11

955 106 11
                                    

DUK DUK DUK

" Chan!"

DUK DUK DUK

"Haechan-ah!"

Mark dengan gusar mengetuk pintu rumah Haechan, beberapa kali memencet bel rumah Haechan dan meneriaki nama pria itu. Jika benar Mark kembali ke masa lalu, jika benar Mark mengulang apa yang terjadi, maka seharusnya Haechan akan membukakan pintunya.

Mark menatap kakinya, karena ia yang langsung berlari keluar rumah, ia tidak sempat menggunakan sendal, alhasil kakinya kini sedikit luka dan melepuh. Lulutnya juga berdarah karena beberapa kali terjatuh dan terlalu cepat berlari. Mark kembali menitikkan air matanya, luka ini, bahkan rasa sakit di kakinya ia bisa merasakannya, lalu, jika memang ini hanya mimpi, atau jika memang Mark kembali ke masa lalu, kenapa Haechan tidak membukakannya pintu. Ditengah Mark yang hampir putus asa, ia mendengar suara pintu yang dibuka.

" Astaga apaan sih Mark! Masih subuh juga lo gedor gedor pintu rumah gue ngapain!" Kesal Haechan sambil membuka pintu, mengomeli Mark dengan mata yang masih tertutup.

Jantung Mark seolah berhenti berdetak, itu benar benar Haechan. Berdiri di depannya, menatapnya kesal dengan sedikit mengantuk. Haechan benar benar kembali hidup.

" Chan...." Cicit Mark pelan menatap Haechan tidak percaya

" Huh? Apa-"

Haechan tidak melanjutkan ucapannya pasalnya Mark yang tiba-tiba memeluknya dengan kuat.

" Maafin gue... hiks...hiks..maafin gue Chan.. maafin gue... gu-gue ngga ada ni-niat bikin lo ka-kaya gitu... Maafin gue Chan... gu-gue nerima lo Chan... ma-maafin gue... jangan ti-tinggalin gue kaya gitu.... hiks...hiks...Maafin gue Chan... maafin gue...hiks"

Tangis Mark menjadi-jadi. Ia memeluk tubuh Haechan dengan kuat, menenggelamkan wajahnya pada pundak Haechan. Mark bisa merasakan tubuh hangat Haechan, bahkan detak jantung dan deru nafas Haechan, Mark bisa merasakannya. Haechan hidup, tubuhnya panas, ini benar benar nyata, tidak dingin seperti saat ia memeluk Haechan di ambulan saat itu. Mark tidak peduli apakah ini mimpi, atau ia yang diberi kesempatan untuk meminta maaf sebelum ajalnya, atau bahkan ini halusinasinya, Mark tidak peduli. Saat ini, ia hanya ingin meminta maaf, mengakui kesalahannya, sebelum terlambat.

" Ma- hiks.....hiks...maafin gue Chan... maafin gue... jangan tinggalin gue kaya gitu lagi.. Jangan pergi tiba tiba Chan... Gu-gue ngga kuat Chan.. Maafin gue... ngga seharusnya gue ngomong itu sama lo Chan.... Maafin gue Chan.. Gue nerima lo Chan.. gue ada buat lo Chan... lo ngga sendiri Chan...."

Ucap Mark lagi, ia tidak ingin melewatkan sepatah katapun, jika memang ini adalah waktu yang diberikan oleh tuhan untuk meminta maaf pada Haechan, Mark tidak ingin melewatkan sepatah katapun.

" Mark lepas! Sesak anjing!" Kesal Haechan pasalnya Mark memeluknya dengan sangat kuat, berharap Mark yang melepas pelukannya, Mark malah menguatkan pelukanya.

" Lepas woi! Lo kenapa sih! Abis mimpi apa lo!"

Mark hanya menggelengkan kepalanya memeluk Haechan semakin kuat.

" Mark lepas!"

Haechan akhirnya mendorong Mark dengan kesal, sedikit mengurut lengannya.

" Gila lo! Lo mau remukin badan gue apa gimana sih?! Lo kenapa gue tanya hah? Gue ngga kemana mana juga! Ningalin lo apaan sih!"

Haechan mengomeli Mark habis habisan, Sejujurnya dirinya sedikit tersenyum mendengar tangisan Mark, belum lagi Mark yang memeluknya dengan kuat, dan mengatakan bahwa Mark menyayanginya, tapi terlepas dari itu, Haechan masih tidak tau, apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Mark yang mendengar itu hanya tertunduk dan terkekeh pelan, mengusap matanya beberapa kali.

[Complete] What If....|| MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang