[39] -*KBL*-

362 18 4
                                    

Aku berusaha untuk mengatakannya dengan jelas agar mereka bisa mendengarnya. Mata Kenzo terus berfokus pada lengan ku yang berdarah, hal ini membuatku tersenyum miring.

"Aku gak apa-apa ko Ken, Dean bakal obat-in lukanya nanti"

Kenzo langsung menatapku dengan wajah datarnya "Gue gak peduli, sekarang lo pergi"

Aku menggeleng "Urusan kita belum selesai. Aku cuma mau tau kenapa kamu pergi ninggalin aku, udah itu aja. Setelah kamu jawab aku bakalan pergi"

Kali ini aku berusaha untuk tidak menangis di hadapan mereka "Kamu gak bisa jawab pertanyaan dari aku ya?"

Kenzo malah terdiam dan ibunya berkata "Sekarang saya yang akan tanya kamu, apa tujuan kamu menemui anak saya?"

"Apa salah saya menemui ayah dari anak yang saya lahiran, yaitu darah dagingnya sendiri, cucu kalian"

Wajah mereka menujukan ketegangan dan terkejut "Kalian sudah berjanji bukan, jika saya melahirkan, kalian akan menikahkan saya dengan Kenzo"

Aku meremas perut karena setiap aku berbicara terasa sakit membuat aku juga merasa pusing serta mual.

Tiba-tiba Nabila berbicara "Lo pikir gue bakalan kaget sama ucapan lo itu?" Kata Nabila membuat aku terdiam.

"Gak akan Salanza, itu gak mempengaruhi hubungan gue sama Kenzo"

Nabila kembali berkata "Gue udah tau sebelum lo yang bilang"

"Atau lo mau gue kasih tau sesuatu?" Tanya Nabila membuat aku semakin terdiam, apa maksudnya?

"Gue yang minta kenzo untuk tanggung jawab atas kehamilan lo"

Perkataannya itu membuat aku membeku. Mungkin bukan hanya aku, tapi juga keluargaku.

"M—maksudnya?" kataku

"Kenzo ngakuin kesalahannya ke gue karena udah ambil keperawanan lo. Kejadian itu tepat sehari setelah Kenzo melakukan itu sama lo."

"Lo pasti paham maksud gue karena gue tau lo gak sebodoh itu" Aku masih terdiam tidak bisa berkata apa-apa setelah tau fakta ini.

"Gue juga manusia biasa. Gue marah saat tau dia udah hancurin lo, karena lo udah gue anggap saudara sendiri. Sampe akhirnya gue milih untuk putusin Kenzo. Tapi dia nolak, dia minta gue untuk bertahan dalam hubungan ini." Ucap Nabila yang juga mulai menangis.

Dia melepaskan genggaman tangannya pada Kenzo lalu melangkah mendekatiku "Gue sayang sama lo, tapi rasa sayang itu gak sebesar rasa sayang gue ke Kenzo. Gue lebih sayang dan cinta sama Kenzo. Di satu sisi gue juga gak mau lepasin dia tapi di sisi lain gue juga gak mau pertemanan kita hancur"

"Sampe akhirnya gue butuh waktu untuk tenang, gue nunggu lo ngadu ke gue soal kebejatan Kenzo tapi ternyata lo malah diem aja. Bahkan lo respon chat gue juga biasa aja, seolah-olah semuanya baik-baik aja. Dari situ gue mulai mikir, kenapa lo gak ngadu ke gue? Atau memang lo sengaja goda pacar gue, biar dia bisa sentuh lo?"

"Aku bukan jalang" Kataku dengan tegas

"Ya kalau bukan jalang terus apa? Cowo gue gak segampang itu untuk di goda. Apalagi setelah liat kalau gue dan lo itu beda jauh dalam segala hal"

Ucapannya itu seperti merendahkan ku. Memang benar jika aku dan dia berbeda dalam segala hal tapi bukan berarti aku juga akan menjadi jalang untuk mendapatkan apa yang aku mau.

"Dari situ gue langsung mikir kalau rasa pertemanan kita belum sekuat itu. Jadi gue lebih milih bertahan dalam hubungan ini. Asal lo tau, gue juga yang minta kenzo untuk tanggung jawab kalau semisalnya lo hamil. Selama ini gue diem karena pingin tau seberapa jauh lo bisa bertahan, Ternyata dugaan gue bener, lo hamil. Kalau lo tanya apa gue sedih? Tentu, gue sedih, sedih banget malah. Tapi balik lagi, gue cinta sama Kenzo. Apa salah gue mempertahankan pria yang gue cintai?"

Kenangan Bersama LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang