[28] -*KBL*-

212 15 5
                                    

Dan sekarang, di sinilah aku. Berdiri menatap orang-orang yang sedang menikmati karya-karya lukis ku.

Sebenarnya pameran ini adalah impian ku sejak dulu namun aku baru berani melakukannya sekarang. Walaupun sebelumnya keluarga ku menyuruh mendirikan pameran sejak awal aku melukis untuk Therapy Psikolog tapi aku tidak memikirkan itu semua.

Butuh waktu satu tahun mereka meyakinkanku untuk berani membuka pameran ini.

Sebenarnya dari jauh-jauh hari aku sudah menjual sebagian hasil lukisku ke orang-orang melalui bantuan Dean dan Alexandre dan tidak sembarang orang bisa membeli lukisan itu, yang artinya hanya orang yang benar-benar mengerti dan menganggap hasil karya ku sebagai benda yang mengandung banyak arti tidak hanya sekedar bagus untuk dilihat.

Dan tidak ada orang yang tau tentang diriku, aku menggunakan anonym untuk menjadikan lukisan-lukisan ini sebagai karya. Hanya keluargaku dan Alexandre saja yang tau.

Aku melangkah meninggalkan pameran menuju mobil yang terparkir. Aku menghela nafas ketika merasa nyaman saat duduk di kursi mobil ku sendiri. Lalu aku melirik ponsel yang ada di dalam tas dan mengambilnya.

Tanganku bergerak memainkan ponsel itu hingga satu notifikasi muncul membuatku terdiam sebentar.

[salanza.khalova]: nbl.jolly menambahkan cerita

Dengan rasa yang sulit aku deskripsikan, aku memberanikan diri untuk melihat notifikasi itu yang memberitahuku tentang media social salah satu temanku aktif kembali.

Aku tersenyum miris ketika melihat postingannya.

Bagaimana dia bisa terlihat baik-baik saja? Seperti tidak ada yang terjadi, dia menghancurkan hatiku. Senyumnya terlihat lebar, apa dia bahagia? kurasa dia sudah melupakan semuanya.

Nabila, salah satu teman yang selama ini hilang kabar tiba-tiba muncul dengan sebuah postingan yang menujukan jika dirinya bahagia dengan seseorang yang ia cintai, Kenzo Brian.

Ya, dia memposting sebuah foto di akun media sosialnya yang selama ini tidak aktif bersama pria itu dengan senyum mereka yang terlihat sangat manis dan bahagia. Aku tersenyum miris melihatnya.

Jika boleh jujur, masih ada rasa sakit yang aku rasakan hingga hari ini. Meski aku sudah melakukan therapy untuk menghilangkannya namun masih saja ada. Aku belum merasa lega karena masih banyak pertanyaan dalam benakku tentangnya. Aku ingin mendengar alasannya melakukan ini semua.

Mata ku terasa perih ketika mengingat kembali apa yang terjadi pada diriku. Selama dua tahun ini aku berusaha tidak menangis tapi di hari ini aku gagal hanya karena melihat sebuah foto, aku menyimpan ponsel itu dan memegang dada ku yang terasa sakit, entahlah aku kembali merasakan hal yang selama ini aku rasakan seperti sebelumnya.

Semuanya kembali terulang dalam benakku, dan tanpa sadar aku mencengkram stir kemudi cukup erat, melampiaskan segala emosi pada benda mati itu, memukulnya dengan kepalan tanganku dengan tangis yang terus keluar dengan isakan.

Aku pikir, aku berhasil tapi ternyata aku gagal keluar dari lingkaran ini, aku tidak bisa, ini semua seperti hal yang memang tidak akan pernah hilang dalam diriku meski aku terus mencoba berbagai cara untuk menghilangkannya.

Cukup lama aku terdiam di dalam mobil, menangis sendirian. Bahkan berulang kali suara dering ponsel terdengar namun aku membiarkannya karena aku tidak ingin diganggu oleh siapapun. Aku ingin sendiri.

Aku menyalakan mesin mobil dengan tangis yang masih ada meski tidak separah sebelumnya. Menyusuri jalan menuju tempat yang selalu aku datangi setiap saat.

Melangkah pelan dengan pikiran yang ada dalam kepala ku, tak lupa juga aku membeli bunga dan air untuk mereka, orang-orang yang ku sayang. Air mataku kembali menetes saat melihat dua nama yang tertulis di setiap batu nisan yang ada.

Kenangan Bersama LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang