24

877 90 9
                                    

Donghyuck menghela nafasnya panjang, ini tahun terakhirnya di SMA dan Ia ingin menoreh sesuatu yang berkesan di masa remajanya ini. Selama ini harinya disibukkan dengan belajar dan lomba. Ia hampir tidak punya teman dekat yang bisa dikatakan sebagai teman bermainnya. Beruntung Ia cukup dekat dengan salah satu teman kelasnya, Jeno. Itu pun karena mereka yang selalu berada di kelas yang sama semenjak kelas satu SMA, dan Jeno yang ketua kelas, sedangkan dirinya wakil ketua kelas. Belum lagi mereka juga sama sama tergabung dalam OSIS sehingga cukup sering bersinggungan dengan Jeno. Namun yang mereka bahas hanyalah sebatas tugas sekolah dan organisasi, di luar itu, Ia bisa mengatakan Jeno bukanlah teman dekatnya, karena Jeno juga sudah memiliki sahabatnya dan jika untuk urusan bermain, Donghyuck hanyalah pilihan kesekian bagi Jeno.

Donghyuck kembali menghela nafasnya panjang, sebenarnya ia tidak terlalu peduli dengan tahun terakhirnya di SMA, apapun yang terjadi tidak akan ada yang peduli, bahkan orang tuanya pun tidak peduli dimana ia berkuliah, selagi ia tidak mencoreng nama keluarga, Donghyuck bebas melakukan apapun, hanya saja, sebuah mimpi yang ia dapat tadi malam, membuatnya takut sekaligus bingung.

Ia bermimpi menjatuhkan dirinya dari atap sekolah.

Donghyuck tidak mengerti kenapa ia harus mengakhiri hidupnya seperti itu, apa ia depresi? Donghyuck akui ia memang sedikit tertekan dan terbebani hidup dengan semua ekspektasi orang orang akan dia anak dari keluarga yang cukup terhormat, hanya saja Donghyuck cukup menikmati ini semua, ia memang menyukai belajar, dan karena kekayaan orang tuanya, uang jajannya berlimpah ruah, jadi Donghyuck merasa tidak mungkin mengakhiri hidupnya. Tapi terlepas itu hanyalah sebuah mimpi, atau sebuah pertanda, entah kenapa Donghyuck merasa, ia harus menikmati tahun terakhir SMAnya ini, sebelum ia menyesal nantinya.

Donghyuck mengelus name tag di seragam sekolahnya Lee Donghyuck. Nama yang sangat ia benci, karena dengan nama itu, Ia merasa terbebani dan jika Donghyuck bisa memilih, ia ingin mengubah namanya, hidup menjadi dirinya sendiri, bukan Donghyuck dari harapan orang lain.

"Haechan....."

Ucapnya lirih , kala mengingat mimpinya, saat ia menjatuhkan bebas tubuhnya, samar samar ia mendengar seseorang yang menangisi dirinya dan Ia yakin orang itu memanggilnya dengan panggilan Haechan, dan entah kenapa nama itu sangat familiar di telinganya.

~~~~~~~~~

" Donghyuck-ah... kamu udah dapat bangku belum? Kamu duduk di depan aku aja, atau di meja samping aku" Ucap seorang gadis kala Donghyuck baru sampai di depan pintu kelasnya.

" Hyuck, kita duduk sebangku lagi ya? Please? Bahaya kalau tahun ini nilai gue jelek... ya ya ya?" Ucap teman sekelasnya di tahun kemarin yang juga dulu teman sebangkunya

Donghyuck menghela nafasnya panjang, ini yang membuatnya malas mencari teman. Semua orang ingin berteman dengannya hanya karena dia yang pintar, dia yang tampan dan dia yang kaya. Bukan benar benar ingin berteman dengannya. Donghyuck sebenarnya sedikit senang karena sekolahnya menggunakan sistem rolling sehingga setiap tahun, murid murid akan diacak kelasnya, sehingga ia tidak perlu terlalu dekat dengan teman kelasnya. Tapi ini juga yang membuatnya kesal karena ia akan bertemu dengan orang baru yang ingin mendekatinya karena alasan tertentu. Ditengah Donghyuck bingung memilih tempat duduknya, seseorang yang duduk di sudut kelas, meja paling belakang dan paling ujung dekat jendela yang tengah membaca buku komiknya sambil memakai earphone menarik atensinya.

Donghyuck sempat bertemu dengan pria itu beberapa kali, pertemuan mereka pertama kali juga sedikit memalukan bagi Donghyuck karena dirinya yang menabrak pria itu dan tiba-tiba saja pria itu berlari meninggalkannya, dengan ekspresi menahan sakit dan seolah takut melihatnya.

Donghyuck pun mencari tau siapa pria itu, ternyata dia murid pindahan dan ia juga tergabung dalam klub basket di sekolahnya. Donghyucj sempat beberapa kali menyapanya saat berpapasan, tapi anehnya pria itu selalu menghindarinya, seolah tidak ingin melihatnya. Donghyuck befikir, dia anaknya tertutup, tapi pria itu terlihat ramah bahkan saat ia bermain basket dengan satu timnya, pria itu tersenyum lebar.

Donghyuck merasa kesal dan terhina, ini kali pertamanya merasakan namanya penolakan, selama ini semua orang ingin berteman dengannya, bahkan dikenali saja oleh seorang Donghyuck adalah sebuah pencapaian bagi murid-murid disekolah pasalnya ia yang dijuluki si pangeran sekolah. Karena itu, ia tertantang untuk mendekati orang yang bernama Mark itu.

"Sorry gue udah nemu tempat duduk..." Senyum Donghyuck pelan pada gadis itu, dan sedikit mendorong pelan kepala teman prianya itu pasalnya menghalang jalannya.

" Ini kosong kan? Gue boleh duduk disebelah lo?" Tanya Donghyuck . Mark hanya mengangguk dengan mata yang masih fokus dengan buku komiknya.

Donghyuck tersenyum menang dan menaruh tasnya dengan semangat, walaupun ia tau, Mark pasti tidak sadar jika dirinya yang duduk disana. Donghyuck pun penasaran apa reaksi pria itu, jika mengetahui bahwa pria yang duduk di sampingnya adalah orang yang selama ini ia hindari.

" Gue Donghyuck , gue pertama kali liat lo, nama lo siapa?" Tanyanya sambil mengulurkan tangannya

" Gue Mar-" Mark menghentikan ucapannya kala menolehkan kepalanya, hendak menjabat tangan orang yang duduk di sebelahnya itu, tapi ketika ia melihat siapa pria itu, Mark menghela nafas kesal dan memalingkan matanya, kembali membaca buku komiknya.

" Mark.." Ucapnya pelan.

Donghyuck tersenyum miring, mengepalkan tangannya kesal karena uluran tangannya diabaikan terlebih lagi, pria itu menatapnya kesal dan memalingkan pandangannya.

Awas aja lo... idup lo ngga akan tenang setahun ini!

Kesalnya dalam hati sambil merebahkan kepalanya ke meja, melipat tangannya menjadikannya bantal, kemudian ia menolehkan kepalanya, menatap pria di sampingnya itu yang tampak tidak terganggu sedikitpun, masih membaca dengan tenang buku komiknya, dan earphone yang masih bertengger di telinganya. Donghyuck tidak mengerti, padahal pria itu hanya diam, tapi seolah Donghyuck menyukai pemandangan ini, rambut hitam halusnya yang diterbangkan pelan oleh angin, kemudian ia yang tersenyum tipis bahkan terkadang terkejut karena membaca komiknya, semua itu, membuat Donghyuck tidak bisa memalingkan pandangannya pria itu. Ini kali Donghyuck pertama melihat pria itu dengan dekat, tapi entah kenapa rasanya Donghyuck merindukan moment ini.

" Lee Donghyuck !"

Donghyuck tersentak kaget, langsung berdiri dari duduknya dan membungkuk pelan mendengar suaranya diteriaki.

" Kamu ini... baru hari pertama sudah tidur, jangan terlalu keras belajar hingga larut malam! Kau jadi tidak fokus di sekolah" Ucap pak guru pada Donghyuck sambil geleng geleng kepala

" Ma-maaf pak, lain kali tidak saya ulangi" Ucapnya dan pak guru menyilahkan Donghyuck duduk

Donghyuck tertidur bukan karena dia mengantuk akibat belajar, ia bahkan tidak sadar ia tertidur, ingatannya terakhir adalah ia yang menatap Mark yang tengah membaca komiknya itu.

" Kok lo ngga bangun- Jeno?" Niat hati Donghyuck protes pada Mark, tapi ternyata yang duduk disebelahnya adalah Jeno

" Oh.. .si Mark minta ganti, katanya ngga keliatan dia kalo duduk di belakang" Jelas Jeno mengerti Donghyuck yang bingung kenapa teman satu bangukunya berganti.

Donghyuck langsung menatap seisi kelas, meradar dimana pria itu duduk, kemudian kebetulan juga Mark tengah menatapnya, dengan cepat pria itu memalingkan pandanganya, kembali berbalik dan menatap ke depan kelas.

Tck... Waah... nantangin....
Jelas banget dia ngindarin gue!
Game just started broo....
Lo ngga akan lepas dari gue!

Ucapnya kesal dalam hati, memainkan lidahnya, sambil mengepalkan tangannya kuat, menatap pria itu

[Complete] What If....|| MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang