"Jeongwoo... Kamu kapan selesainya... Ayo dong, aku mau main!"
Rengekan Haruto kembali terdengar setelah satu menit ia diam tanpa suara menunggu Jeongwoo yang masih mengerjakan PR-nya yang juga merupakan hukumannya dari ibu gurunya karena kemarin Jeongwoo tak selesaikan tugasnya seperti teman-temannya yang lain.
Haruto berbaring telentang di lantai dingin, menatap kosong langit-langit kamar panti sementara Jeongwoo duduk di meja belajarnya dan dalam diam mengerjakan PR-nya. Sejak Haruto tiba di kamar Jeongwoo satu jam yang lalu, yang dilakukannya hanya terus bertanya kapan Jeongwoo akan selesai dan beberapa kali berguling di lantai atau bangun dan melihat sisa PR Jeongwoo yang belum selesai.
"Jeongwoo, ayo keluar dulu, ada yang ingin bertemu denganmu." Ibu panti masuk. Haruto lantai bangkit seketika.
"Aaaah, tapi aku sudah duluan mau main sama Jeongwoo!" Haruto kembali memprotes ketika tahu Jeongwoo justru akan pergi menemui orang lain dan bukannya pergi bermain dengannya.
"Haruto, biar Jeongwoo bertemu dengan orang ini dulu ya. Setelah itu baru kalian main bersama-sama."
Jeongwoo akhirnya berbalik dan alihkan perhatiannya dari buku PR-nya untuk menatap ibu panti penuh tanya. Dalam benaknya sudah mengira-ngira siapa kiranya yang datang mencarinya jika bukan kakaknya. Apa itu perempuan yang mengaku bernama Giselle dan teman laki-lakinya waktu itu?
"Jeongwoo, jangan lama-lama ya! Kita harus main!" Haruto kembali mengingatkan agenda pentingnya bersama Jeongwoo saat dilihatnya Jeongwoo yang langsung pergi bersama ibu panti.
Di ruang tamu panti dapat Jeongwoo lihat adanya seorang wanita dewasa yang baru kali ini ia temui. Wanita itu tinggi dan cantik. Jeongwoo bahkan sampai tak yakin jika ialah orang yang dicari wanita ini. Ibu panti terlihat bicara sebentar dengan wanita itu sebelum kemudian meninggalkannya berdua, atau justru bertiga, karena setelahnya ia melihat ada seorang anak perempuan kecil duduk bersama wanita itu.
"Hai, kamu Jeongwoo kan. Aku Karina. Salam kenal." Karina tersenyum manis pada Jeongwoo, coba bersikap baik pada Jeongwoo agar anak itu tidak takut padanya. Karina mengernyit begitu sadar bahwa Jeongwoo tidak menjawab sapaannya dan justru hanya mengangguk.
"Aku kenal kakakmu. Park Jihoon, benar kan?" Karina bertanya, lalu keluarkan selembar foto berisi gambar wajah Jihoon.
Jeongwoo menatap foto itu lamat-lamat. Tangannya bergerak menyentuh foto tersebut dan matanya tak alihkan dari menatap foto kakaknya itu. "Kamu boleh memiliki fotonya." Karina memberikan foto itu pada Jeongwoo begitu saja saat sadar bahwa sepertinya anak delapan tahun di hadapannya ini menginginkan foto itu.
"Terima kasih..." Jawab Jeongwoo kemudian setelah foto itu kini jadi miliknya. Ia ingin memiliki foto kakaknya agar setidaknya ia ingat bahwa tidak ada orang lain di dunia ini yang dapat tandingi kasih sayang kakaknya berikan padanya. Ia ingin memiliki foto Jihoon agar ia bisa selalu melihat kakaknya setiap hari lagi seperti sebelumnya.
"Sebenarnya aku butuh bantuanmu." Ucap Karina buyarkan lamunan pendek Jeongwoo tentang kakaknya. Jeongwoo lantas pusatkan perhatiannya pada Karina.
"Dengar, ini adalah Minjeong." Minjeong datang mendekat pada Karina saat ia diperkenalkan. "Apa kamu bisa membantuku untuk menjaga anakku sebentar selama aku pergi? Aku akan menjemput Minjeong sore nanti. Minjeong itu pemalu, jadi aku ingin percayakan putriku pada orang yang aku percaya saja, yaitu kamu." Jelas Karina pada Jeongwoo.
Jeongwoo menatap Karina dan Minjeong bergantian. Gadis kecil itu tersenyum padanya dan sekali lambaikan tangan kecilnya padanya. Melihat bagaimana Minjeong saat ini membuat Jeongwoo berpikir bahwa Minjeong bukanlah seorang yang pemalu. Ia kemudian menatap foto di tangannya. Karina sudah memberinya foto Jihoon, jadi setidaknya ia harus balas kebaikan Karina juga, iya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Subjektif [ yoshihoon ]
FanfictionB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Pertama kalinya menghadapi dunia, tetapi semesta kerap pertemukannya dengan duri beracun yang begitu ingin matikan langkahnya. Jika hidup dengan label kepemilikan orang lain adalah jalan terbaik, maka di sanalah ia akan...