Jihoon menggeliat gelisah dalam tidurnya. Matanya yang masih mengantuk itu dipaksa terbuka. Bola matanya mengedar mencari sosok yang seharusnya ada di sampingnya. Keningnya mengerut sadari ia kini sendirian, padahal semalam Yoshi ikut tidur bersamanya di sini. Pukul tujuh pagi saat ia melihat jam di atas nakas. Ia lantas beranjak tinggalkan ranjang empuknya. Pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, kemudian turun ke lantai bawah.
Rumah besar itu sepi seperti biasa walaupun beberapa pelayan terlihat lalu lalang membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan di dapur. Jihoon membelokkan langkahnya menuju pintu kamar Yoshi begitu tahu bahwa Yoshi juga tidak berada di mana pun di rumah itu. Awalnya ragu, namun akhirnya Jihoon tetap mengetuk pintu kamar Yoshi. Tiga ketukan, tak ada sahutan. Jihoon memutar knop pintu, berniat menerobos masuk, tapi ternyata pintunya dikunci. Bibirnya berdecak kesal. "Kenapa dikunci sih, padahal dia juga yang gak bolehin aku kunci kamar, tapi sendirinya malah dikunci gini kamarnya."
Jihoon beranjak, meninggalkan pintu kamar Yoshi yang masih betah tertutup dan pergi ke dapur. Di sana ada dua pelayan yang sibuk siapkan menu makanan. Jihoon tak pedulikan mereka dan pilih sibuk pada kebutuhannya sendiri di dapur itu; menyeduh tehnya, seperti yang selalu ia lakukan di pagi hari setiap harinya.
Jihoon hanya fokus pada seduhan tehnya, sampai tak sadar adanya suara langkah kaki yang mendekat. Sepasang lengan yang tiba-tiba melingkari pinggangnya membuat Jihoon terkejut sampai hampir saja jatuhkan sendok teh di tangannya. Jihoon mendelik, pelototi Yoshi yang dengan tak acuh sandarkan kepalanya di bahunya.
"Kamu jangan ngagetin dong." Jihoon kembali pada tehnya dan biarkan Yoshi dengan keinginannya sendiri. "Aish!" Jihoon mendelik, terkejut saat tiba-tiba Yoshi mengecup lehernya. Sementara yang mendapat tatapan tajam justru dengan cuek melepas rangkulannya pada pinggang Jihoon dan beralih duduk bersandar pada konter dapur seraya menatap Jihoon.
"Kamu semalem pindah ke kamar kamu ya?" Jihoon kemudian bertanya, sampaikan kekecewaannya karena tak dapati Yoshi bersamanya saat membuka mata. Sedangkan Yoshi yang melihat wajah sedih Jihoon itu hanya ulas sebuah senyum, dan kemudian berikan satu kecupan kilat di bibir Jihoon.
"Yoshi!" Jihoon memicing kesal, namun rona kemerahan di kedua pipinya itu tetap muncul sampaikan kejujuran akan perasaan Jihoon saat ini.
"Iya. Aku gerah, tapi sepertinya kamu kedinginan jadi aku pergi ke kamarku sendiri. Sekalian minum obat." Mendengar adanya kata obat yang diucapkan membuat Jihoon dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya jadi sedih kembali.
"Kamu sakit lagi?" Tanyanya dengan nada sedih. Yoshi hanya tersenyum, kemudian tarik Jihoon mendekat padanya dan merengkuhnya erat seraya sandarkan kepalanya di dada Jihoon. Jihoon sendiri tak banyak protes, ia justru balas memeluk Yoshi dan menepuk punggungnya pelan. "Kamu pasti sebenarnya belum sembuh total kan, harusnya kamu istirahat lagi," katanya lagi.
Keduanya sama-sama diam dalam posisi saling merengkuh, sampai tiba-tiba Jihoon melepas rangkulannya dan kemudian berbisik pelan di dekat telinga Yoshi. "Yoshi, udah ya jangan gini terus, malu diliatin pelayan rumah kamu." Mendengar hal itu, bukannya menuruti keinginan Jihoon untuk menyudahi Yoshi justru memeluk Jihoon semakin erat.
"Memangnya mereka siapa? Silahkan saja jika mau menilaiku buruk secara terang-terangan, jika sudah siap kehilangan pekerjaan."
Jihoon diam, tak lagi dapat protes atas pandangan para pelayan rumah yang sebenarnya juga tak begitu pedulikan bagaimana majikannya itu akan bermesraan di hadapannya.
"Jihoon." Rangkulannya dilepas. Jihoon hanya berdengung pelan sebagai respon atas panggilan Yoshi. "Bagaimana jika aku kehilangan seluruh hartaku ini? Kamu akan bagaimana."
Jihoon mengernyit. Pikirannya coba ia putar pikirkan solusi akan pertanyaan Yoshi barusan. Membayangkan ia yang kembali rasakan kemiskinan tak akan sulit karena toh kini ia hidup sendirian tanpa Jeongwoo, tapi melihat bagaimana kebiasaan hidup Yoshi membuatnya berpikir bahwa Yoshi tak akan mampu hidup di tengah kemiskinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Subjektif [ yoshihoon ]
FanficB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Pertama kalinya menghadapi dunia, tetapi semesta kerap pertemukannya dengan duri beracun yang begitu ingin matikan langkahnya. Jika hidup dengan label kepemilikan orang lain adalah jalan terbaik, maka di sanalah ia akan...