[32] -*KBL*-

195 16 1
                                    

Kenapa di saat aku sudah mulai melupakannya, dia kembali datang, menatap penuh khawatir dengan mata coklatnya seakan semuanya baik-baik saja?

Aku merasa kasihan pada diriku sendiri karena melewati kegelapan yang panjang sedangkan dia masih bisa melakukan apapun tanpa berpikir.

Melihatnya yang baik-baik saja, tertawa bahagia bersama gadis pilihannya, bahkan menikmati setiap waktunya bersama dengan kekasihnya membuatku menyesal karena sempat mengkhawatikan keadaan pria itu, mencari kemanapun dan berusaha untuk mendapatkan kabar darinya bahkan aku harus sampai kehilangan mereka.

Aku tertawa miris karena pernah berharap tinggi untuk hidup bahagia bersamanya sehingga aku lupa soal kenyataan yang ada, jika dia tidak menyukaiku.

Lalu aku harus bagaimana lagi?

Semuanya sudah aku lakukan. Aku sudah mengorbankan banyak hal, mulai dari yang harusnya aku bekerja tapi terhalang karena hamil di luar nikah, yang harusnya aku menikmati masa muda harus terhenti karena fokus akan kondisi kandungan, aku juga tidak bisa melakukan pernikahan impian, tidak bisa memiliki pria yang aku cintai. Lalu apa lagi sekarang?

Di saat aku sudah menata hati dan menerima semuanya tapi secara tiba-tiba itu tidak bertahan lama. Apa yang Tuhan inginkan dariku?

Apa belum cukup?

Bagaimana jika aku menyerah? Apa boleh?

Tuhan tidak akan membenciku kan jika aku pulang sendiri ke rumahmu sebelum Tuhan yang memintaku untuk pulang?

*****

• 8 Mei 2022 •

Aku meremas kepala setelah selesai melakukan konsultasi soal perkembangan mental yang aku rasakan pada Dokter Kejiwaan.

Dokter Saskha adalah seorang psikiater yang menangani dan mengobati serta mencegah gangguan mental yang aku alami selama ini. Beliau yang selalu memantau perkembangan ku secara emosional dan tingkah laku sejak 2 tahun lalu.

Sebenarnya aku muak karena harus terus bertemu dengannya, berkonsultasi tentang apa yang terjadi setiap minggunya terkadang membuatku lelah. Di tambah lagi, sekarang aku harus mulai mengonsumsi obat yang di anjurkan olehnya.

Sulit untuk ada kondisi saat ini, orang-orang tidak akan mengerti tentang apa yang aku alami dan aku rasakan. Aku juga harus berjuang untuk bertahan ketika pemikiran negatif muncul berada di lingkungan yang berakibat terjadi adanya tekanan. Aku ingin seperti dulu, saat semuanya baik-baik saja dan tidak terlalu sulit untuk aku jalani.

"Saya tau kamu bosan mendengar kalimat ini" Dokter Saskha menggenggam tanganku "Kamu tidak perlu khawatir, tetep semangat, kita semua akan selalu ada buat kamu!"

Aku mengangguk dengan air mata yang menetes "Tapi gak apa-apa kan kalau aku jalanin semuanya sambil nangis?"

"It's okay, tapi kamu harus janji kalau tangisan yang kamu keluarin itu buat bikin kamu lega bukan bikin kamu makin ngerasa sedih. Hari ini kamu bebas mau nangis gimana pun, tapi besok kamu harus bisa percaya kalau di lain waktu air mata kebahagian yang akan datang"

"Jangan takut Salanza, ini diri kamu, ini hidup kamu, hanya kamu yang mengerti apa yang di inginkan, hanya kamu yang tau soal keadaan diri kamu sendiri, bukan orang lain. Semua keputusan ada di tangan kamu tapi bukan berarti kamu bisa memutuskan semuanya secara sepihak"

"Ada banyak cara yang bisa kamu lakuin. Kamu gak punya orang untuk di ajak bercerita, kamu tidak percaya pada orang lain, kamu kesulitan untuk berbicara, kamu merasa tidak ada yang mendukung, it's okay, kamu jangan khawatir. Ada banyak hal positif yang bisa buat kamu lakukan untuk merasa lega tanpa harus berhubungan dengan orang lain"

Kenangan Bersama LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang