18

867 89 13
                                    

Mark membuka matanya perlahan, kepalanya benar benar pening, bahkan tubuhnya lebih lemas dari sebelumnya.

" Udah bangun Nak? Masih pusing?" Tanya Taeyon mengusap pelan kepala Mark dan membetulkan kompres yang sedari tadi bertengger di kepalanya.

Mark hanya mengangguk pelan, kemudian menutup mulutnya cepat, berusaha bangun dari tidurnya dan berlari ke kamar mandi. Mark memuntahkan isi perutnya, rasanya benar benar mual dan kepalanya pening. Tadi saat ia tertidur, potret saat tubuh Haechan tidak bernyawa muncul di mimpinya, dari Haechan yang menjatuhkan diri bebas di sekolah, hingga ia yang mengakhiri hidupnya di kamar mandi, Kemudian momen indah saat dirinya bersama bersama dengan Haechan, semua itu berputar bergantian dan membuat Mark mual. Semuanya benar benar nyata, dari hawa darah segar Haechan yang mengalir dari tubuhnya, hingga tubuh dingin dan kaku Haechan, Mark masih bisa merasakan sensasi itu pada tubuhnya.

Mark menggigil, tubuhnya benar tidak bertenaga dan pandangannya mengabur. Mark benar benar tidak kuat. Harus berapa kali lagi ia melihat Haechan mengakhiri nyawanya di depan matanya. Harus berapa kali lagi ia mendekap tubuh kaku Haechan. Harus berapa kali lagi Mark menemukan Haechan tidak bernyawa dengan kedua matanya. Mark akui ia salah karena sudah bermain main dengan lingkaran setan itu, tapi sungguh Mark sudah lelah, ia menyerah.

Jika memang tuhan saat ini sedang menghukumnya, memberikannya pelajaran karena kebodohan dan keangkuhannya saat itu. Mark sudah mengakui kesalahannya, sudah mengakui perbuatannya, bahkan Mark sudah memperbaiki kesalahannya. Tapi Mark tidak mengerti, kenapa lagi lagi ia dikirim ke masa lalu. Jika tujuannya hanya menyaksikan tubuh Haechan yang tidak bernyawa di depannya, melihatkan padanya betapa menyesalnya dirinya karena sudah menyia-nyiakan Haechan. Mark lebih baik mati, karena jujur ia tidak sanggup.

" Ya ampun nak... kita ke dokter aja ya?" Ibunya masih setia mengelus pelan kepala dan punggung Mark bergantian. Sedangkan Mark masih terduduk lemah di depan closet, air matanya pun mengalir dengan deras.

Mark menggeleng pelan, menutup matanya mencoba untuk menetralkan rasa pusing di kepalanya. Tapi lagi lagi ketika ia menutup matanya, potret tubuh Haechan yang tidak bernyawa kembali muncul dan membuat perutnya kembali di kocok membuatnya kembali muntah.

" Bunda ambilin air anget ya... " Mark hanya mengangguk lemah dan Ibunya dengan segera bergegas keluar.

~~~~~~~~~~~~~~

Haechan menggigit kukunya gusar sambil menatap jam dinding kelasnya. Tadi pagi, ia berniat untuk memberikan Mark surprise hadiah ulang tahunnya yang ke 17 yaitu sebuah motor ninja yang Mark idam-idamkan sejak dulu. Tapi saat Haechan sampai di rumah Mark, Ibunya mengatakan Mark tiba tiba demam tinggi.

Haechan sempat menengok sahabatnya itu, bahkan mengecek suhu panasnya dan benar benar tinggi. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan Mark yang demam, bahkan ini bukan kali pertamanya Mark demam, Hanya saja, tadi saat Haechan keluar kamar Mark, dalam tidurnya pria itu mengigaukan namanya dan pria itu menangis.

"Jen... gue bolos ya..." Ucap Haechan mendekati meja ketua kelas, kala bel berbunyi menandakan waktu istirahat pertama.

" Lah... anak emas sekolah tumben bolos...kenapa lo?"

" Itu si Mark kan sakit..."

" Ya terus kenapa? emang lo dokternya?"

Haechan bingung mencari alasan, tidak mungkin ia mengatakan ia mengkhawatirkan Mark, bisa bisa Haechan menjadi bahan candaan di kelas.

" Tadi nyokapnya nelfon gue, minta tolong jagain, kan nyokapnya Mark jaga toko"

" Ohh... yaudah.. Terus kalau guru nanya?"

" Bilangin aja ada kegiatan osis... minta tolong banget nih gue..."

" Yaudah yaudah sana... sekarang aja mumpung lagi istirahat, guru ngga ada yang sadar.. "

" Thanks... tas gue nanti tolong antar ke rumah Mark ya.. Kalau gue bawa ntar guru curiga"

" Hmmm"

Haechan menjentikkan jarinya girang dan langsung melesat keluar kelas. Haechan tadi memang berencana ingin bolos karena itu ia memarkir motornya di luar sekolah.

" Huuft.... Padahal gue mau lo yang nyobain motor ini Mark..." Cicit Haechan sendu setelah berhasil melompat pagar dan mengambil motornya yang ia parkir di sebuah toko tidak jauh dari sekolahnya.

~~~~~~~~~

" Loh Haechan... kok disini?" Tanya Ibu Mark kaget ketika melihat Haechan yang masuk ke dalam rumah

" Hehe bolos tante... kasian Mark sendiri ngga ada temen" Haechan menggaruk kepalanya canggung

" Astaga... tapi ngga papa ini kamu bolos? Ntar di cariin loh..."

" Aman tante... anak osis... Mark nya masih tidur tan?"

" Udah bangun tadi... cuma itu tadi dia muntah-muntah ini lagi bunda bikini bubur"

" Hoalah...sakit kenapa dia tan?"

" Ngga tau tiba tiba aja pagi panas gitu, ini buburnya udah jadi,tante boleh minta tolong bawain ke atas ngga? Tante mau ke apotik buat beli obat, abisnya dia ngga mau dibawa ke dokter"

" Siap laksanakan" Haechan memberikan gerakan hormat

Haechan membawa semangkok bubur yang sudah disiapkan Taeyeon, tidak lupa ia membawa sebotol saus tomat karena Mark yang membencinya. Haechan tidak ingin mengusili Mark, Haechan sengaja membawanya untuk mengancam pria itu jika ia tidak mau makan, maka Haechan akan menyuapinya saus tomat itu.

PRANK

Haechan menjatuhkan bebas mangkok di tangannya dan langsung berlari menuju Mark, pasalnya saat ia membuka pintu, ia melihat Mark tengah bersiap-siap menusuk lehernya dengan pisau.

" MARK LO NGAPAIN!" Pekik Haechan panik menahan tangan Mark.

Mark setengah sadar, memberontak kala Haechan menahannya, berusaha untuk mendekatkan pisau itu kelehernya.

" Lepas! Biarin gue mati! Biar gue yang mati!" Berontak Mark semakin menggenggam kuat pisau itu

" Mark! Sadar! Lo kenapa!" Haechan mencengkram kuat pergelangan tangan Mark, membuat cengkraman Mark pada pisatu itu melemah dan pisau itu terjatuh.

Haechan pun dengan cepat menendang asal pisau itu, menjauhkan sebisa mungkin dari jangkauan Mark.

" Mark liat gue! Mark!" Haechan menggoyangkan tubuh Mark, memaksa Mark menatap dirinya.

" Sadar... ada gue... tenang... hm?" Ucap Haechan lagi sambil mengelus pelan pundak Mark

Mark terduduk, memeluk lututnya dan menangis terisak.

" Mark....?" Haechan ikut berjongkok sedikit terkejut melihat Mark yang menangis dan meraung meraung seperti itu.

" Gue capek... gue ngga kuat... biar gue aja... gue aja...." Tangis Mark menjadi jadi

Melihat hal itu Haechan pun membawa Mark dalam pelukannya, mengelus pelan pundak Mark guna menenangkannya.

" Gue ngga mau lagi.... Gue ngga kuat... gue capek... gue mohon... berhenti...." Tangis Mark dalam pelukan Haechan

" Tenang Mark... its oke... gue disini..." Haechan mengelus pelan pundak Mark

Mark mengadahkan kepalanya menatap Haechan dengan air mata berderai.

" Haechan-.... Lo... Hae... Chan...?" Ucap Mark sambil menangkup wajah Haechan.

Haechan terkejut, Mark masih belum sadar.

" Eung... ini gue.. Haechan... its oke... ada gue" Senyum Haechan.

Mark tersenyum lebar, seolah tenang setelah mendengar nama Haechan tapi sedetik kemudian, tubuhnya tumbang dan Mark pingsan.

" Mark! Mark!" Haechan menepuk-nepuk pelan pipi Mark panik. Kemudian tanpa pikir panjang Haechan langsung menggotong tubuh Mark melarikan anak itu ke rumah sakit.

[Complete] What If....|| MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang