[16] -*KBL*-

248 18 4
                                    

Malam ini aku menangis dalam diam, ingin rasanya mengadu tentang apa yang aku rasakan pada mereka tapi aku terlalu takut. Aku sudah membuat mereka kecewa, membuat mereka malu meski sebenarnya tidak ada yang tau tentang kehamilanku dan aku tidak ingin semakin merepotkan mereka jika aku mengeluh.

Rasa sakit pada pinggang ku semakin terasa, mungkin ini salah satu efek dari kehamilan, belum lagi aku juga merasakan pegal terutama pada bagian kaki.

Air mata terus keluar, lalu aku melihat telapak kaki yang membengkak. Sulit menjalani kehamilan ini, benar-benar tidak mudah. Rasa mulas mulai terasa karena usia kehamilanku sudah memasuki trimester akhir.

Bisa di bilang, beberapa bulan lagi adalah bulan dimana aku melahirkan. Apa aku bisa menjadi seorang ibu yang baik? Pertanyaan itu sering muncul dalam benakku.

Soal Kenzo, dia berkata sudah tidak ada hubungan lagi dengan Nabila sejak mengetahui kehamilanku. Bukannya merasa sedih, aku malah merasakan lega. Aku pikir, rasa cintaku padanya mulai tumbuh seiring berjalannya waktu. Apalagi Kenzo selalu datang menemuiku di rumah. Di tambah lagi, perhatian-perhatian yang ia berikan padaku membuat aku merasa tidak seburuk itu.

Aku menahan nafas ketika perutku terasa kencang, mengelusnya penuh lembut agar rasa sakit ini sedikit berkurang. Sebenarnya bisa saja aku memanggil mama, tapi ini sudah larut malam dan ia sedang istirahat.

Siang tadi aku melakukan check up bulanan di rumah, dan Dokter berkata jika semuanya baik-baik saja dengan kondisi Kandungan keadaan bayi yang sehat. Tapi tetap saja, aku masih dianjurkan untuk menjaga pola makan dan lainnya karena usia ku yang baru memasuki usia 19 beberapa bulan lalu tidak menjamin aku bisa melahirkan secara normal.

Sejak Kenzo sembuh dari sakit saat itu, ia belum kembali ke rumah ku. Bahkan kami berdua juga tidak berkomunikasi secara intens seperti sebelumnya. Kenzo selalu berkata jika dia sedang sibuk. Tapi dia masih selalu mengirimi ku makanan dan lainnya melalui orang suruhannya.

Rasa takut semakin muncul, memikirkan soal lahiran nanti, apa aku bisa?

Jika kalian bertanya apa Kenzo ada saat aku melakukan pemeriksaan kandungan? Maka aku jawab tidak.

Dia tidak pernah ikut andil dalam hal ini, aku pikir itu wajar karena kesibukan Kenzo sebagai mahasiswa dan sejak kehamilan ku juga dia mulai bekerja di perusahaan orang tuanya. Tapi aku masih selalu mengirim perkembangan dari kehamilan ku kepada Kenzo melalui pesan.

Aku memejamkan mata berusaha untuk tidur. Memikirkan semuanya membuatku kalut. Dan aku juga tidak ingin terjadi sesuatu pada bayiku.

*****

"Siap-siap, pake baju bagus"

Suara itu mengejutkan ku "Kenzo"

Baru saja semalam aku mempertanyakan soal ia yang tidak menemuiku.

"Bukan planga-plongo, cepetan bangun. Tiduran mulu, enak banget hidup lo" Ucapnya

Aku terdiam mendengarnya "Hidup aku enak? Menurut kamu, bukan menurut aku"

"Bosen tau diem mulu di rumah, dari awal kehamilan gak pernah keluar. Kalau pun keluar juga cuma berjemur di luar, itu pun hari-hari tertentu." Kesalku padanya

"Makannya siap-siap, gue mau ajak lo jalan-jalan"

Aku menatap Kenzo yang berdiri di hadapan ku dengan penuh antusias "Beneran?" Kenzo mengangguk

Tapi aku masih enggan bangun dari ranjangku karena memikirkan jika ini semua hanyalah angan ku saja.

Aku di buat gemas dengan sikapnya yang bisa dibilang manja, karena ia langsung mendekatiku yang sedang berbaring dan memeluk diriku lalu menyimpan kepalanya di atas dada ku. Awalnya aku kaget tapi aku berusaha menutupinya meski ini bukan pertama kalinya ia seperti ini. Aku mengusap rambutnya.

Kenangan Bersama LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang