KBL -*Lorong Kenangan~END*- KBL

580 28 22
                                    

Halo semuanya...

Aku cuma mau konfirmasi aja, untuk part KBL~LK~END ini udah kalian baca belum dari beberapa minggu yang lalu. Soalnya aku itu sempet update untuk part ini tapi ternyata masih ke simpen di draf.

Makannya aku mau tanya, apa part ini pernah ada notif di kalian sebelumnya atau baru hari ini dapet notifnya???

Seinget aku sih, aku udah di publish part ini tapi waktu di liat lagi ternyata belum di up, jadi aku tuh bingung:( entah wattpadnya yang eror atau aku yang lupa...

/////

Seperti yang kalian ketahui, aku hidup dengan cukup, ahh tidak maksudku sangat berkecukupan. Semua yang aku inginkan selalu ada di depan mata saat itu juga, aku di bebaskan oleh kedua orang tuaku dalam segala hal.

Jika kalian berpikir hidupku enak, maka aku akan menjawab iya, tetapi di satu sisi kalian tidak akan mengerti karena rasa hidup enak seperti ini selalu saja ada kekosongan dalam diri.

Apa kekosongan itu?

Dulu aku juga tidak tau, bahkan aku tidak sadar jika aku merasakan kekosongan meski memiliki segalanya. Tapi semenjak aku mengenal dengan Salanza, aku langsung menyadari jika kekosongan itu adalah sebuah kehangatan.

Orang tuaku memang membebaskan aku untuk melakukan banyak hal tapi secara tidak langsung mereka juga menuntut ku beberapa hal. Aku tau kalian tidak mengerti akan maksud kalimat itu, jadi akan aku jelaskan dengan sebuah contoh.

Mereka tidak melarangku dalam beraktivitas apapun tapi mereka selalu memantauku dari kejauhan melalui orang suruhannya, dan itu sedikit mengganggu karena di dunia luar aku bebas sedangkan di dalam diri ini seperti seorang tahanan.

Mereka tidak memintaku untuk menjadi seseorang yang pintar, tapi lingkungan yang mereka miliki tanpa di sadari membuatku harus menjadi seseorang yang pintar dan cerdas. Mereka di kenal banyak orang penting, jadi akan terasa aneh jika aku tidak menjadi seseorang yang sempurna.

Mereka selalu memberikan semuanya, entah itu materi atau non materi padaku dan itulah yang membuatku berpikir jika apapun bisa selesai dengan mudah.

Tanpa mereka sadari itu semua yang membuatku merasa harus menjadi seorang anak pintar, unggul dalam segala hal, menjaga reputasi kedua orang tuaku, membangun image yang memang seharusnya tidak perlu ada dalam diriku, yaitu menjadi sempurna dan segala bisa. Yang tanpa aku sadari juga itu menjadi sebuah obsesi yang besar untuk diriku sendiri.

Menjadi seorang yang sempurna agar aku bisa melakukan dan menyelesaikan semuanya dengan mudah.

Semuanya hanya tentang keinginan bukan kebutuhan.

Oleh karena itu aku bisa mengakui, jika aku mencintai Salanza hanya dengan mendengar cerita dari Nabila dan melihat tatapan matanya. Seseorang yang cuek, tidak peduli akan dunia luar dan tatapan yang tidak membuatku terintimidasi  untuk menjadi seseorang yang sempurna.

Karena selama ini itulah yang aku takutkan, yaitu tanggapan orang lain tentang diriku.

Jika aku melakukan sedikit saja kesalahan, maka kesalahan itu bisa menjadi dampak yang kurang baik bagi kedua orang tuaku. Dan aku tidak ingin itu terjadi.

Jika di ibaratkan, selama ini hidupku penuh dengan warna, yang membuatku lupa jika warna itu tidak akan berarti jika tidak ada garis yang membatasi setiap warnanya. Warna itu adalah semua hal yang aku lakukan dan Salanza adalah garisnya.

Selama ini aku merasa jika hidupku baik-baik saja, aku bahagia, tapi ternyata kebahagiaan yang aku anggap dan aku pilih selama ini adalah sebuah kesalahan. Itu bukan kebahagiaan ku. Tapi itu adalah sebuah keharusan karena tekanan secara tidak langsung dan tanpa di sadari menjadi boomerang  bagi diriku sendiri.

Kenangan Bersama LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang