28

909 83 1
                                    

Haechan menatap lurus atap sekolah, tempat ini di dalam mimpinya, tempat dimana seharusnya ia menjatuhkan diri. Haechan menatap jalan yang ia pijak, menutup matanya, entah kenapa rasanya benar benar nyata, adrenalin saat ia menjatuhkan dirinya, kemudian bagaimana kerasnya tubuhnya menghantam tanah dan perlahan kesadarannya hilang. Semua itu rasanya nyata. Haechan hanya memimpikan mimpi itu sekali, tapi entah kenapa mimpi itu tidak pernah hilang dalam memorinya, bahkan masih membekas dengan jelas. Setiap hari ia selalu dihantui apakah ia benar benar akan menjatuhkan dirinya di sini. Tapi sekarang semua sudah berakhir, ini hari kelulusannya dan ini hari terakhirnya di sekolah, entah itu hanya sekedar mimpi atau sebuah pertanda, tapi entah kenapa hari ini Haechan merasa memang semuanya sudah berakhir.

" Chan."

Haechan tersentak, tersadar dari lamunannya. Ia pun tersenyum tipis ketika melihat Mark.

" Ngapain lo disini?" Tanya Mark heran pasalnya Haechan berdiri mendekat ke tembok gedung, dan menurut Mark tidak ada hal yang menarik untuk ditatap disana.

" Hehe ngga ada... dulu gue pernah mimpi, gue jatuhin diri gue disini... tapi ya itu cuma mimpi, buktinya gue masih hidup " Senyumnya. Mark terdiam, menghela nafasnya panjang.

" Kenapa Mark?"

" Gu-gue juga pernah dapat mimpi itu..." Ucap Mark pelan.

" Sumpah?!" Tanya Haechan kaget dan Mark mengangguk

" Karna itu gue jauhin lo, gue pikir gue yang dorong lo, atau mungkin gue yang bikin lo jatuh dari sana"

" Pfft HAHAHAHAHA" Haechan tertawa terbahak bahak sedangkan Mark hanya menatap temannya itu heran

" Astaga Mark... lo kayak bocah dah, percaya mimpi gituan... tapi kenapa kita dapat mimpi samaan ya?" Ucapnya merangkul Mark dan berjalan menjauh dari sana.

" Entah, pertanda kalo lo berbahaya, buktinya lo ngebuly gue teru-Akh! Sakit anjg!" Kesal Mark pasalnya Haechan mencekiknya dengan rangkulannya.

" Eh... bentar deh...." Haechan menghentikan langkahnya dan menatap sekitar, kemudian menarik seorang siswa yang tengah berjalan.

" Dek, boleh minta tolong fotoin gue ngga?" Tanyanya dan siswa itu mengangguk.

Haechan pun menarik tangan Mark, kembali menuju gedung tempat dimana Haechan bermimpi ia mati.

" Di sini kak? Tapi belakangnya tembok doang, ngga mau di depan gerbang aja?" Tanya adik kelas itu dan Haechan mengangguk pelan.

" Eung.. disini.. Soalnya gara-gara gedung ini, gue temenan sama dia" Ucapnya merangkul Mark, Mark masih bingung dengan ucapan Haechan barusan, tapi kemudian ia sadar dan terkekeh pelan.

" Yaudah deh, aku foto ya .... satu ... dua.... Ti- bentar, Kak Mark jangan senyum tipis doang, abisnya kak Donghyuck ngerangkul kakak terus senyumnya lebar banget, kakak kaya lagi ditindas." Jelasnya.

" Emang!" Ucap Mark dan Haechan menatap Mark kesal, dan setelah itu Mark tersenyum lebih lebar.

" Nah Oke, sambil angkat ijazahnya ya kak... satu...duaa...tiga"

Ckrek

----------------

Mark dan Haechan berjalan menyusuri lorong sekolah, tidak ada hal yang spesial, mereka hanya ingin melepas rindu pasalnya setelah ini, mereka tidak bisa lagi melihat lorong sekolah ini.

" Lo abis ini mau ngapain Mark?" Tanya Haechan.

" Hm... ngga tau, gue masih mau nyoba tes mandiri, tapi kalo ngga lulus juga, mungkin gue ngambil les dulu, sambil bantuin bunda jaga toko, nyari part time juga mungkin....lo jadinya ngambil kampus yang di  Kanada ya? Berangkat besok?" Balas Mark

[Complete] What If....|| MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang