut menatap pria itu dengan lekat. Haechan selalu salah tingkah saat Mark merangkul dan mengusak kepalanya.
Kemudian Haechan menjadi tidak biasa jika tidak bersama Mark, apapun yang ia lakukan harus bersama Mark. Haechan tidak peduli jika uangnya habis, jika ia lelah menemani Mark bermain basket, jika ia mengantuk mengajari Mark mati-matian agar mereka bisa berada di SMA yang sama. Kalah di setiap permainan mereka agar Mark memenangkan taruhan. Haechan tidak peduli itu semua. Jika dengan begitu Haechan bisa bersama Mark, jika dengan begitu Haechan bisa membuat Mark tertawa dan tersenyum, Haechan akan melakukannya.
Haechan tau ini salah, Haechan tau ini adalah penyimpangan. Sebut dia pendosa dan segalanya. Tapi Haechan juga tidak mengerti, cinta datang begitu saja, cinta itu muncul begitu saja menyelimuti hatinya. Haechan tau banyak yang menyukainya, bahkan ia dijodohkan dengan anak teman teman ayahnya, tapi hanya Mark yang ada di pandangannya, hanya Mark yang ada di hati dan kepalanya.
Haechan menggigit bibirnya kuat, berusaha meredam tangisannya, sebut dia cengeng, sebut dia banci karna menangis. Tapi begitulah Haechan, hatinya benar benar rapuh, hanya dengan begini Haechan sudah menangis dan dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika pujaan hatinya itu bersama orang lain.
Haechan tiba tiba ingat dengan kalimat Mark
Namanya juga cinta Chan... Makanya cobain gimana rasanya jatuh cinta...lo rela ngelakuin apapun demi orang yang lo cinta bahkan lo sakit sekalipun
Haechan sudah memulainya lebih dulu, jauh sebelum Mark merasakan apa itu yang namanya jatuh cinta. Dan sekarang Haechan juga sudah merasakan sakitnya.
Lo bener Mark... karna Cinta lo rela ngelakuin apapun
Dan itu yang gue lakuin sekarang.
.
.
.
.
.
" Bawa buku lo!"
Perintah Haechan saat jam istirahat baru saja berbunyi dan ia bisa melihat wajah tidak senang dan penolakan dari Mark.
" Apaan sih baru juga istirahat! Chan gue tau gue goblok tapi nggak gitu juga chan! Otak gue ngga diba diforsir kaya gini chan!"
Haechan menghela nafasnya jengah sambil menyeret tubuh Mark,mengabaikan Mark yang memberontak.
" Kita ngapain ke perpus sih?! Biasanya kalau belajar di taman atau ngga di atap, kalau disini ngga bisa berisik chan"
" Lo bisa ngga sehari aja ngga ngabacot capek telinga gue ini" Kesal Haechan sambil mengangkat kepalan tangannya
Mark dengan cepat menutup mulutnya rapat rapat sambil tersenyum tanpa dosa. Haechan hanya bisa geleng geleng kepala melihat temannya itu. Kemudian matanya liar mencari seseorang.
" Nah itu dia..." Ucap Haechan ketika menemukan orang yang ia cari dan menyeret tangan Mark paksa.
" Chan..chan..chan chan... ngga mau ngga mau ada Ara jagan di sana..." Bisik Mark ketika menemukan si gadis incarannya tengah duduk sendirian sambil membaca buku.
" Diem... hai Ra.. sorry ya lama" Sapa Haechan sedangkan Mark bersembunyi di belakang Haechan
" Iya ngga papa Hyuck...gue baru nyampe kok"
" Yaudah ini gue titip dia ya, asli...gue yang ngajarin dia nggak ngerti2...secara kan lo anak olimpiade fisika...siapa tau bisa bantu" Jelas Haechan dan mendorong tubuh Mark.
" Ngapain sih chan!" Bisik Mark
" Pdkt lah bangsat! Jangan malu maluin gue!" Bisik Haechan lagi sambil menepuk pelan punggung Mark.
" Woi jangan malu-maluin gue, tu anak orang awas lo sentuh... Dah ya ra gue cabut dulu ada rapat soalnya, kalau dia nyebelin atau goblok banget, tabok aja ngga papa"
Mark menatap Haechan tajam sedangkan Haechan hanya terkekeh sambil mengangkat alisnya menggoda Mark. Setelah itu Haechan meninggalkan mereka berdua. Haechan sempat beberapa kali menoleh, menatap Mark sendu yang tengah tersenyum malu.
Semoga lo bahagia ya Mark...
Cicit Haechan sendu dan sedikit berlari keluar dari perpustakan.
.
.
.
.
" Akh.... Mark berat gila lo!"
Kesal Haechan pasalnya Mark tiba tiba merebahkan tubuhnya pada tubuh Haechan yang tengah bersantai di tempat tidurnya.
" Ngapain lo kesini! Mana ngga ada sopan-sopannya main masuk!" Ucapnya lagi sambil mendorong tubuh Mark agar menjauh darinya.
" Chan sumpah lo terbaik dah ngga ngerti lagi gue..." Girang Mark sambil memeluk Haechan kuat
" Kenapa lo? jadian?"
" Ya belum lah.. Tapi gue berhasil pdkt hehe... trus gue dapet nomornya.. Terus tadi..."
Mark menegakkan duduknya dan mulai menceritakan apa yang terjadi tadi saat ia belajar bersama Ara. Haechan yang melihat itu hanya bisa tersenyum sendu, jujur saja hatinya sangat sakit, menatap bagaimana berbinarnya mata Mark saat ini dan senyuman itu, benar benar cerah. Mengingatkan Haechan pada bagaimana Mark saat itu menceritakan pada kedua orangtuanya saat Haechan membawanya main di timezone.
" Kenapa lo?" Tanya Mark menghentikan ceritanya pasalnya dirinya ditatap sedikit berdeda oleh temannya itu
Haechan hanya tersenyum tendu, kemudian menggelengkan kepalanya
" Kaya anak kecil lo! Happy Banget! Dah sana gue ngantuk!" Ucap Haechan mendorong tubuh Mark keluar dari kamarnya
" Yah....woi gue kan mau main kesini malah diusir!"
" Ya itu kan ps gue di ruang tengah Mark, pala gue sakit banget ini.... mau tidur! besok gue mau latihan debat, rapat osis, belum lagi yang lain!"
" Ck... siapa suruh kepintaran semua ekskul diembat, contoh dong gue bego bahagia"
Haechan menatap Mark kesal dan menggeplak kepalanya
" Nga ada ya orang bego bangga kaya lo, sana! Lo ada kunci serap kan? Ntar lo pulang pulang aja, kunci pintu sekalian" Ucap Haechan final menutup pintu kamar dan menguncinya.
Haechan masih bisa mendengar suara Mark yang memprotesnya, kemudian setelah mendengar suara kaki Mark yang melangkah menjauh. Haechan baru menjauh dari pintu. Kembali merebahkan badannya ke kasur.
Jujur saja Haechan benci dengan menangis, tapi Haechan tidak tau lagi bagaimana cara menjelaskannya, ia amat mencintai pria itu, ia juga tidak mengerti kenapa Haechan bisa begitu sayang dan cinta pada Mark, tapi apa yang ia bisa, dunia mengatakan memang mereka tidak bisa bersama. Karena itu Haechan benar benar hancur saat ini
KAMU SEDANG MEMBACA
[Complete] What If....|| MarkHyuck
Fanfiction[Direvisi : Penambahan chapter dan plot ending] Apa yang akan terjadi... Ketika seseorang sudah ditakdirkan untuk bersama, ketika dua manusia sudah ditakdirkan untuk saling mencintai, tetapi dunia menolak. Mark & Haechan Tidak ada yang pernah meny...