Tinggal dengan Yoshi benar-benar membuat Jihoon terhindar dari jangkauan ayahnya. Tapi ada bagian buruknya dari tinggal di rumah besar Yoshi, Jihoon benar-benar tak bisa melakukan apa pun. Yoshi melarangnya menyentuh barang-barang mahalnya dan Jihoon cukup tahu diri dengan tidak mengurusi barang seharga jutaan bahkan milyaran itu. Yoshi juga melarangnya pergi keluar rumah, bahkan walaupun pergi ke depan gerbang saja ia tak boleh.
Rumah besar itu juga selalu sepi. Yoshi seperti hidup sebatang kara namun bergelimang harta, tidak seperti dirinya yang hidup sebatang kara dan dikelilingi berbagai masalah termasuk kemiskinan. Yang membuat Jihoon penasaran adalah di rumah itu masih dipajang satu foto keluarga yang diletakkan di ruang tamu dengan ukuran sangat besar. Itu berarti Yoshi masih memiliki keluarga.
Pelayan yang bekerja di rumah ini juga hanya ada beberapa dan hanya datang di waktu-waktu tertentu. Jihoon mempelajari bagaimana rumah itu bekerja dalam sehari pengamatan. Pelayan yang datang juga enggan bicara dengannya, ia sering diacuhkan ketika ajukan pertanyaan yang mengarah pada informasi pribadi Yoshi.
Pernah sekali Jihoon bertanya mengapa keluarga Yoshi tak pernah datang ke rumah itu, namun ia hanya mendapat sebuah jawaban, "nanti anda juga akan tahu." Singkat dan tidak menjawab. Jihoon jadi heran, apakah para pelayan itu memang tidak tahu atau mereka sudah dibayar untuk tutup mulut.
Gerakannya kala mengaduk teh melambat saat pikirannya mulai melalang buana cari jawaban akan rasa penasarannya. Perhatiannya teralihkan. Secangkir teh hangatnya lantas ia bawa dan letakkan di atas meja dapur. Jihoon tersenyum sekilas, namun langsung terkejut kala ia mengangkat wajah dan melihat Yoshi yang sudah berdiri di seberang meja. Jihoon kembali menundukkan kepala.
"Menikmati pagimu huh?"
Suara dingin itu membuat Jihoon sontak mendudukkan diri. Sebenarnya ia sudah biasa membuat tehnya sendiri setiap pagi ketika Yoshi sudah pergi. Ia tidak tahu jika ternyata Yoshi kembali lagi ke rumah setelah tadi ia yakin Yoshi sudah berangkat.
Yoshi mendecih sebal begitu melihat Jihoon yang kini mengerut ketakutan. Ia bahkan tak melakukan apa pun tapi Jihoon sudah bersikap seperti ia baru saja ketahuan mencuri. Yoshi lantas berbalik, berniat pergi karena urusannya sudah usai. Tadi ia hanya kembali untuk mengambil iPad-nya yang tertinggal, namun tiba-tiba penasaran dengan apa yang dilakukan Jihoon ketika ia pergi dan hanya inilah yang ia dapatkan.
"Ah, anu... Eum..." Bibirnya kaku untuk berucap. Bingung ia bagaimana harus memanggil Yoshi. Suara tak jelas itu buat Yoshi kembali memutar tubuh dan menatap Jihoon dingin.
"Apa?"
"Ah, itu... Apa aku boleh, pergi mengunjungi adikku di—
Jihoon bungkam kala lihat Yoshi yang kini melangkah mendekat. Dapat ia rasakan aura kesal Yoshi yang menguar dengan cepat ke udara. "Apa kau coba memanfaatkan kebaikanku sebelumnya?"
Jihoon dengan cepat menggeleng. Ia takut namun ia juga harus beranikan diri meminta izin pada Yoshi agar diperbolehkan menemui Jeongwoo walaupun sekali.
"Maaf, aku... Aku hanya ingin menemuinya agar dia tidak terlalu memikirkan keadaanku." Cicit Jihoon penuh rasa takut.
Yoshi masih diam dalam waktu yang cukup lama, cukup lama untuk membuat Jihoon mengang di tempatnya berdiri karena takut dengan respon Yoshi berikutnya.
"Kau bisa lakukan hal lain yang lebih berguna kan. Jangan membuang waktu untuk hal sia-sia. Sebaiknya kau persiapkan dirimu untuk hal lainnya di kemudian hari, kau harus jadi berguna untukku, bukannya memikirkan orang yang bukan lagi urusanmu." Yoshi lantas pergi dari sana setelahnya.
Jihoon kembali duduk dengan rasa kecewa di hatinya. Yoshi jauh lebih sulit untuk dilukuhkan dibandingkan dengan ayahnya. Mungkin karena hubungan antara 'pemilik' dan 'barang beliannya' yang membuat Yoshi begitu keras, sedangkan ayahnya tetaplah seorang ayah yang terkadang masih bisa luluh.
![](https://img.wattpad.com/cover/321024937-288-k684288.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Subjektif [ yoshihoon ]
FanfictionB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Pertama kalinya menghadapi dunia, tetapi semesta kerap pertemukannya dengan duri beracun yang begitu ingin matikan langkahnya. Jika hidup dengan label kepemilikan orang lain adalah jalan terbaik, maka di sanalah ia akan...