22

863 94 12
                                    

Mark membuka matanya perlahan, kepalanya sedikit pusing, tapi entah kenapa hatinya saat ini benar benar tenang dan damai. Mark menatap sekitar ingatan terakhirnya ia berada di sebuah taman rumah sakit, memohon pada nenek itu, kemudian nenek itu memberikannya sebuah gunting dan setelah itu ia tidak bisa mengingat apa apa. Mark berusaha mencari ponselnya yang biasa ia taruh di bawah bantalnya atau di samping meja nakas, tapi ia tidak bisa menemukan ponsel itu. Mark hanya ingin mengecek tanggal hari ini, apakah ia berhasil keluar dari lingkaran waktu itu atau tidak.

" Ck... diman-akh!"

Mark tersungkur di lantai pasalnya saat ia turun dari tempat tidur, kakinya tidak sampai menapak lantai membuatnya terjatuh. Mark mengurut pelan lututnya, mengerutkan keningnya menatap bingung tempat tidurnya. Tempat tidur itu tidak terlalu tinggi, tidak mungkin ia akan terjatuh dan tidak bisa menapakkan kakinya. Tapi sesaat kemudian ia bisa melihat pantulan dirinya, sedikit terkejut saat menatap dirinya di kaca.

Tubuhnya mengecil....tidak.. Lebih tepatnya Mark kembali di saat ia masih berumur 7 tahun. Mark terdiam, masih memandang pantulan dirinya. Kenapa ia harus kembali saat ia berumur 7 tahun? Apa yang harus ia lakukan dengan semua memori ini? Mark benar benar bingung.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Mark hanya menatap lesu makanannya di depan meja, ia dikembalikan tepat satu minggu setelah kematian kedua orang tuanya, sedikit membuatnya kembali teringat akan trauma masa kecilnya. Mark menatap gunting pemberian dari nenek itu, sudah satu minggu berlalu ia di masa ini, tapi Mark masih tidak tau, apa yang harus ia lakukan. Mark awalnya berfikir jika nenek itu menyuruhnya untuk mengakhiri hidupnya, tapi kenapa ia dikembalikan ke 10 tahun yang lalu? Kemudian gunting sangat aneh rasanya jika ingin meminta seseorang mengakhiri hidupnya.

" Semuanya udah beres kan yah? Semoga di tempat yang baru Mark membaik, aku sebenarnya ngga tega bawa dia, tapi kalau disini terus dia keingat terus sama Papa Mamanya, Mark juga ngga mau sekolah, siapa tau kalau ganti suasana dan dapat teman baru di sekolah baru, Mark bisa membaik" Ucap Taeyeon

Mark yang mendengar itu terdiam,ia kembali menatap gunting itu, air matanya pun mengalir. Mark sekarang paham, kenapa ia dikembalikan pada masa ini, kenapa ia diberikan sebuah gunting, karena Nenek itu menyuruh Mark untuk memutus takdir mereka. Takdir mereka saling bertikai saat itu, saat Mark pindah ke sekolah barunya, bertemu dengan anak yang mengejek dirinya, kemudian mereka berteman dekat dan rasa cinta itu muncul dari dalam hati Mark.

Mark langsung berdiri dari duduknya, dan memeluk bibinya itu yang tengah duduk di ruang tengah.

" Mark ngga mau pindah sekolah!"

Teriaknya memeluk bibinya itu dengan kuat.

" Hiks...hiks....Mark ngga mau pindah... Mark... Mark janji mau sekolah.. Mark..Mark janji ngga nangis lagi... Mark.. Mark ngga mau pindah... Mark ngga mau pindah" Tangis Mark sambil menggelengkan kepalanya

" Ya ampun nak kamu kenapa hm?" Ucap Taeyeon kaget

" Mark ngga mau pindah...Hiks....Mark janji ngga nakal, Hiks...Mark janji dengerin kata bibi.. Mark ngga nangis lagi, Mark mau makan....Mark ngga mau pindah...Mark mau disini.... "

Tangisnya menjadi-jadi, melepas pelukannya, membuat gerakan memohon sambil menggesek kedua telapak tangannya.

Taeyeon yang melihat itu terenyuh, ia tidak tau kenapa Mark tidak mau pindah sekolah, tapi melihatnya memohon seperti itu, Ia tidak tega.

" Gimana bund? Ayah udah daftarin sekolah barunya Mark. Disini juga jauh dari kantor Ayah, takut ngga bisa nganter jemput dia ke sekolah."

Mendengar hal itu, tangis Mark pun menjadi jadi, ia harus memutus takdir itu, Mark tidak boleh pindah sekolah, ia tidak boleh mendekat pada Haechan.

" Ngga papa yah, kalau ayah kejauhan, aku ada tabungan, kita bisa beli mobil, atau Ayah ngontrak aja dekat kantor, terus pulang kesini sesekali aja. Kasian Mark yah... ngeliat dia nangis kaya gini, kayanya dia bener bener ngga mau pindah Yah, gimapun rumah ini bawa kenangan dia sama Mama Papanya, Nanti kita bisa pikirin jalan tengahnya, sementara Bunda kan bisa nganterin Mark "

Baekhyun pun menimbang-nimbang, jujur ia juga sedikit terkejut melihat Mark yang meraung-raung menangis seperti itu. Pasalnya selama ini Mark selalu mendiamkan mereka berdua.

" Mark janji mau sekolah?" Tanya Baekhyun pelan dan Mark mengangguk cepat mengadahkan kepalanya.

"Mark ngga sedih dan ngurung diri dikamar lagi?" Mark mengangguk

" Mark janji... Mark jadi anak yang baik... Mark janji bakal dengerin Ayah sama Bunda... Mark janji mau makan dan nurut sama bunda..."

Baekhyun dan Taeyeon terdiam, ini kali pertamanya Mark memanggil mereka dengan sebutan ayah dan bunda, mengingat bagaimana saat itu Mark memaki dan meneriaki mereka karena berlagak seolah seperti orang tua kandungnya. Taeyeon mengusap pelan air mata Mark, membawa Mark ke dalam pelukannya.

"Iya nak.. Mark ngga pindah... udah jangan nangis... hm? Nanti kalau Mark takut ke sekolah bunda temenin, ya?" Mark mengangguk pelan dan memeluk Taeyeon dengan kuat dan menghela nafasnya lega.

Gue berhasil Chan.... Geu berhasil...
Maaf gue ngga sempat pamit sama lo

Lo baik baik disana ya Chan...

Gue baik baik aja disini

Selamat tinggal

Semoga kita ngga pernah ketemu lagi...

[Complete] What If....|| MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang