26

637 67 0
                                    

Donghyuck mendudukan dirinya di salah satu sofa bekas yang ada di atap. Ia benar benar muak dengan semuanya. Ia memaksakan diri untuk pergi ke sekolah karena ia tidak ingin merasa kesepian di rumah, mengabaikan semua masalah yang terjadi di rumahnya, berharap dengan bertemu teman temannya, ia sedikit terhibur.

Namun sepertinya Donghyuck terlalu berharap banyak, rumor langsung menyebar, bahkan sampai yang mencoreng nama baiknya. Donghyuck bisa saja meluruskan apa yang terjadi, tapi ia terlalu lelah dengan itu semua, faktanya, kalaupun mereka memang peduli pada Donghyuck, semua rumor itu tidak akan ada. Bahkan tidak ada satupun yang menyemangatinya dan memberikannya dukungan dengan sungguh-sungguh, semuanya hanya senyuman dan rasa kasihan palsu, padahal dibelakang, mereka akan membicarakannya.

Kreeek

Donghyuck mengadahkan kepalanya ketika mendengar suara pintu dibuka, dan sedikit terkejut melihat Mark. Donghyuck tersenyum tipis, melihat Mark yang sedikit mengambil nafas, sepertinya pria itu tadi berlari.

" Gue ngga bunuh diri kok...." Ucap Donghyuck dan Mark hanya menatap pria itu lurus

" Dih, siapa juga yang mau nolong lo! Ini tempat gue bolos..." Ucap Mark dan merebahkan tubuhnya pada sofa yang lain, langsung membuka buku komiknya.

" Gue boleh pinjam bentar?" Tanya Donghyuck lagi pelan.

" Terserah! Jangan ganggu gue! mendekat lo! gue lempar dari atas sini!" Ucap Mark memasang earphonenya

Donghyuck hanya tersenyum tipis dan mengangguk paham, saat ini ia tidak memiliki energi untuk mengusili Mark. Donghyuck tidak tau apakah Mark memang sengaja naik ke atas sini, atau memang hanya kebetulan, tapi entah kenapa Donghyuck benar benar merasa berterima kasih pada Mark, karena saat ini ia benar benar kesepian.

Tidak lama setelah itu bel berbunyi, Donghyuck menghela nafasnya panjang, jujur ia tidak ingin masuk ke dalam kelas, ia benar benar muak dengan semua omongan teman temannya itu. Donghyuck pun menatap heran Mark yang tampak tidak terganggu dengan bel sekolah, tapi sedetik kemudian Donghyuck ingat Mark mengatakan ini tempat ketika pria itu ingin bolos.

" Lo ngga pernah bolos ya?" Tanya Mark ketika Donghyuck berdiri dari duduknya hendak kembali ke kelas.

" Uhm... ngga.... Gue kan anak teladan, ngga kaya lo brandal!" Ucap Donghyuck sambil tersenyum miring.

" Cih... cupu banget lo... hush sana sana... " Ucap Mark sambil sedikit mengejek.

" Tck... Lo pikir gue ngga berani bolos?!" Tanya Donghyuck kesal sedangkan Mark hanya mendelik bahunya pelan.

" Oke gue bolos!" Ucap Donghyuck dan kembali menghempaskan tubuhnya bebas pada sofa bekas itu, menatap Mark kesal, Donghyuck itu pantang ditantang, apa lagi oleh orang seperti Mark.

Mark hanya menatapnya miring dan memutar matanya malas, tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Donghyuck dan kembali membaca buku komiknya.

Setelah itu mereka tidak ada yang berbicara, Mark sibuk dengan dunianya sendiri membaca komik, dan Donghyuck memainkan ponselnya. Sesekali Donghyuck sedikit terusik karena Mark yang tertawa terbahak bahak, kemudian tiba tiba menangis, kemudian kesal, kembali tertawa, begitu saja terus. Donghyuck tidak tau apa yang dibaca oleh Mark, tapi selalu saja, Mark seperti orang gila saat membaca komiknya itu, dan entah kenapa Donghyuck menikmati hal itu.

Kalau kalian emang peduli.... Seenggaknya datangin gue....

Ucap Donghyuck menatap sendu layar ponselnya. Karena tidak tau harus melakukan apa, awalnya Donghyuck ingin melihat vidio pembelajaran online, tapi melihat Mark di depannya yang tertawa terpingkal pingkal dengan buku komiknya itu, membuat Donghyuck juga ingin merilekskan sedikit pikirannya karena selama ini, hidupnya hanya diisi dengan belajar.

Sayangnya di ponselnya tidak ada aplikasi game atau semacamnya, Donghyuck bahkan tidak memainkan media sosial, dan pada akhirnya Donghyuck hanya bisa membaca postingan di forum sekolahnya, membaca komentar pada postingan yang membahas akan orang tuanya yang bercerai.

Beragam komentar ia temui disana, dari tidak peduli, menyebarkan ftnah sampai yang menyampaikan rasa kasihan dan khawatir padanya. Tapi pada faktanya, dari semua komentar yang mengatakan iba dan kasihan padanya, tidak ada yang benar benar mendatanginya, menemaninya dan menanyakan bagaimana perasaannya.

Donghyuck melirik Mark sebentar, mata pria itu masih terfokus pada bukunya, earphonenya pun masih terpasang. Donghyuck kembali tertunduk, dan air matanya mengalir begitu saja, Donghyuck sejujurnya tidak perlu semua ucapan kasihan itu, tidak perlu senyuman dan tatapan iba yang diberikan oleh orang padanya, Donghyuck tidak perlu semua itu.

Selama ini Donghyuck kesepian, dan yang ia butuhkan hanyalah orang yang menemaninya, menemaninya di saat ia ingin menangis, menemaninya di saat ia berada di titik terendahnya. Donghyuck bahkan tidak peduli jika orang itu tidak mendengar tangisannya, bahkan jika orang itu tidak peduli dia yang menangis. Donghyuck hanya butuh, seseorang di sampingnya, menemaninya. Karena selama ini, Donghyuck selalu dijadikan pilihan ke sekian oleh orang orang disekitarnya, bahkan orang tuanya sendiri, tidak ada yang benar benar ada untuknya, karena itu, hadirnya Mark yang tiba tiba menemaninya disini membuatnya menangis. Karena inilah yang selama ini ia butuhkan.

Mark menelan air ludahnya kasar, sedari tadi, ia tidak memutar lagu, sehingga ia masih bisa mendengar suara tangisan Donghyuck, Mark tidak tau sesedih apa Donghyuck saat ini, tapi tangisan itu, menggambarkan betapa sakit dan hancurnya hati Donghyuck. Mark masih menatap buku komiknya, tidak lagi tertawa dan heboh seperti tadi, entah kenapa, ia ingin mendengar tangisan Donghyuck dan menemaninya, walaupun Donghyuck tidak menyadari itu.

BRUK

Mark tersentak, membuka matanya dan mengurut pelan pinggangnya, pasalnya Donghyuck menarik tubuhnya paksa dari sofa itu yang sedang tertidur.

" Apa sih!" Kesal Mark menatap Donghyuck, tatapanya pun meneduh ketika menemukan mata Donghyuck yang sedikit merah dan sembab, sadar dengan arah pandang Mark, Donghyuck pun memalingkan pandangannya.

" Udah sore! pulang!" Ucap Donghyuck dan Mark langsung berdiri menatap sekitar, ternyata benar langit sudah mulai berwarna oranye

" HUAAA DONGHYUUUCK BUKU GUEEEE!" Kesal Mark lagi pasalnya kala ia terjatuh tadi bukunya itu ikut terjatuh tepat pada genangan air

" Tck... buku doang..." Ucap Donghyuck memberikan tatapan mengejek

" Gue dapatinnya susah! Sialan!" Ucapnya sambil mengibas ngibas buku itu.

" Apa lagi?! Pergi lo sana!" Kesalnya lagi menatap Donghyuck yang menunggunya.

" Gue mau ngunci pintu atap Mark! Mau gue kurung lo disini?!"

Mark sedikit mendecak dan berjalan di belakang Donghyuck. Mark sedikit menghela nafas lega, tadi Donghyuck menangis cukup lama hingga ia tertidur sendiri. Mark sebenarnya bisa saja pulang saat bel berbunyi tadi, hanya saja, Ia merasa tidak tega meninggalkan Donghyuck sendiri, dan sedikit merinding mengingat mimpinya akan Donghyuck, takut Donghyuck benar benar menjatuhkan dirinya. Karena itu Mark masih disana, menunggu Donghyuck hingga bangun, tapi karena bosan menunggu dan angin sepoi sepoi, membuatnya sendiri ikut tertidur.

" Hyuck..."

" Hmm?"

" Ngga usah didengerin " Ucapnya membuat Donghyuck menghentikan langkahnya dan berbalik menatapnya heran.

" Huh?" Tanya Donghyuck bingung

" Tck.. bodo lah! Minggir!" Ucap Mark lagi dan mempercepat langkahnya meninggalkan Donghyuck, antara malu atau gengsi karena Donghyuck tadi yang menatapnya teduh dengan tersenyum tipis.

Donghyuck tersenyum tipis, seperti dugaannya, Mark itu anak yang baik, walaupun ia masih tidak tau, apa alasan anak itu menjauhinya, tapi sepertinya, Mark sudah membuka pintu pertemanan untuknya.

" Ngomong apa lo tadi?!" Ucap Donghyuck sambil merangkul Mark sedangkan Mark melepas tangan pria itu dan kembali memperbesar jarak mereka

" Lo khawatirin gue ya? Lo takut gue depresi karena diomongin ya? Lo takut tadi gue mau loncat ya? Lo sebenarnya mau jadi temen gue kan ? iya kan benar kan?" Ucapnya kembali mengerjar Mark dan merangkulnya.

" Berisik! Lepas!" Kesal Mark dan langsung berlari meninggalkan Donghyuck ketika berhasil melepaskan dirinya

" Hahahaha....Mark tungguin gue!" Gelaknya dan berlari mengejar Mark.

[Complete] What If....|| MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang