KBL -*Lorong Kenangan 0.3*- KBL

255 17 8
                                    

Di saat aku sedang berusaha melupakannya, dia menghubungiku dan mengajakku bertemu.

Awalnya aku beralasan tidak bisa, karena aku tidak ingin berurusan lagi dengannya, aku ingin menghindar darinya.

Tapi entah kenapa, perasaanku ada yang tidak beres. Suaranya yang serak dan selalu memberikan jeda yang cukup lama saat berbicara. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk menemuinya di malam hari.

Aku tersenyum miring ketika melihat dia duduk sendiri di taman itu, dia juga sempat terkejut saat menyadari keberadaanku.

Aku bertanya-tanya dalam kepala, ada apa dengannya?

Kenapa matanya terlihat sembab?

Tapi sebelum aku bertanya langsung, dengan sendirinya dia menjelaskan apa yang terjadi, dia seolah tau apa yang ingin aku tanyakan.

Dia memberikan sebuah kertas kecil yang di dalamnya berisikan alat tes kehamilan dengan hasil garis positif.

Aku hanya bisa diam, tidak meresponnya yang sudah menangis tersedu-sedu.

Sempat terkejut akan hal ini, tapi aku berusaha untuk tetap tenang, dan aku pun langsung memeluk tubuh Salanza yang bergetar karena menangis.

Kenapa dia baru mengatakan kehamilannya padaku sedangkan aku dan dia melakukannya di beberapa bulan yang lalu?

Banyak sekali pertanyaan dalam benakku tapi aku tidak bisa mengutarakannya, jadi aku lebih memilih untuk diam dan menenangkan Salanza.

Selama memeluknya aku merasa ada rasa senang karena bisa menghirup aroma anggur yang ada pada tubuhnya itu serta merasakan kehangatan yang sempat aku dapatkan beberapa bulan lalu.

Dengan segera aku memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit, agar aku tau sejak kapan ia hamil?

Disana aku bisa merasakan ketegangan yang Salanza rasakan. Oleh karena itu, selama perjalanan menuju rumah sakit aku tidak pernah melepaskan genggaman tangan padanya.

Setelah beberapa menit berlalu dan Salanza juga menjawab semua pertanyaan yang di ajukan oleh dokter, aku sempat membeku sebentar, karena memang benar, Salanza hamil.

Dan usia kandungannya hampir menginjak 3 bulan, kenapa bisa? Pikirku.

Aku dan Salanza hanya melakukannya di satu malam meski aku sadar saat itu aku terus mengulangnya beberapa kali tapi seingatku, aku tidak pernah mengeluarkan sperma ku di dalam.

Itulah yang membuatku ragu akan kehamilan Salanza, apa dia benar-benar hamil anakku?

Aku pun memutuskan untuk memberi waktu padanya dan diriku karena sekarang bukan hanya tentang aku dan Salanza melainkan tentang aku, Salanza dan bayinya.

Selama memberinya waktu, aku memberitahukan kabar ini pada keluargaku dan tentu saja kekasihku juga.

Mereka tidak terlalu kaget akan hal ini, karena mereka sudah menduga dan sudah memiliki rencana sebelum Salanza mengakui kehamilannya padaku.

Saat itu aku benar-benar menepati persyaratan dari Nabila, yaitu bertanggung jawab pada Salanza secara financial.

Tetapi rasa takut muncul dalam diriku ketika ingatan beberapa waktu lalu terlintas dalam benakku. Tentang tatapan kosong dari mata Salanza meski saat bersamaku dia selalu merespon setiap perkataanku, kenapa?

Semuanya berjalan sesuai rencana, dimana aku akan bertanggung jawab secara financial bukan secara pernikahan yang mengikatnya.

Dan aku pikir itu adalah keputusan yang tepat karena sudah aku bilang tadi, jika ada keraguan dalam diriku tentang kehamilan Salanza.

Kenangan Bersama LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang