13

914 103 22
                                    

Mark dengan santai memainkan bola basketnya menuju lapangan basket, ditengah ia berjalan, ia merasa menginjak sesuatu, Mark pun menundukkan tubuhnya dan mengambil sebuah buku kecil yang tadi sempat ia injak. Jantung Mark pun seolah berhenti ketika menyadari buku itu adalah buku yang menjadi bencana hubungannya dengan Haechan. Mark melihat ke sekitar, tidak ada orang yang melintas di dekatnya, kemudian ia yang tadi hendak berlatih di lapangan basket, memilih untuk duduk di tepi lapangan dan membaca buku itu.

Mark membaca buku itu halaman demi halaman, sesekali ia tersenyum malu, kemudian sedikit terharu dan sedih, bahkan terkekeh pelan, Mark benar benar terhibur membaca semua isi hati Haechan akan dirinya. Mark pun tersenyum sendu dan sedikit lega.

Jika saat itu Haechan menuliskan di bukunya bahwa ia sedih dan kesepian semenjak Mark berpacaran, kini Haechan menulis bahwa ia senang karena tahun terakhirnya di SMA, ia habiskan bersama dengan dirinya. Kemudian, saat itu Haechan menuliskan bahwa ia sedih dan menunggu Mark hingga larut malam di hari ulang tahunnya. Kini Haechan menuliskan ia benar benar bahagia karena pesta yang disiapkan Mark dan Mark yang tertidur di bahunya. Jika saat itu Haechan mengatakan ia merasa jauh dan canggung dengan Mark, kini Haechan menuliskan ia merasa semakin dengan Mark dan dirinya yang menjadi lebih lembut pada Haechan. Mark tersenyum tipis, ketika melihat di beberapa kalimat Haechan yang begitu memuja-mujanya, seolah Mark adalah pangeran berkuda putih yang datang menyelamatkannya.

Lo segitu sayang sama gue ya.......

Ucapnya Mark sendu dalam hati, mengelus pelan buku itu, sedikit bersalah karena telah merobek buku itu. Setelah ia membaca semua halaman itu, Mark pun bergegas menuju ruang kelas, karena ia yakin Haechan tengah panik mencari buku kesayangannya ini.

" Nyari apa lo?"

Tanya Mark melihat Haechan yang panik membongkar tasnya.

" Huh? Anu... itu...." Ucapnya tidak fokus karena pikirannya saat ini hanya mencari barang yang hilang.

Mark tersenyum tipis, menggenggam kuat buku kecil tadi yang ia sembunyikan di kantong celananya.

" Ntar aja cari itu, lo disuruh pak guru ke ruang guru" Ucap Mark

" Sekarang banget?" Tanyanya dan Mark mengangguk

" Tck... yaudah deh..." Kesalnya kembali memasukkan barang barangnya ke dalam tas dan langsung berlari keluar kelas.

Tepat setelah Haechan keluar dari ruang kelas, Mark dengan cepat memasukkan buku itu ke dalam tas Haechan.

Jangan hilang lagi ya.... cuma gue yang boleh baca ini selain lo....

Ucapnya sambil mengelus pelan buku itu, kemudian menutup tas Haechan..

~~~~~~~~

Waktu terus berputar, akhirnya hari dimana Haechan saat itu memilih untuk meregang nyawanya tiba juga. Mark jujur sedari kemarin tidak tenang hatinya. Bahkan saat ini jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Seharian ini Mark selalu mengikuti kemana Haechan pergi, Mark bahkan tidak membolehkan Haechan untuk pergi ke atap sekolah.

" Kenapa sih Mark... lo gelisah banget hari ini... " Ucap Haechan yang sedari tadi menemani pria itu duduk di lapangan basket.

Mark hanya menggelengkan kepalanya, masih menundukkan wajahnya sambil terus menatap jam tangannya.

" Mau kemana?" Mark menahan tangan Haechan kala pria itu berdiri dari duduknya.

Haechan sedikit menyeringitkan keningnya, ia akui Mark sedikit berlebihan hari ini dan sangat menempel padanya. Bahkan saat ini, pria itu terlihat ketakutan ketika Haechan ingin pergi.

" Astaga gue mau buang ini kaleng Mark, tuh tong sampah depan, lo kenapa sih!" Kesal Haechan sedikit risih sambil menepis tangan Mark.

" Ngga usah..." Ucap Mark mengambil kaleng minuman itu dan melemparkannya dari sana dan masuk ke tong sampah itu.

[Complete] What If....|| MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang