[01] -*KBL*-

866 20 0
                                    

Bandung, Indonesia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung, Indonesia.

PRAANGG !!!

Suara pecahan kaca mobil terdengar cukup keras menyadarkanku dari lamunan. Aku menoleh ke arah suara pecahan itu dan melihat ada seorang pria yang sedang menatapku dengan nafas yang tidak beraturan.

"Buka pintu mobilnya!"

Suara bariton itu membuat aku semakin sesak, bersamaan dengan air mata yang jatuh.

"SALANZA!!!"

Teriakannya membuat aku mengusap wajah dan tersenyum pada pria itu. Tangan kananku menekan tombol yang berada di mobil agar kunci otomatis itu terbuka. Aku melihatnya berjalan menuju pintu kemudi mendekatiku lalu membuka pintu-nya dan berlutut di sampingku.

"Kamu baik-baik aja?" tanyanya

"Dari tadi aku coba panggil kamu tapi gak dapet jawaban sama sekali"

Pria tampan bermata coklat itu memegang pipiku dengan lembut. Tindakannya itu membuatku semakin menangis.

"Kalau ada apa-apa itu bilang, jangan kaya gini. Aku khawatir apalagi liat kamu sendirian di mobil yang di kunci dari dalem. Kita semua cari-cari kamu''

Aku masih terdiam mendengarnya, entahlah sangat sulit sekali untuk mengeluarkan suara dalam keadaan seperti ini. Sebenarnya aku tau, jika mereka akan mencari keberadaanku tapi mau bagaimana lagi, aku membutuhkan waktu sendiri. Dan di sinilah tempat favorit ku, sebuah jalan besar yang sepi bahkan sangat jarang di lewati oleh orang-orang tapi memiliki suasana yang menyejukan dan menenangkan karena view-nya terdapat pantai yang menakjubkan.

"Al!'' panggilku

"Kenapa harus aku?" ucapku dengan isakan

Alexander memelukku dengan erat. Aku memejamkan mata ketika merasakan pelukannya, membuatku merasa tenang. Kenapa Alexander selalu muncul ketika aku sedang tidak baik-baik saja? di saat orang lain menyakitiku dia selalu ada di waktu yang tepat. 

Dan cukup lama kita berdua saling berpelukan dengan suara tangisanku yang terdengar. Alexander mengurai pelukannya dan kembali memegang pipiku sembari menghapus air mata yang jatuh.

"Salanza, berhenti mikirin apa yang udah terjadi. Berhenti menyalahkan diri kamu sendiri. Apapun yang kamu alami adalah takdir Tuhan." Gumam Alexander

Aku mengangguk-angguk mendengarnya "Semuanya akan baik-baik aja. Aku, Dean, Kakak-kakak dan yang lain akan selalu ada untuk kamu. Jangan khawatir."

Alexander tersenyum membuatku tanpa sadar ikut tersenyum. Aku menghela nafas dan mengusap wajah "Udah cape nangisnya. Sekarang laper" ucapku

Alexander tertawa mendengarkan perkataanku. Jujur saat ini aku memang membutuhkan makanan karena terlalu lama menangisi semuanya dalam mobil. Dan aku tidak tau sudah berapa lama diam sendirian di dalam mobil, masih untung aku tidak meregang nyawa atau mungkin jika Alexander tidak menyadarkanku hal itu akan terjadi.

Kenangan Bersama LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang