[26] -*KBL*-

215 20 6
                                    

Yang bacanya udah 10 jadi aku update hehe

Happy reading semuanya!!!

/////

Empat bulan kemudian...

12 September 2020

Selama empat bulan penuh aku terus menemui Psikolog tiap satu minggu sekali. Aku mulai merasa sedikit lega setelah berkonsultasi tentang apa yang terjadi. Belum lagi kakak-kakak ku yang selalu mendukung dan Dean yang selalu menemani kemanapun aku pergi.

Sebenarnya aku sempat merasa tidak enak pada Dean karena ia selalu ada untukku, namun ia selalu berkata jika ini bisa membuat rasa bersalah pada adiknya sedikit berkurang. Bahkan selama ini juga aku dan Dean selalu berkunjung ke makam orang tuaku, anakku dan Valery adiknya.

Saat berkonsultasi, Dokter mendiagnosis bahwa aku mengalami gangguan kecemasan dan PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stress pascartrauma dimana memiliki arti gangguan mental  yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang tidak menyenangkan.

Dalam hal ini biasanya penderita selalu merasakan cemas akibat teringat pada kejadian traumatis. Peristiwa traumatis yang dapat memicu PTSD antara lain kecelakaan, bencana alam perang, dan pelecehan seksual.

Aku kaget saat tau itu semua, aku pikir kejadian dimana Kenzo melakukan hal bejat itu tidak akan terlalu membuatku seperti ini. Dimana aku selalu teringat pada peristiwa itu atau bahkan merasa seakan mengulang terhadap peristiwa traumatis itu dalam mimpi buruk hingga aku merasa tertekan secara emosional, selain itu juga  Dokter bertanya pada padaku tentang minat atau aktivitas yang aku sukai.

Aku suka menulis, aku suka melukis, dan aku suka mendengarkan music, namun aku sadar, aku tidak pernah melakukan itu semua lagi. Dan Dokter berkata kembali kalau selama ini aku mengalami kehilangan minat pada aktivitas yang dulu disukai dan lebih cenderung merasa putus asa.

Ya, itu semua benar karena aku lebih suka menyendiri dan sulit menjalin hubungan dengan orang. Lalu aku juga sering kali mudah takut atau marah meski tidak dipicu oleh ingatan pada peristiwa dimana aku mengalami pelecehan seksual oleh Kenzo, dimana aku juga sulit tidur dan berkonsentrasi. Dan itu semua yang aku alami adalah gejala-gejala PTSD.

Aku menjelaskan ini semua agar kalian paham akan apa yang terjadi tapi bukan berarti kalian juga bisa mendiagnosis itu semua untuk diri kalian sendiri.

Jika kalian merasa tidak baik-baik saja, aku memohon untuk segera konsultasi pada Dokter khusus yang menangani mental health. Karena sekarang, banyak sekali orang yang mendiagnosis dirinya sendiri tanpa tau artinya dan itu tidak baik.

Kembali ke ceritaku. Setelah tau jika diriku tidak baik-baik saja, aku merasa jika aku perlu melakukan Psikoterapi atau pilihan pertama mengatasi PTSD ini, entah aku harus bersyukur atau tidak karena dokter berkata kalau gangguan mental yang aku alami belum dikategorikan parah hingga aku masih bisa menyembuhkannya melalui terapi tanpa harus mengonsumsi obat-obatan.

Dan selama beberapa bulan terakhir aku terus melakukan terapi tersebut yang bisa mengubah pola pikir negatifku menjadi hal yang lebih positif, dan membantu ku menghadapi keadaan dan ingatan yang memicu trauma secara efektif. Itu semua membantuku secara perlahan-lahan dimana aku sudah menerima segala hal yang terjadi dalam diri ku, entah itu soal aku dan Kenzo serta mama.

Dan disinilah aku sekarang, duduk bersimpuh dihadapan kedua makam yang aku sayang, mama dan Matt.

Matt Sakh adalah nama anakku.

Kenangan Bersama LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang