9

943 112 22
                                    

" Chan..."

" Haechan tunggu!"

Mark berusaha menahan Haechan kala anak itu berjalan menuju taman. Haechan pun memberhentikan langkahnya. Menatap Mark penuh emosi.

" Bukan gue yan-"

" Apa?! Gue udah ngelakuin semua yang lo minta! Gue udah ngejauh dari lo! Gue udah usaha berubah demi lo! Kurang apa lagi?!"

Bentak Haechan kesal. Dari tatapan itu Mark bisa melihat emosi dan kekecewaan Haechan yang sangat mendalam.

" Chan bukan gu-"

" Lo pikir gue ngga tau selama ini lo diam diam ngikutin gue hah?! Sampah banget cara lo Mark!"

Mark terdiam, jujur ia tidak menyangka Haechan akan tau, tapi Mark benar benar hanya memperhatikan Haechan dari jauh, tidak pernah sedikitpun terpikirkan untuk menjerumuskan Haechan seperti itu.

" Sehina itu gue dimata lo ?! Sebrengsek itu gue dimata lo ha?! Kenapa ngga sekalian Lo buat spanduk gede-gede? Kurang puas lo ngehina gue waktu itu? Kurang puas lo ngancurin hidup gue?"

Mark menelan air ludahnya kasar, memalingkan pandangannya berusaha menahan emosinya. Bagaimana tidak, ia dituduh melakukan hal yang bukan ia lakukan. Tentu saja Mark kesal dan sakit hati.

" Lo ngga usah ikut campur! Ngga usah susah payah bikin hidup gue hancur! Karna dari awal hidup gue udah ancur! ngerti lo!" Tunjukknya kesal

" Lo yang minta gue menjauh! Lo yang bilang nggak sudi punya temen kaya gue! Lo yang bilang pertemanan kita selesai! Jadi tolong... jangan jilat air ludah sendiri!" Tutup Haechan final menabrak tubuh Mark kala ia meninggalkan Mark.

Mark masih terdiam, nafasnya pun mulai memburu. Karena saat ini, dadanya sesak dan hatinya benar benar sakit.

Gue cuma mau minta maaf....

Cicit Mark dalam hati menengadahkan kepalanya menahan air matanya.

~~~~~~~~

Mark menghela nafasnya kesal. Sudah satu minggu semenjak berita tentang Haechan tersebar, Anak itu masih pergi ke sekolah. Mark tidak mengerti dengan pola pikir Haechan, padahal di sekolah ia hanya akan dihina, dimaki, dibully, tapi anak itu masih tetap ke sekolah, membiarkan tubuhnya di lempari sampah bahkan terkadang di tendang.

Haechan masih menekurkan kepalanya, membiarkan kepalanya yang dilempar dengan kaleng minuman atau sampah-sampah lainnya. Haechan menutup matanya, membiarkan kepalanya tenang sambil mendengarkan lagu guna merilekskan kepalanya.Haechan tetap pergi ke sekolah, karena jika ia hanya berada di rumah dan mengurung diri di kamar, ia takut menjadi gila. Karena itu Haechan tetap memilih untuk pergi ke sekolah, karena setidaknya dengan belajar, ia bisa mengabaikan masalah yang terjadi padanya.Dan jujur, Haechan masih bertahan saat ini karena hanya melihat Mark, walaupun pria itu tidak membantunya ataupun melindunginya.

Mark benar benar menjadi alasan Haechan masih bertahan hingga sekarang.

" DIAM!"

Bentak Mark sambil melempar bukunya ke papan tulis, menghasilkan dentuman yang sangat keras, bahkan Haechan yang memakai earphonenya bisa mendengarkan bentakan Mark dan dentuman itu.

" Kalian pikir kalian semua disini suci hah?! Brengsek lo semua! Kalau kalian ngga suka diam! Ngga usah hina idup orang! Lo bisa aja lebih sampah dari dia!" Kesal Mark, jujur ia tidak tahan melihat Haechan yang dihina dan dibully seperti itu

"Dan lo! Kalau cuma diem doang, mending lo keluar! Ganggu lo disini! Atau mati aja sekalian!" Bentak Mark lagi dan tentu saja Haechan tau Mark tengah berbicara dengannya.

[Complete] What If....|| MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang