[25] -*KBL*-

249 19 5
                                    

Khusus part ini aku bikin panjang.

/////

25 Mei 2020


Dua hari kemudian sudah berlalu dan ternyata duniaku harus kembali hancur.

Selama dua hari itu aku selalu ada di rumah sakit menemani anakku, tapi hari ini aku harus kembali berduka karena dia meninggalkan ku.

Anakku meninggal!!!

Aku sangat hancur saat melihat para Dokter berusaha untuk membuatnya bertahan tapi takdir berkata lain.

Aku sedih tapi aku juga berpikir jika anakku tidak akan mengalami sakit lagi. Yang dimana dia selalu di tempelkan beberapa selang untuk bertahan hidup.

Aku tidak tau jelas apa penyebabnya karena aku terlalu fokus pada anakku. Aku kembali di tinggalkan oleh orang-orang yang aku sayang membuatku merasa semakin frustasi.

"Jadi tumpang tindih, tapi memang prematur itu penyebab kematian yang tinggi. Karena dia juga tumpang tindih dengan yang lain. Faktor lainnya karena belum matangnya organ," ujar Dokter Malik, beliau adalah Dokter anak yang ada di rumah sakit ini

Hanya itu yang sempat aku dengar, selebihnya aku tidak terlalu fokus akan semuanya.

Usia anakku baru 9 hari lahir di dunia tapi dia tidak bertahan lama. Dia pergi meninggalkan ku sendirian dengan rasa sedih dan bersalah.

Apa lagi yang harus aku lakukan Tuhan?

Kenapa kisah hidupku di penuhi oleh kesedihan?

Aku tidak pernah meninggalkan kewajiban sebagai umatmu, tapi kenapa engkau masih memberiku cobaan yang berat selama ini?

Apa yang kamu inginkan dariku?

Setelah semuanya selesai, mulai dari pemakaman anakku dan urusan lainnya, aku melihat semua keluargaku juga ikut berkabung. Sedari tadi juga aku tidak bicara sama sekali dengan mereka semua. Dan mereka juga hanya berbicara seperlunya meski aku tidak menjawab apa yang di bicarakan.

"Ya allah kasian masih bayi, gak nyangka banget"

"Tapi bisa jadi jugakan anaknya meninggal itu karena selama hamil, Salanza-nya banyak pikiran. Biasanya ngaruh"

"Suami-nya juga salah. Udah tau lagi berduka gini masih mentingin kerjaan."

Omongan-omongan mereka yang datang ke rumah terus terngiang di dalam benakku. Seakan mereka adalah orang yang paling tau tentang apa yang terjadi dalam hidupku.

Dengan lelah, aku melangkah berjalan menuju kamar. Aku tidak berniat bertemu dengan orang-orang yang datang untuk mengucapkan bela sungkawanya.

Sampainya di dalam kamar, aku menutup pintu dengan rapat, kemudian menyandarkan tubuh disana. Kakiku terasa lemas dan langsung merosot ke bawah, duduk di lantai kamar. Air mata kembali mengalir.

Aku menangis sesegukan sambil meremas kepala dan sesekali memukulnya. Berada dalam situasi dan keadaan seperti ini berulang kali membuatku semakin merasa menjadi manusia tidak berguna.

Jika saja aku bisa menjaga kondisi saat hamil waktu itu, mungkin anakku tidak akan lahir dengan preamtur.

Jika saja aku tidak berharap lebih akan kehadiran Kenzo, mungkin aku tidak akan sekecewa ini.

Jika saja aku bisa bertahan dan bersabar sedikit lagi, mungkin aku tidak akan kembali berada dalam kesendirian lagi.

Tapi mau bagaimana pun semuanya sudah terjadi, mungkin ini adalah karma ku atas semua kesalahan yang aku lakukan selama 19 tahun hidup.

Kenangan Bersama LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang