15

937 95 36
                                    

Mark menghela nafasnya panjang, menutup wajahnya dengan lengannya, merebahkan bebas tubuhnya kembali ke tempat tidurnya. Ini sudah keenam kalinya Mark kembali ke masa lalu. Kembali pada 6 bulan yang lalu sebelum kejadian Haechan memilih untuk mengakhiri hidupnya. Mark bahkan sudah muak dengan ulang tahunnya sendiri.

Mark sudah mencoba segala cara, menjauhkan Haechan dari sekolah, tapi pada akhirnya Haechan tertabrak oleh truk. Kemudian Mark mengurung Haechan seharian di kamar saat hari terkutuk itu, tapi entah bagaimana caranya, Haechan tiba tiba mengalami sesak nafas dan tidak bisa diselamatkan saat dibawa menuju rumah sakit. Mark bahkan sudah menjauhkan Haechan dari kota ini, membawanya ke tempat yang jauh, tapi mobil yang mereka kendarai terjatuh ke dalam jurang dan Haechan tidak bisa diselamatkan.

Mark bahkan menyerah, membiarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya, tanpa merubah apapun. Hanya saja, saat kejadian buku kecil itu, Mark tidak mempermasalahkannya, membuang buku itu dan memperbaiki hubungannya dengan Ara tanpa menyeret Haechan. Tapi seolah takdir sudah dituliskan, Haechan tetap mengakhiri hidupnya.

Tapi Mark tidak mengerti, jika memang Haechan tidak bisa diselamatkan, jika memang memang begitulah takdir hidup Haechan. Lantas kenapa ia terus-menerus kembali ke masa lalu, apa tujuannya? Mark benar benar tidak mengerti. Mark melompat dari kasurnya, berlari keluar rumah mengabaikan kakak dan orang tuanya yang menatapnya heran karena berlari keluar rumah seperti itu.

Mark terdiam di depan pintu rumah Haechan. Mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu rumah Haechan, ini sudah keenam kalinya ia kembali dan ia sudah tau Haechan pasti akan mengomeli dirinya saat membuka pintu. Mark tidak tau lagi apa yang harus ia lakukan, kenapa ia selalu dikirim ke masa lalu. Mark sudah kehilangan akal, tidak tau lagi bagaimana cara menyelamatkan Haechan.

Apakah Mark memang harus membiarkan semuanya berjalan begitu saja? Lalu kembali melihat Haechan yang menjatuhkan tubuhnya saat itu? Lalu dirinya yang hidup dalam penyesalan? Jika memang begitu, kenapa ia harus kembali berputar putar dalam memori waktu ini, seolah dia memang harus menyelamatkan Haechan.

" Mark? Ngapain lo? Gue baru aja mau ke rumah lo..."

Ucap Haechan kala membuka pintu sudah rapi dengan seragamnya, Mark tersadar ia tidak menyangka melamun salama itu.

" Woi! Ngapain" Haechan menjentikkan jarinya di depan wajah Mark pasalnya pria itu hanya menatap dirinya kosong.

Mark menelan air ludahnya kasar, ia masih belum boleh menyerah. Mark harus bisa keluar dari lingkaran setan ini. Masih ada cara untuk menyelamatkan Haechan

" Gue sayang sama lo"

Ucap Mark membuat Haechan melongo

" I-Iya..hahah gue tau.. Gue temen terbaik lo... lo lagi nyogok gue kan? Tenang.. Kado lo gue udah nyiapin kado yang lo mau kok" Senyum Haechan canggung.

" Ngga... gue serius Chan.. Gue sayang sama lo.. Gue cinta sama lo..."

Haechan terdiam, Mark serius, menatapnya lurus dan tegas tapi tidak mengintimidasi, nafasnya pun memburu seolah ia sendiri ketakutan dengan apa yang ia lakukan sekarang, tangannya bergetar dan beberapa kali Haechan melihat Mark yang mengepalkan tangannya.

" Mark...."

" Gue Sayang sama lo Chanl...Gue cinta sama lo"

Ucap Mark lagi, tapi kali ini tatapannya meneduh, perlahan matanya pun berkaca kaca

" Tapi Mark... kita..."

" Gue tau.... gue tau Chan... tapi gue... gue ngga sanggup lagi.... gue..." Mark menundukkan wajahnya dan Air matanya mengalir begitu saja, Mark tidak tau lagi bagaimana caranya menjelaskan selelah dan se frustrasi apa dirinya saat ini.

[Complete] What If....|| MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang