[07] -*KBL*-

276 18 0
                                    

Aku merasa bosan, karena sudah hampir satu minggu kondisiku baru mulai membaik. Demam yang aku alami selalu naik dan turun, hal itu pun membuatku frustasi sendiri. Aku rasa sudah tidak ada gunanya menangisi apa yang terjadi, dan aku pikir sudah saatnya aku kembali bangkit meski sulit.

Aku percaya, jika semuanya akan baik-baik saja.

Dan siang ini aku mulai mencari kesibukan, salah satunya mencari tau tentang lowongan kerja. Aku menyiapkan segala dokumen yang akan aku gunakan untuk melamar pekerjaan.

Mengingat aku pernah berbicara pada mama dan papa jika aku pernah membicarakan soal pekerjaan dengan Nabila. Dan sekarang aku harus mulai mencarinya dengan sungguh-sungguh.

Sebenarnya aku masih bisa melanjutkan ke jenjang kuliah meski telat satu tahun, tapi aku enggan karena mama dan bapak sudah bisa bilang cukup berumur, aku tidak ingin kembali membebani mereka dengan aku kuliah.

Tidak seperti Rio yang memang sejak lulus sekolah ia langsung memutuskan untuk lanjut kuliah dengan jurusan yang ia inginkan. Bisa di bilang dia adalah pria yang pintar dan ambisius.

Beberapa hari lalu aku juga sempat membicarakan soal ini padanya, dan ia sempat khawatir jika aku harus bekerja tapi karena aku keras kepala, dia tidak bisa melarangku.

Aku sudah mencoba melamar ke beberapa tempat tapi aku harus kembali menunggu untuk interview. Aku menghela nafas karena mencari kerja di zaman sekarang sangat sulit apalagi aku hanya lulusan SMA. Tapi mau bagimana lagi, aku harus berjuang agar tidak mengecewakan keluargaku karena sudah menjadi pengangguran cukup lama.

Dan jika aku terus diam di rumah, aku akan kembali mengingat hal buruk yang aku alami akhir-akhir ini. Jadi aku memutuskan untuk kelar dari zona nyaman.

Sampai saat ini pun aku belum membicarakan soal Kenzo pada keluargaku atau teman-temanku, aku terlalu takut.

Aku juga mulai mengurangi komunikasi dengan Nabila, bahkan saat ia menghubungi dan bertanya soal kondisiku yang sakit, aku hanya menjawab dengan seadanya dan melarangnya untuk berkunjung menjengukku karena sejujurnya aku belum siap bertemu dengannya.

*****

• 29 November 2019 •

Tiga bulan berlalu begitu cepat, aku sudah mulai bekerja di sebuah pabrik keju memegang bagian produksi. Cukup berat karena aku memiliki tanggung jawab yang besar dan mengawasi pelaksanaan proses produksi.

Tapi tidak apa-apa, aku menikmatinya.

Selama ini aku sibuk bekerja, bahkan hari libur ku hanya satu hari dalam satu minggu. Dan itu pun aku gunakan untuk beristirahat meski aku juga tetap harus membantu mama dalam urusan rumah.

Aku berbaring di ranjang sederhana yang aku miliki. Menatap langit-langit kamar membuatku menghela nafas dan tanpa sadar aku kembali meneteskan air mata. Selalu saja seperti ini, di saat muncul pemikiran tentang diriku sendiri tanpa aku minta.

Aku terbangun ketika merasakan tepukan di pipi kiri ku. Awalnya aku ingin protes pada orang yang melakukannya karena mengganggu tidurku yang pulas tapi aku terlalu malas.

Setelah sekian lama aku bisa tertidur dengan tenang dan nyaman tanpa mimpi buruk. Bahkan aku tidak sadar jika aku tertidur. Aku meringis ketika tepukan itu semakin kuat.

Ketika aku membuka mata, aku melihat anak kecil yang sedang berdiri disisi ranjang dengan tawa kecil sambil menutup mulutnya sendiri membuat ku gemas. Aku menghela nafas dan memutuskan untuk kembali tertidur membelakanginya meski ada perasaan kesal dalam diriku karena gadis kecil itu yang menganggu. Dia memukul punggung ku cukup keras membuat ku mengaduh dan menatapnya dengan sinis.

Kenangan Bersama LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang