6

947 101 5
                                    

"Lee Donghyuck... tolong koordinasinya ya, ini kamu sampai sekarang belum pertemuan dengan orang tua, 3 bulan lagi naik kelas dan kalau kamu masih belum nulis peminatan kamu, bapak ngga bisa ngirim surat rekomendasi buat kamu"

Haechan menghela nafasnya pasrah. Ia sudah menghubungi orang tuanya, tapi Ayahnya mengatakan untuk menghubungi Ibunya, dan saat Ia menghubungi Ibunya, Ibunya melakukan hal yang sama dan pada akhirnya, Ia hanya dioper oper karena tidak ada yang bisa datang karena sibuk.

" Kalau tanpa orang tua emang ngga bisa pak? Ayah ibu saya sibuk, saya bisa sendiri kok pak"

" Ngga bisa begitu Haechan, saya tau kamu siswa berprestasi, tapi tetap saja orang tua kamu harus hadir, terlebih lagi, saya ingin membahas terkait beasiswa dan sebagainya, jika tanpa orang tua, itu semua akan batal."

" Coba kamu hubungi lagi, ini kamu sudah dapat surat undangan dari beberapa kampus, jadi bapak harus bicarakan ini serius dengan orang tua kamu, ya? Bapak tau kamu bisa memilih kampus yang terbaik buat kamu, tapi tetap peran orang tua itu penting"

Haechan hanya mengangguk pasrah, jujur Haechan sejujurnya tidak peduli lagi. Alasan ia belajar dengan giat, belajar dengan sungguh sungguh, karena ia yang tidak ingin mencoreng nama keluarganya, tidak ingin pekerjaan ayah dan ibunya hancur karena dirinya yang tidak bisa menjadi anak yang membanggakan. Tapi setiap kali Ia memenangkan lomba, mendapat penghargaan sebagai siswa berprestasi, mereka bahkan tidak bisa menyempatkan waktu untuk melihat dirinya menerima penghargaan itu.

" Kenapa lo?" Tanya Mark pasalnya Haechan masuk ke dalam kelas dengan wajah yang sedikit lesu dan saat duduk di bangkunya, Haechan langsung merebahkan kepalanya.

Haechan hanya menggeleng pelan, menutup kepalanya dengan jaketnya dan mengabaikan Mark yang terus memanggil manggil namanya.

" Gue lagi ngga mau di hibur Mark! Gue capek! Sana lo!"

Mark yang mendapat bentakan seperti itu terdiam, pasalnya bentakan Haechan kali ini sedikit berbeda dari hari-hari biasanya.

" Yaudah sih ngga usah ngegas!" Kesal Mark dan meninggalkan Haechan sendiri di kelas.

.

.

.

.

.

" Donghyuck kasian ya...."

Cicit Ara pelan dan Mark langsung mengurungkan niatnya kala ingin menyesap colanya.

" Kasian kenapa?"

" Itu tadi aku dengar dia dimarahi pak guru gitu, kan banyak kampus yang ngirim undangan buat Haechan, cuma Haechan sampai sekarang nggak pernah bawa orang tuanya buat diskusi sama pak guru, mana dia dapat beasiswa,  itu kan harus bawa orang tua"

" Hmmmmm pantes tadi dia bt banget, tapi kan ortu dia sibuk gitu... mau gimana lagi"

" Loh kamu ngga tau?"

" Tau apa?"

" Kan papa mama Hyuck cerai, terus aku dengar dari papa aku Haechan tinggal sendiri, soalnya papa mamanya ngga ada yang mau ngambil hak asuh"

Mark tersedak dan menatap Ara sedikit tidak percaya

" Serius?"

" Uhm.. ayah aku kan kerja di kantor ayah Haechan, itu udah jadi omongan di kantor"

Mark menghela nafasnya panjang, jujur saat ia mulai berpacaran dengan Ara, ia merasa Haechan sedikit menjauh darinya. Mark sempat menanyakan kenapa, tapi Haechan mengatakan hanya ingin memberi waktu dan ruang untuk Mark dan Ara.

[Complete] What If....|| MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang