21

904 90 19
                                    

Mark menghela nafasnya panjang, membuka matanya perlahan, kini ia sudah kembali ke taman rumah sakit, setelah perjalan singkat ke masa lalunya, mengingat apa yang menjadi awal dari semua lingkaran setan ini, Mark hanya bisa menitikkan air matanya. Ia yang memulai ini semua, andai ia tidak membuat janji dengan nenek itu, ini semua tidak akan terjadi. Tapi tiba tiba Mark sadar, ini semua terjadi karena Mark melanggar janji itu, dan Mark menebak, semua itu dimulai saat Haechan menjatuhkan dirinya pertama kali, karena sangat kebetulan Mark yang mengambil bola ke arah sana, dan tubuh Haechan persis jatuh tepat di depan wajahnya. Tapi seingat Mark, ia tidak mengucapkan kata terlarang itu.

" Kau penasaran kapan kau mengucapkan kata terlarang itu?" Tanya Nenek itu, Mark pun menolehkan pandangannya, ternyata Nenek itu masih bersamanya.

" Kau ingat, saat itu, saat kau membentak semua orang yang ada di kelas, memaki mereka karena menghakimi teman mu itu, dan kau menyuruh pria itu untuk keluar dari kelas dan lebih baik mati saja, kau ingat hari itu? Kemudian hari itu, saat itu kau memarahi pacarmu, meluapkan semua emosi dan amrah mu pada pacar mu?" Tanya Nenek itu, Mark pun menelan air ludahnya kasar, dan mengangguk gugup

" Saat itu, saat kau marah pada seisi kelas, saat kau melempar bukumu, saat kau membentaknya, mengatakan ia lebih baik mati, Kemudian kau mengatakan bahwa semarah apapun kau pada sahabatmu itu, kau tidak akan mempermalukannya, saat itu, kau melanggar janjimu dengan ku" Ucap Nenek itu.

" Tapi aku tidak mengata-" Mark menghentikan ucapannya kala Nenek itu menunjuk tengah dadanya

" Mulutmu memang tidak mengatakannya, tapi ini yang berbicara, emosimu saat itu, suara mu yang bergetar saat itu, amarahmu saat itu, semuanya mengatakan bahwa kau mengkhawatirkan, kau mencintainya, dan pria itu, mendengar isi hati mu, ia sadar, dari bentakan mu, dari makian mu, kau tidak membencinya, tapi mengkhawatirkannya dan juga mencintainya."

Mark menitikkan air matanya, nafasnya tercekat, ia masih tidak terima dengan apa yang terjadi.

" Tapi... bukankah kau seharusnya menghukumku? Bukankah aku yang seharusnya mendapat hukuman itu, kenapa kau melakukan itu padanya? Kenapa kau mengambilnya?!" Teriak Mark kesal

" Bukankah itu yang aku lakukan? Kau sendiri yang bilang padaku, kau rela melakukan apapun untuknya, bahkan jika kau menderita sekalipun, jika itu yang membuat dirinya aman dan bahagia, kau rela melakukannya, benar kan?" Ucap Nenek itu lagi dan Mark masih menitikkan air matanya

" Aku tidak menghukumnya, aku menghukummu, dengan membuatmu menderita, karena itu aku mengambilnya dari mu, karena itulah hukuman terbesar bagimu, dan sebenarnya aku cukup baik, karena dengan aku mengambilnya, ia tidak perlu lagi merasa tersiksa di dunia ini" Sambung Nenek itu

Mark menundukkan kepalanya, Nenek itu benar, ia tengah dihukum, hilangnya Haechan dalam hidupnya adalah hal yang paling membuatnya menderita, karena itu Haechan meregang nyawa di depan matanya, tapi tetap saja, Mark tidak terima.

" Ini sebenarnya di luar skenario ku...." Ucap Nenek itu, Mark kembali menatap nenek itu penasaran

" Kau itu lugu dan polos, karena itu aku ingin sedikit bermain denganmu, karena saat aku melihat mu, begitu besar cinta yang kau keluarkan untuk pria itu, bagaimana cara kau menatap pria itu, menggenggam tangannya, tersenyum padanya, aku tidak pernah melihat rasa cinta yang begitu besar." Ucap Nenek itu membuka cerita

" Tapi sayangnya, bukan aku yang menulis takdir kalian, aku hanya mengawasi, melihat besarnya cintamu pada pria itu, aku tidak rela takdir kalian harus berpisah, entah kenapa aku ingin melihat kalian untuk selalu bersama, karena itu aku membantumu, mengabulkan permintaanmu untuk selalu berada di sisinya, hanya saja karena aku memainkan takdir-Nya, kau tidak bisa mendapatkan itu dengan cuma cuma, ada harga yang harus kau bayar" Sambungnya

" Dan semua sesuai dengan perkiraan ku, kau lupa dengan janji itu, karena hatimu yang begitu lugu, cinta itu tersamarkan dengan kuatnya pertemanan kalian, tapi pria itu lebih pintar dari mu, ia pintar dalam membaca isi hatinya, dan siapa sangka rasa cinta kalian sama besarnya, layaknya sebuah magnet, kalian jadi saling mendorong dan terpental kuat saat disatukan. Walaupun pria itu bisa menyembunyikannya dari mu, tapi benang merah kalian semakin kusut, menghadirkan sebuah bencana dalam hubungan kalian"

" Alasan kau terus berputar-putar dalam lingkaran waktu ini, karena begitu kuatnya cinta dan ikatan kalian berdua. Kuatnya rasa cinta dan penyesalan mu padanya, kata maaf yang belum sempat kau sampaikan padanya, kemudian perasaan rindunya akan dirimu, serta dirinya yang ingin menyampaikan bahwa ia sudah memaafkanmu, membuat mu terkurung di sini."

" Tapi sekarang semuanya telah berakhir, kata maaf dan perasaan bersalahmu didengar olehnya, dan ia bisa mengatakan bahwa ia memaafkanmu dan melepas rindunya padamu, kalian berhasil keluar dari lingkaran ini. Setelah ini, kau akan terbangun di rumah sakit, dan semuanya kembali dengan normal, kau hidup tanpa hadirnya dia disisimu, dan dia yang sudah tenang diatas sana" Tutup Nenek itu dan hendak berdiri, membiarkan Mark untuk menangis, tapi tiba-tiba saja Mark bersujud pada nenek itu.

" Maafkan aku...hiks... Maafkan aku. Maaf karena lancang dan congkak telah bermain main dengan takdir. Maaf karena aku telah melanggar janjiku, aku tau ini hukuman yang setimpal untukku. Tapi jika bisa aku menukar posisi dengannya, aku siap. Dia lebih pantas hidup dari padaku, dia masih muda, begitu banyak mimpi yang ingin ia capai... semua orang yang berada di dekatnya selalu merasa senang karenanya, kumohon... aku tidak ingin dia pergi secepat itu" Tangis Mark sambil bersujud

" Aku tau kesalahan ku, tapi jika aku bisa memohon, hukum aku tanpa menyeretnya, hukum aku tanpa menyentuhnya, aku yang angkuh dan sombong bermain dengan takdirku, aku yang membuat janji itu denganmu, dia tidak tau apapun dengan janji ini, aku mohon padamu..."

Nenek itu menghela nafasnya panjang, menatap langit sambil tersenyum tipis.

Padahal umat-MU sebegitu serakah dan angkuh, kenapa kau begitu sayang dan mengampuni mereka?

Ucap Nenek itu dalam hati, kemudian meminta Mark untuk berhenti bersujud.

" Aku hanya bisa membantumu untuk terakhir kalinya, jadi lakukanlah kali ini dengan baik" Ucap nenek itu sambil memberikan sebuah gunting.

Mark menatap gunting itu bingung, sedangkan Nenek itu tersenyum tipis.

" Kali ini coba pecahkan teka tekinya sendiri...." Ucap nenek itu kemudian meniup pelan kening Mark dan tidak lama setelah itu ia merasa kepalanya berat dan sedikit mengantuk, dan perlahan, pandangannya

[Complete] What If....|| MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang